"Kamu kali ini harus dengerin Mommy, jangan membuat onar lagi. Mommy udah gak punya muka karena ulah kamu," ucap seorang wanita sekitar umur 40-an dengan garang."Mommy malu punya anak kayak aku? ... Emang aku pernah minta untuk dilahirkan? Daripada aku hidup kayak gini, aku lebih milih mati!!! asal Mommy tahu. Dan, saya benci menerima kenyataan kalau Anda itu ibu saya," ucap Alexandra tak kalah tajam.
Plaakkk
Wanita bergaun hitam itu menampar pipi mulus Alexa. "Apa? Mommy mau tampar lagi? Tampar aja sampai Alexa mati," teriak Alexa sambil memegang pipinya yang memerah.
"Mommy enggak tahu, ada apa dengan kelakuan kamu yang mirip hewan itu. Susah banget mau diatur," ucap mommy Alexa dengan marah.
"Saya juga menyesal mempunyai ibu seperti Anda, yang begitu haus akan harta dan tahta. Selamat, Anda sudah menjadi seorang yang berbeda, Anda bukan ibu saya," ucap Alexa sambil melenggang pergi dengan mobil merah kesayangan nya.
Alexa memukul setir mobilnya dengan kasar, ada setitik air yang menggenang pada sudut matanya. "Gue capek hidup kaya gini," teriak Alexa frustasi.
Alexa refleks menginjak rem mobilnya, saat seorang pria berjalan dengan santai nya melewati mobil Alexa, sambil menggiring sepeda berwarna biru tua.
Tin ... Tin ... Tin ...
Alexa menekan klakson mobilnya dengan perasaan kesal, bukannya segera menyingkir. Pria itu malah berhenti pas di depan mobil Alexa, sembari menatap tajam kaca depan mobil Alexa. Seolah tatapan tajam nya mampu memecahkan kaca tersebut.
"Tuh orang budek atau apa ya,"—Alexa melepas seatbelt dengan kasar—"Itu telinga dibuat pajangan doang kali ya."
Alexa keluar dari mobil dengan keadaan dongkol hati nya. "Eh bangsat!! Lo gak liat, mobil gue sebesar ini mau lewat? Mata lo buta? Mau gue tabrak lo?" Alexa mengeluarkan semua kekesalan nya.
"Sory ... mungkin Anda yang harus priksa mata. SD pernah diajar rambu-rambu lalu lintas tidak?" ucap pria itu dingin dan segera berlalu begitu saja.
"Eh, lo gila ya? Malah ngebacot pelajaran SD lagi,"—matanya melirik pada rambu rambu lalu lintas yang menyala berwarna merah—"Tuh juga lampu, sejak kapan jadi warna merah?" ucap Alexa kesal, kaki nya ia hentak-hentakkan pada aspal jalan.
♣
"Bantu gue buat minggat!" seru Alexa sambil menyesap sebatang rokok.
"Hah! gila lo? Lo mau minggat ke mana?" ucap Gama sedikit terkejut.
Alexa mengeluarkan asap rokok itu dari mulut nya. "Gak tau, yang penting gue mau pergi jauh dari wanita sialan itu," ucap alexa dengan tatapan tajam.
"Dari dulu masalah lo cuma sama wanita itu mulu, Lex. Udah deh, damai aja kali, Lex. Lagian kalo lo mau minggat, lo harus mikir,
lo mau makan apa? Tinggal di mana? Iya kalo lo bisa ngasilin duit. Selesaiin aja sekolah lo, cuma tinggal satu tahun juga," nasehat Gama.
"Lo tahu, kan, gue udah dikeluarkan dari sekolah tiga kali, selama du-a ta-hun i-ni,"—Alexa menekan beberapa kata-kata nya— "Mana ada sekolah yang mau nerima gue." Alexa kembali menyesap rokok nya.
"Lo masuk sekolah bokap gue aja, gue bakal bilang ke papa masalah ini. Dan, enggak akan ada yang berani keluarin lo dari sekolah, kecuali gue.
"Udah deh, Lex. Ikutin aja apa kata gue, setelah lo lulus dari SMA, lo ikut gue kuliah di luar negeri. Selesai kan, lo bakal jauh dari wanita itu," bujuk Gama.
Alexa tampak sedang berfikir, lalu menghembuskan nafasnya kasar. "Gue udah gak punya tujuan hidup Gam, buat apaan gue kuliah? Gak guna, ngehabisin duit doang tau gak." Alexa memijat pangkal hidung nya yang terasa berdenyut.
"Sebandel-bandelnya gue, seenggaknya gue masih punya impian yang perlu gue raih, Lex," gumam Gama lirih.
Alexa tampak menatap Gama dengan salah satu alis yang terangkat, seolah tak percaya seorang badboy seperti Gama masih memiliki impian yang perlu diraih, berbeda dengan Alexa yang tampak pasrah dengan takdir.
"Emang impian lo apaan? Gila kali ya, cowok kayak lo punya mimpi juga," ejek Alexa sembari menyesap sebatang rokok nya.
Gama tampak tersenyum geli saat memikirkan impiannya itu. "Impian gue itu, gue pengen kita bisa punya keluarga kecil yang bahagia."
Alexa menautkan alis nya, beberapa detik kemudian ia tertawa tebahak bahak. "Gila lo ... impian lo kayak manusia aja, yang bener lo. Etdah mikirin keluarga bahagia segala. Ngimpi aja terus lo Gam," ejek Alexa.
Gama tampak menatap alexa dengan garang, Alexa yang ditatap malah menunjukkan wajah tanpa dosanya.
"Oke, gue ikut rencana lo." Ucapan alexa seketika membuat Gama mengernyit bingung.
"Iya, gue bakal sekolah dit empat lo, cuma buat dapetin ijazah SMA aja. Setelah itu, gue bakal jalani hidup gue sesuai kemauan gue sendiri," ucap Alexa mantap.
"Nah itu baru Lexa gue." Gama memeluk Alexa dengan sangat erat.
Entah apa yang akan terjadi suatu hari nanti. Semua tak ada yang diketahui, entah bagaimana hari-harinya nanti? Alexa tak ambil pusing. Untuk saat ini, Alexa akan berjalan sesuai arahan kata hati nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.