DEAL (?) [33]

4.2K 320 14
                                    

Warning!!! Perasaan seseorang sekarang banyak yang imitasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!!! Perasaan seseorang sekarang banyak yang imitasi.~ Budiyanto Alexander.

Alexa mengerjapkan matanya, cahaya sang surya yang mengintip di balik tirai terasa menyilaukan. Belum lagi, pandangan Alexa yang terasa berputar. Rasa pusing itu masih mendominasi.

Pukul 07.00

Alexa menyibakkan selimutnya. Ia harus mengumpulkan jawaban dari soal yang Deofan berikan minggu lalu. Ia harus mendapatkan nilai yang baik, agar sesuatu yang menjadi tujuannya akan segera tercapai.

Dengan wajah pucat, tubuhnya yang lemah, cewek itu mencoba bangkit. Tangan Alexa bertumpu pada nakas, menyangga berat tubuhnya. Terasa sangat menyakitkan, kepalanya berdenyut seribu kali lebih menyakitkan.

Prang...

Tubuhnya ambruk di lantai, bersamaan dengan suara pecahan gelas yang terdengar nyaring. Bahkan, pecahan gelas itu mengenai lengan Alexa. Terasa perih saat benda tajam itu menusuk kulitnya, mengalirkan cairan merah dengan bau anyir.

"Astaga!! Non Lexa, kenapa bisa begini." pembantu rumah tangga itu datang ke kamar Alexa, dengan rasa khawatir melihat wajah pucat, serta darah dari lengan cewek itu.

Wanita paruh baya itu membantu Alexa duduk pada ranjang. Menatap cewek dengan wajah pucat itu dengan sorot pilu. "Gue mau ngumpulin tugas, Mbok."

"Non Alexa istirahat aja di rumah. Non Alexa lagi sakit. Saya ambilkan obat dulu." wanita paruh baya itu beranjak dengan cepat, mencari kotak P3K untuk mengobati gadis yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.

"Gue harus ngumpulin ini, Mbok." cewek dengan wajah pucat itu menggenggam sebuah buku. Buku berwarna hitam yang sudah menjadi bukti betapa giatnya ia mencoba mendapatkan nilai yang baik. Seberapa pening kepalanya saat menyelesaikan angka-angka rumit di tengah malam.

"Biar Mbok yang ke sekolah Non Alexa. Biar Mbok yang kumpulin," ucap wanita paruh baya itu sembari membantu mengobati luka Alexa.

Cewek itu sedikit meringis, merasakan perih yang menyakitkan. Cewek itu berharap, seseorang yang begitu ia rindukan kehadirannya akan datang, mengucapkan kalimat penenang.

Setelah mengobati Alexa, Inah tersenyum tulus. Mengambil buku tugas milik Alexa, dan segera beranjak. "Saya akan kumpulin ini ke sekolah Non Alexa."

"Kumpulin ke cowok yang namanya Deofan Yudistira ya, Mbok." cewek itu kembali berbaring, menatap langit kamar dengan hampa. Ia ingin mengenyahkan kekosongan yang begitu memuakkan ini.

Pintu kamar Alexa tertutup, cewek itu cukup merasa tenang. Untung saja ada Mbok Inah yang begitu baik dengan membantunya. Untung saja, wanita paruh baya itu memiliki hati yang tulus.

Alexa mengukir senyum, lalu memejamkan mata perlahan. Terngiang suara lembut yang ada pada tidur Alexa semalam. Sebuah suara selembut bisikan angin yang mengucapkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Alexa!! Kamu berulah apalagi, hah?! Benar-benar memalukan!!" suara itu membuat kelopak mata Alexa kembali terbuka. Serta suara pintu yang dibuka dengan kasar, menyentak Alexa pada kesadarannya.

"Berhenti bertindak bodoh!! Apa maksutmu hingga menabrakkan mobil ke tiang listrik?!! Apa kamu mau mati?" wanita dengan tatapan tajam itu menyorot Alexa.

Cewek dengan wajah pucat itu tersenyum hambar. "Saya ingin mati, tapi sayangnya saya belum mati. Menyebalkan."

"Terserah apa katamu. Jangan membuatku semakin repot karena ulah nakalmu. Dengar, dan jangan sekali-kali mengemis belas kasihan dari pria brengsek itu." mata tajam itu terus menyorot Alexa.

"Anda yang brengsek!!" Alexa memekik marah. "Bercerminlah sebelum mengatakan hal buruk untuk Papa. Anda penuh dengan sandiwara, di depan kamera Anda seperti malaikat yang di puja. Tapi di baliknya, Anda tidak lebih dari seorang iblis!!"

Cewek itu bangun, berjalan dengan tertatih. Tak perduli seberapa pening kepalanya, tidak perduli betapa sakit luka pada lengannya. Karena apa yang telah Alexa alami lebih menyakitkan dari ini.

Hari masih cukup pagi, tapi terik sang surya sangat menyilaukan bagi Alexa. Tanpa alas kaki, cewek itu menapaki trotoar dengan pandangan kosong. Merasa sesal pada takdir yang seolah mempermainkan.

Tujuannya pada sebuah danau di belakang taman. Biasanya, di jam seperti ini akan sangat sepi. Mengingat masih jam kerja, dan jam sekolah masih berlangsung. Alexa terduduk pada kursi taman, menerawang jauh ke masa lalu yang membahagiakan.

Cewek itu menundukkan kepalanya. Buliran bening itu ia sembunyikan dari sang surya. Ia tak boleh terlihat lemah, tak boleh terlihat rapuh. Alexa itu cewek badgirl dengan wajah ceria. Bukan cewek pemurung dan menangis pilu seperti ini.

"Lo terlalu jauh sama Tuhan. Makanya takdir gak pernah berpihak sama lo." suara yang terkesan dingin itu membuat Alexa mendongak. Sedikit terkejut kala melihat cowok yang masih mengenakan seragam sekolah itu berada di tempat ini.

Dia sempat berpikir sejenak, apa yang membuat si ketua kelas dinginnya itu kemari? Di tangan cowok itu, ada sebuah buku miliknya yang berwarna hitam. Alexa sedikit mengukir senyum, rupanya Mbok Inah benar-benar membantunya mengantarkan tugas itu.

"Bego. Kalo sakit istirahat, gak usah ngelayap. Pake acara bolos." cowok dengan wajah datar itu turut duduk pada kursi taman.

"De!! Gimana? Jawaban gue bener semua, kan?" Alexa memasang wajah ceria, dengan mata berbinar ia berharap akan mendapatkan kabar baik itu.

"Hm." Deofan hanya bergumam.

Setelah beberapa menit hening, Alexa kembali berkata, "De... ajarin gue buat deket sama Tuhan."

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang