Judul : Secangkir Kopi
Penulis : Alunanmalam
Genre : Chicklit
Jumlah Part : 17
Status : Ongoing
Link. :https://my.w.tt/UiNb/qcSzjfn0iH
Review cerita ala kamu:
- Plot:
🔰Ceritanya disusun dengan baik, tapi sayangnya itu hanya bertahan hingga bagian 6. Bagian 7 dan seterusnya ceritanya mulai berjalan dengan cepat. Sehingga melupakan berbagai detail yang mengakibatkan munculnya berbagai plot hole dalam cerita. Misalnya, pada bagian 7
✔ Anggi ini sempat untuk berpamitan pada Ando, tapi tidak sempat menghubungi papanya untuk memberitahu akan ke Jakarta. Seperti benar-benar tidak siap untuk pergi, mana dia lupa nama yang digunakan pada kontak sang papa. Selama apa dia tidak menghubungi papanya?
✔ Adegan awal bagian 7, itu di toko, bukannya lebih baik kalau itu di bandara? Iya bisa sih kalau si Anggi jalan sampe ke toko itu. Tapi itu sangat gegabah mengingat dia belum kenal wilayah itu, apalagi dia tidak tahu tujuannya ke mana.
✔ Terus adegan pas dia tabrakan Masya. Anggi bilang kalau dia sudah menghubungi papanya tapi tidak aktif padahal adegan sebelumnya dia bahkan tidak ingat nama kontak papanya.
🔰 Di bagian 17 mulai muncul konflik, yang saya harap sih dapat dieksekusi dengan baik terutama untuk membawa perubahan pada cara bersikap.
🔰Hubungan Angga dan Anggi tidak dijelaskan lebih detail bagaimana mereka bisa dekat. Tiba-tiba saja mereka sering smsan. Terus tiba-tiba lagi Angga mengajak Anggi ke rumahnya, untuk diperkenalkan ke orang tuanya.
- Karakter
Penggambaran karakter pada cerita ini sederhana dan sangat mudah dipahami sehingga membuat pembaca mudah membayangi seperti apa wujud mereka, walaupun karakter utama tidak terlalu jelas diberikan gambaran.
✔ Karakter Anggi menurut saya terlalu labil, satu adegan dia galau nangis-nangis karena Ando, namun masih adegan yang sama tiba-tiba dia langsung move on merasa percuma galau. Terus dia kurang berpikir panjang, bagaimana mungkin dia lupa nama kontak papanya? Terus dia dengan mudahnya memutuskan untuk tinggal dengan Masya, kenapa tidak minta tolong mencari rumah papanya? Bagaimana kalau papanya menelpon ke kampung dan tahu anaknya ke Jakarta yang tak tahu di mana rimbanya? Satu lagi, Anggi terasa agak gampangan atau apaya, mungkin baperan. Pertama dengan Ando dia cinta bertepuk sebelah tangan. Iyasih cewek mana yang gak baper kalo diperlakukan seperti Ando ke Anggi. Tapi pada Angga, gak ada perlakuan khusus yang Angga lakukan ke dia. Pas yang smsan itu, terlihat seperti Anggi yang ngebet banget. Terus mau-maunya dia diperkenalkan ke orang tua Angga tanpa suatu hubungan yang jelas.
✔ Aku lumayan suka sama karakter Angga, dengan filosofi kopinya. Apalagi sebagai dokter dia mau meluangkan waktu sibuknya untuk mengajar anak jalanan.
- Latar
Untuk latar aku suka waktu masih di kota Tomohon, itu seperti pembaca di bawa ke kota itu. Apalagi dengan dialog menggunakan bahasa sana. Suasana kafe pun juga digambarkan dengan lumayan baik. Cuma ada beberapa karena alurnya yang cepat kadang membuat pembaca bingung.
Seperti waktu Angga SMS Anggi untuk bertemu di tempat biasa. Tempat biasa itu yang mana? Sepanjang cerita tempat mereka ketemu paling sering adalah kafe tempat Anggi bekerja. Tapi dalam cerita seolah itu tempat yang berbeda.
- Diksi dan EBI
Untuk diksi dalam puisinya bagus, merupakan diksi yang jarang digunakan. Namun, pembaca dapat mengerti maksud dari puisinya.
Untuk cerita, diksinya lumayan ringan, sehingga dapat memudahkan pembaca dalam menikmati alur cerita. Masih ada beberapa typo, dan kesalahan dalam penulisan dialog tag. Di bagian awal, penulis seperti masih mencari cara penulisan yang baik pada dialog yang berbahasa daerah. Pada bagian yang satu arti dialognya disimpan setelah dialog. Bagian yang lain tidak ada artinya. Sedangkan bagian lainnya, diberi penjelasan di akhir bagian. Selain itu, pada part 1-3 terlalu banyak menggunakan titik sebagai pemenggal setiap kalimat di dalam suatu paragrap, mungkin hal itu bisa diganti dengan pemilihan diksi yang dapat mengurangi terlalu banyak pemenggalan pada setiap kalimatnya. Kurangi kalimat yang berawalan dari kata "Dan"
- Kesan Pribadi sabagai Pembaca
Kelebihan : Adanya sebuah puisi dengan diksi yang indah sebagai awal setiap bagian cerita. Penulis mengambil latar daerahnya, walaupun hanya beberapa bagian. Covernya juga lumayan menarik, sederhana tapi membuat penasaran, dan juga penyampaian ceritanya membuat pembaca cukup penasaran bagaimana kelanjutannya, apalagi di bagian akhir mulai muncul konflik dari kisah tersebut. Bagaimana kelanjutannya, itulah yang saya pikirkan saat membaca cerita tersebut.
Kekurangan : Bahasa daerah yang tidak ada artinya. Alur yang terlalu cepat yang mengakibatkan adanya plothole. Alur terlalu cepat juga membuat pembaca dapat terheran-heran, ini mengapa bisa begini dll.
- Kata panggilan yang tidak konsisten. Salah satunya untuk panggilan Anggi ke ibunya. Di dialog menggunakan kata Mamak sedangkan di narasi Mama. Kenapa tidak disamakan saja. Sama halnya pada tokoh Masya, dia di bagian tujuh dia menyebut nama Anggi dengan nama Jeje. Di lain bagian, dia memanggil nama langsung 'Anggi'.
Saran : Untuk penulisan bahasa daerah, penulis bisa menarasikan artinya. Atau setidaknya seperti cara di bagian pertama dan kedua, yang ditulis setelah dialog. Jangan dihilangkan sama sekali, karena cerita kamu bisa dibaca oleh siapa pun dari penjuru Indonesia, bukan hanya orang Sulawesi Utara, Tomohon pada khususnya.
Terus semangat untuk menulis dan terus kembangkan bakatmu, jadilah penulis dengan berbagai kisah yang penuh makna.
Quote dari cerita : "Harusnya kita menghargai cinta yang diberikan orang lain. Meskipun tidak bisa membalasnya."
"Seperti kopi. Hidup sebenarnya pahit dengan begitu banyak orang-orang brengsek yang mengacaukan hidup kita dirasa memang tidak enak. Namun jika kamu sudah terbiasa, kamu akan merasakan begitu nikmat meneguk getirnya hidup."
Rate (1-5 bintang) : 3.5/5 Bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Rebel's Review
RandomYuk intip, barangkali cerita kamu yang kami review^^ Peraturannya : Mental harus kuat. Jangan sakit hati jika hasil review-annya jelek. Jadikan motivasi agar karya kalian lebih baik ya.