DEAL (?) [END]

12.2K 489 87
                                    


Hari kebahagiaan itu tiba, saat suara Deofan dengan lantang mengucap ijab qobul sembari menjabat tangan Abram. Lalu kata "sah" diucapkan secara lantang oleh beberapa kerabat. Alexa tiada henti mengucap syukur, baginya menjadi istri sah Deofan adalah sebuah keajaiban.

Kali ini wanita yang tengah hamil itu menatap album kenangan, membuka setiap halaman sembari mengingat moment lama yang begitu membahagiakan. Waktu yang panjang untuk ia sampai di titik ini, dimana ia sudah menjadi ibu dari dua anak, dan satu lagi tengah dikandungnya. Menjadi istri dari sosok pria menyebalkan yang dahulu selalu membantunya dengan cara tidak terduga.

"Bunda!!!" seorang gadis cilik memanyunkan bibirnya sembari mendekat pada sang bunda.

"Loh anak Bunda kok manyun? Kenapa?" Alexa mencium rambut anak perempuannya dengan sayang.

"Bu Guru nakal!! Keisya gak mau sekolah lagi," adu gadis kecil itu merajuk.

"Loh kok gitu? Emang Bu Guru nakal gimana?"

"Kan Bu Guru tanya perkalian ke Keisya, terus Keisya suruh Bu Guru beli kalkulator aja. Keisya itu lagi males mikir perkalian Bunda, Bu Guru itu gak mau ngertiin Keisya." gadis kecil itu bersedekap dada.

"Bego!!" suara nyaring dari ambang pintu membuat gadis kecil itu menoleh, lalu melengos dengan perasaan geram.

"Abang gak boleh bicara kaya gitu." Alexa memberi peringatan pada anak laki-lakinya.

"Pokoknya Keisya gak mau sekolah."

Alexa menggelengkan kepalanya pelan, tersenyum simpul mengumpulkan kesabaran. "Sayang, Bu Guru kan nanyain Keisya buat mengukur kemampuan Keisya sampai mana. Biar Bu Guru tau, Kei itu udah paham atau belum tentang materi yang diajarkan."

"Bunda, Kei itu gak paham perkalian. Kei itu capek, perkalian itu gak pernah ngertiin perasaan Kei," ucap gadis kecil itu dengan nada merajuk.

"Bego!!"

Gadis kecil itu berjalan ke arah sofa, menarik telinga kembarannya dengan perasaan geram. Matanya berkaca-kaca. "Abang suka ngatain begitu. Kei itu emang gak pinter kaya Abang. Hiks... Hiks..."

Alfa yang melihat kembarannya menangis dengan perlahan mengusap rambut sang adik, berniat menenangkan. "Entar Abang ajarin Kei sampai bisa ya," ucap bocah lelaki kelas lima SD itu lembut.

"Kei jelek kalau nangis." Alfa mencium pipi gadis kecil yang lebih muda 7 menit darinya.

Alexa melongo, menatap dua bocah yang mengingatkannya dengan dirinya di masa lalu. Ah siapa yang akan menyangka, jika anak perempuannya akan mengikuti jejaknya dalam membenci perihal matematika. Lalu anak lelaki nya akan memiliki mulut pedas keturunan sang ayah.

"Kamu lagi ngapain?" Deofan menatap istrinya yang tengah melongo, tetap tak menyadari jika suaminya sudah pulang sejak lima menit yang lalu.

"Loh, kamu kok udah pulang?" tanya Alexa dengan raut wajah kaget.

"Tadi baru selesai meeting, gak ada kerjaan lagi. Aku tanya kamu tadi ngapain?"

"Itu, anakmu gak mau sekolah lagi gara-gara matematika." Alexa menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Mirip banget sama bundanya." Deofan melonggarkan ikatan dasinya.

"Ih, Papa udah pulaaaang!!" teriak Keisya antusias saat melihat sang ayah.

"Alay." Alfa kembali duduk di sofa, kembali fokus membaca buku di pangkuannya.

"Abang, ngomongnya ya." Alexa melirik Alfa yang sibuk dengan beberapa buku, lalu melirik Deofan sengit. "Kalau yang satu itu mirip banget sama kamu."

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang