29. Nyaris Celaka! (2)

7.8K 440 5
                                    

Tangan Edenin masih terasa panas dingin meski ia sudah sampai di rumah. Ia tidak bisa menahan bibirnya untuk tidak melebar beberapa centi ke samping. GILA...!! Ia lalu teringat wajah trio DC yang super shock waktu melihatnya dibonceng motor Raditya dan kali ini bersama pemilik asli motor tersebut.

Edenin berjalan memasuki kamarnya sambil melompat kecil. Ia lalu menjatuhkan diri ke ranjangnya sambil kembali pasang tampang happy. Edenin melirik ke arah kalender kecil yang terletak di meja di samping ranjangnya. Ia menandai tanggal hari itu dengan spidol merah yang berbentuk hati.

"Eh?" gumamnya sambil menatap dengan seksama kalender tersebut. Lho? Bukannya bentar lagi ultahnya si Ver?!

Edenin segera menegakkan badannya sambil mengambil telepon wireless-nya dan menghubungi ketiga sahabatnya satu per satu.

"Halo, Ya'! Gue ada planning neh," Edenin lalu sibuk nyerocos panjang lebar tentang rencananya kepada masing-masing sahabatnya. "Gimana?" katanya kemudian setelah hampir satu jam dia menjelaskan ini itu.

Trio DC yang telah dengan setia menghabiskan waktunya kurang lebih sejam untuk mendengarkan planning Edenin hanya menjawab dengan jawaban yang nyaris sama, "Terserah elo deh. Gue ngikut aja."

Edenin lalu mengangguk puas dengan rencananya yang mendapat lampu hijau dari ketiga sahabatnya. Edenin memang tipikal orang yang sanggup berjam-jam menghabiskan waktunya dengan mengobrol di telepon dan bisa dipastikan yang ditelepon atau yang menelepon hanya bisa menjadi pendengar setia.

********************************

Verinda duduk di tepi kolam renang dengan kedua kaki yang diayun-ayunkan dalam air. Pikirannya melayang entah ke mana. Ia sibuk memikirkan banyak hal yang telah menimpanya selama ini.

Verinda mendongak menatap langit yang sepi dari kilauan cahaya bintang. Ia berusaha membayangkan wajah almarhum kakeknya yang selalu baik dan sayang kepadanya. Ia lalu tersenyum. Yah, seenggaknya aku bakal ketemu kakek sebentar lagi. Senyum Verinda lalu perlahan memudar. Kek, kalo kayak gini situasinya-aku, aku jadi nggak pingin ada di sini lagi... aku capek. Sekelebat bayangan tangan seolah melayang cepat dan menutupi kedua mata Verinda.

"Stop. Jangan banyak gerak." Kata Edenin sambil tetap menutupi mata adiknya dari belakang.

"Apa-apaan sih?!" omel Verinda sambil berusaha menepis tangan Edenin.

"Please, diem dulu!" kata Edenin. "Gue janji ini nggak bakalan lama kok. Gue cuman mau elo tutup mata bentar."

Verinda akhirnya mau menuruti permintaan Edenin. Ia lalu membiarkan kedua matanya ditutup dengan selembar kain oleh kakaknya.

"Awas macem-macem lo!" ancam Verinda ketika Edenin mulai mengikat selembar kain tersebut.

"Iya. Pokoknya abis gue bilang oke, baru elo buka tutup mata elo." Kata Edenin sambil tersenyum.

Verinda lalu mendengus tidak sabar. Edenin lalu memintanya untuk berdiri dan membalikkan badan membelakangi kolam renang.

"Oke, elo boleh buka mata elo." Kata Edenin sambil bersiap-siap.

"Ada-ada aja sih!" omel Verinda sambil mulai membuka ikatan kain yang menutupi kedua matanya.

Kedua bola mata Verinda membelalak menatap apa yang ada didepannya. Edenin berdiri dengan kedua tangannya memegang sebuah kue tart didampingi ketiga sahabatnya. Kue ulang tahun berbentuh persegi dengan dua buah lilin menyala di atasnya yang bertuliskan angka 17.

"Happy birthday, Ver. Happy sweet seventeen." kata Edenin tulus sambil mengembangkan senyum termanisnya.

Ketiga sahabat Edenin kemudian tidak ketinggalan ikut mengucapkan selamat kepada Verinda yang masih berdiri kaku pada posisi semula.

Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang