Kesempatan Kedua

35 3 2
                                    

Judul : Kesempatan Kedua (TAMAT)
Penulis : Hldrsd
Genre: Chicklit
Jumlah Part : 46 (Prolog+Isi+Epilog+cuap-cuap author)
Status : Complete
Blurb : Di saat hidup Ratnasih mulai tertata lagi, sosok laki-laki yang menjadi sumber kehancurannya datang kembali.

Hamdan. Laki-laki itu tiba-tiba mengatakan, rujuk padanya.

Rujuk!

Satu kata yang sangat Ratnasih benci!

Link cerita: https://my.w.tt/UiNb/nhq4qI58bI

Review cerita ala rebels:

- Plot
Penulis menyusun alur maju mundur dalam cerita dengan sedemikian rupa hingga terasa sangat mengalir. Ketika konflik-konflik digambarkan dengan jelas, seperti ketika kegiatan ke pasar Ratnasih berinteraksi dengan para penjual, lalu saat Kinasih memarahi pada penggosip, serta kegiatan sehari-hari pada kehidupan Ratnasih adegan per adegannya sangat terasa.

Plotnya sepertinya lebih ditujukan untuk perempuan-perempuan dewasa yang berusia 20-an keatas. Tetapi karena saya juga membacanya dengan baik, maka menurut saya plotnya bisa membuat anak muda yang berumur belasan juga menyukainya.

- Karakter
Saya suka Karakter tokoh utama, Ratnasih, dalam cerita digambarkan sebagai seorang ibu muda yang baik. Mengurus ibu dan anaknya dengan berbagai kegiatan harian yang terbilang padat.

Selain itu juga karakter sang ibu cukup tegas ketika membela anaknya. Sebaliknya. saya kurang suka karakter tokoh Hamdan, mantan suami Ratnasih yang terlihat menyebalkan di awal ketika mengajak Isty ke rumah mereka hingga bagaimana dengan mudahnya mengajak Ratnasih rujuk. Tetapi perubahan sifat yang menjadi baik ketika mengajak rujuk. Selainnya tokoh figuran, yang muncul hanya sesekali.

- Latar
Latar tempat : Rumah, pasar, kontrakan, Surabaya, Bandung telah digambarkan dengan jelas. Contohnya saat menjelaskan keadaan pasar.

Pasar dijelaskan dalam keadaaan ramai (berdasarkan penglihatan) lalu suara bising dan gaduh pun terdengar (berdasar pada pendengaran) dan sebagainya.

Latar suasana : suasana sedih,kecewa, marahnya karakter dapat dirasakan oleh pembaca. Penggambarannya cukup baik.

Latar waktu : kurang digambarkan. Kurang penjelasan pergantian waktu di cerita ini.

- Diksi dan EBI
*Diksi yang digunakan penulis sudah baik. Bahasanya juga tidak terkesan kaku. Namun sangat disayangkan, saya sebagai orang yang mereview cerita ini bukan orang Sunda dan tidak mengerti bahasa Sunda, walaupun dari awal di bagian deskripsi cerita sudah diperingatkan tidak boleh protes akan hal ini. Bahasa sunda di cerita tersebut tidak di terjemahkan semua, mungkin itu menjadi kekurangan pada penggunaan EBI yang baik. Kembali lagi pada tidak semua orang paham bahasa suatu daerah. Tetapi pada part-part yang tidak banyak menggunakan bahasa Sunda, sudah cukup apik.

*Masih terdapat kesalahan pada penulisan kata bukan sapaan seperti sang ibu, sang ayah, dan sejenisnya.

*Typo juga masih dapat ditemukan di beberapa bagian perpartnya.

*Ada beberapa kalimat yang kurang efektif. Sehingga pembaca perlu membaca hal yang sama berulang-ulang.

Contohnya. Pasar terlihat sangat becek

Di beberapa kalimat dikatakan kembali.

Aku pun memasuki pasar itu, pasar becek dan kakiku menyentuh lumpur disana.

Nah. Jika bisa jelaskan saja sekali tak perlu berulang-ulang.

- Kesan Pribadi sabagai Pembaca
Menurut saya ceritanya akan disukai oleh kalangan wanita umur 20-an. Tetapi juga beberapa disukai juga dengan anak muda.

Saya cukup dibuat penasaran masalah apa yang dialami Ratnasih ketika para penggosip mencibirinya sehingga ingin membaca terus menerus sampai mengetahui akar dari konflik ini, walaupun kurang paham sehingga saya sering bertanya dengan orang lain soal keterbatasan pengetahuan bahasa yang pembaca miliki. Yang terutama, cerita ini sad ending, berhubung saya penyuka cerita sad ending, saya menyukainya.

Kelebihan :  Cerita ini memiliki amanat yang baik dan memberikan pembelajaran bahwa banyak hal yang akan terjadi jika menikah di usia dini, terlebih karena suatu kejadian yang menyebabkan pernikahan itu. Penyesalan memang selalu datang terakhir.

Kekurangan : Mungkin beberapa penulisan yang kurang tepat serta typo, dan bahasa saja yang menjadi kekurangannya.

Pemberitahuan tentang bahasa Sunda yang ditulis penulis, bagai pagar yang membatasi pembaca. Seakan tulisannya hanya dibatasi pada pembaca yang paham akan bahasa Sunda.. Beberapa pembaca mungkin langsung urung membaca saat melihat peringatan itu.

Quote dari cerita : -

Saran : Revisi ceritanya, beri terjemahan pada setiap bahasa sunda, lebih baik kalau langsung diterjemahkan, kalau di bawah terjemahannya, pembaca akan kesulitan. Baca lalu scroll ke bawah untuk mengetahui arti, kemudian lanjut membaca lagi, begitu terus menjadi kurang feel.

Beberapa kalimat hendaknya dibuat seefektif mungkin, jangan mengulangi hal yang sama sampai 2 kali lebih parah sampai 3 kali. Belajarlah untuk menulis kalimat yang penting dan membuat pembaca terkesan tidak bosan.

Rate (1-5 bintang) : 3.5 Bintang

The Rebel's ReviewTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang