16. Pertengkaran Hebat (2)

7.7K 397 2
                                    

"BERHENTI NGELIATIN MAMA DENGAN CARA ITU, VER!!" bentak mama.

BRUAAK!!! Verinda menggebrak meja dengan segenap tenaganya. Verinda sudah benar-benar habis kesabaran. Edenin langsung terlonjak dari duduknya karena kaget. Verinda diam sejenak mengatur nafasnya. Ia lalu bangkit dari duduknya dengan kasar hingga kursi itu terdorong jatuh. Suara kursi yang jatuh berdebam kembali membuat Edenin dan yang lainnya terlonjak dengan hati mencelos.

"GUE UDAH MUAK!!! ELO SEMUA DENGER, KAN?! GUE MUAK!!! GUE BENCI MAKAN MIE!! GUE BENCI!! BRENGSEEK!!" teriak Verinda sambil membanting mangkuk mie di depannya ke lantai. Ia mulai menyumpahi mie itu.

Edenin menatap miris pada mie yang dibuang adiknya. Perasaannya saat itu campur aduk. Seisi ruangan hanya bisa diam mematung melihat kemarahan Verinda. Mama juga tercengang melihat ledakan amarah Verinda yang terasa begitu dahsyat mengguncang orang-orang seisi rumah.

"Sekarang kalian bisa liat sifat aslinya, kan?!" kata mama kemudian sambil menyapu pandangannya pada papa dan Edenin.

Papa dan Edenin hanya bisa duduk terpaku. Mereka memilih tidak menanggapi mama. Mereka belum bisa menguasai kekagetannya. Sementara itu, Verinda telah puas mengeluarkan sederet sumpah serapahnya. Ia membuang nafas panjang sambil mengusap wajahnya. Ia lalu mundur beberapa langkah menjauhi tumpahan mie itu sambil mengalihkan pandangannya ke mama.

"Gue lebih baik mati kelaparan daripada makan makanan busuk ini." Katanya dengan nada dingin lalu pergi meninggalkan ruang makan.

********************************

Di gedung olahraga sepulang sekolah

"Oke girls, kita nyoba latihan formasi piramidnya sekali lagi, ya?! Abis itu kita istirahat setengah jam." Kata sang pelatih cheerleader. "Edenin, siap di posisi kamu ya! Ok, here we go!" lanjutnya sambil memberi aba-aba tepukan.

Edenin mengangguk pada pelatihnya sambil mengambil langkah ditempat.

"Oke, girls! Five, six, seven, eight!!" teriak Edenin sambil mulai bergerak lincah memimpin anggota cheerleader lainnya.

Edenin menyeka keringatnya sambil meneguk sebotol air mineral. Ia duduk sambil meluruskan kakinya yang lelah setelah latihan. Sayup-sayup terdengar suara derap langkah pasukan Paskibra yang juga sedang sibuk berlatih untuk mengibarkan bendera saat 17 Agustus nanti.

"Elo ngeliatin apa, Chel?" tanya Nadia sambil duduk di samping Edenin yang kemudian diikuti oleh Nia dan Raya.

"Oh, nggak kok."

"Lagi ngeliatin anak paski, ya? Hmp, sayang banget, ya? Gue denger adek elo nolak ikut seleksi PASKIBRAKA nasional, dia juga mundur dari paski sekolah." Kata Raya yang selalu up to date dengan gosip di lingkungan sekolah.

"Eh iya, adek lo kok lama nggak keliatan? Cabut lagi tuh anak?" tanya Nia.

Air muka Edenin langsung berubah begitu pembicaraan mengarah pada adiknya. Nadia, Nia dan Raya saling berpandangan sejenak. Nia dan Raya lalu mengangkat bahunya secara bersamaan. Nadia hanya menghela nafas sambil menggeleng.

"Elo kenapa, Chel? Tau nggak, sebenernya akhir-akhir ini kita ngerasa elo jadi aneh. Elo jadi lebih banyak diem, sering ngelamun. Kalo elo ada masalah, elo cerita dong ke kita semua. Kita ini kan sahabat." Kata Nadia.
Nia dan Raya langsung kompak mengiyakan.

Edenin menyapu wajah teman-temannya satu per satu. Ia menarik nafas panjang sambil menunduk sejenak.

"Gue juga nggak tau sebenernya apa yang gue pikirin, girls. Terlalu banyak masalah yang ada di otak gue." Edenin kembali menarik nafas panjang dan berat. "Di rumah lagi banyak banget masalah,"

Miss Troublemaker (nona si pembuat onar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang