DEAL (?) [20]

5.1K 356 19
                                    

Kalo lo beneran cinta sama seseorang, lo bakal lepas orang yang lo cinta demi orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalo lo beneran cinta sama seseorang, lo bakal lepas orang yang lo cinta demi orang lain. Dan, tujuan lo cuma satu, orang yang lo cinta bisa bahagia, walau tanpa lo. ~ Raditto Salim.

Alexa melahap makanannya dengan senang hati, rasa lapar membuatnya tak ingin berhenti melahap semua hidangan yang dipesannya.

Sore itu, hujan masih setia mengguyur kota Jakarta. Beberapa orang memilih berteduh, beberapa juga memilih menorobos agar cepat sampai tujuan. "Eh anjir, enak banget makanan di sini."

Deofan menatap cewek di hadapannya sekilas, lalu mengalihkan pandangan pada rintikan hujan yang menghantam kaca.

"Lu gak makan?"

Cowok itu diam, terlalu malas untuk membuka mulutnya. Sekedar menjawab pertanyaan Alexa yang tidak penting. "Tenang, gue yang bayarin." cewek itu tersenyum bangga, lalu kembali menyantap makanannya.

Sedangkan cowok dengan tatapan dingin itu tetap diam, tak berniat sekadar menyicipi rasa dari minuman yang telah dipesan oleh Alexa untuknya. Cowok itu menghembuskan nafasnya kasar, menatap hampa rintik hujan yang membuat ia mengingat kenangan lama.

"Pedes banget, dah." cewek itu mengibaskan tangannya di depan mulut. Terasa terbakar lidahnya. "De, gue minta minumnya, ya?"

Cowok itu hanya melirik sekilas, tak membuka mulutnya sedikitpun untuk menjawab. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Alexa mengambil alih minuman yang dipesannya untuk Deofan. Sudah tak kuasa menahan rasa lidahnya yang terbakar.

Cewek dengan bulu mata lentik itu merasa lega, saat ia telah menghilangkan rasa terbakar pada mulutnya. Tapi, minuman yang dipesan untuk Deofan tadi sudah tandas masuk ke perutnya.

"Gue ganti, De. Tenang aja, gue pesenin lagi." cewek itu nyengir, sedikit merasa bersalah pada cowok dingin di hadapannya.

Cowok itu beranjak, tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya. Apa Deofan semarah itu, karena minumannya telah dihabiskan Alexa? Apa kesalahan Alexa sefatal itu? Tapi, ini tidak terlalu fatal bagi Alexa.

Alexa merogoh sakunya, berniat membayar dan segera meninggalkan tempat makan ini, lalu berlari mengejar Deofan. Tubuhnya menegang, lalu sudut matanya menangkap seorang wanita dengan pakaian pelayan. Cewek itu nyengir sembari berkata, "Bentar, ya, Mbak."

"Deooo!!! Gue lupa bawa dompet, ngutang duit lu bentar, dong." gadis itu merengek, tak menghiraukan tatapan jenaka beberapa orang di dalam cafe tersebut.

"Gak!!!" tolak Deofan dengan tegas.

"Gue balikin, nanti. Lagian lu juga pesen minuman." gadis itu tak mau kalah.

"Lu yang pesen, lu yang habisin."

Alexa mengerucutkan bibirnya lucu, berusaha memutar otak agar bisa mendapatkan uang untuk membayar tagihan. "Mbak, saya bantuin nyuci piring sebagai bayarannya." gadis itu memberi penawaran.

"Maaf, Mbak. Tidak bisa," ucap pelayan itu sopan.

"Kalau saya taruh KTP saya di sini, gimana, Mbak?" gadis itu kembali menepuk jidat. "KTP saya di dompet."

Deofan menghembuskan nafasnya kasar. Berjalan mendekat ke arah pelayan, lalu mengeluarkan beberapa uang tunai seratus ribuan untuk diberikan pada pelayan tersebut.

Kini matanya menatap tajam Alexa, seolah menguliti gadis itu hidup-hidup. "Lo itu... nyusahin!!" desisnya pelan, lalu pergi meninggalkan cewek itu yang tersenyum sumringah. Kapan lagi Deofan dengan baik hati memberikan pinjaman padanya, kan? Ini sangat membahagiakan.

"De!!! Tungguin...." Alexa berteriak, memanggil sosok dingin yang berjalan lebih cepat darinya.

Cewek itu tak begitu memperhatikan langkahnya, tak perduli juga dengan tali sepatunya yang tak terikat sempurna. Cewek bandel itu bisa terjatuh kapan saja.

"Akh...."

Alexa merintih saat merasakan lututnya kembali perih karena membentur kerikil kecil. Darah segar kembali mengucur dari lututnya, kali ini lumayan sedikit perih.

Alexa bangkit, menendang beberapa kerikil yang membuat lukanya kembali terbuka. Berjalan pincang mengejar cowok dingin yang sudah sangat jauh darinya.

                             ***

Deofan terdiam, kala mendapati seorang cewek tengah duduk pada kursi taman. Pandangan cewek itu menjelajah ke semua arah, meneliti setiap sudut taman. Deofan tau, bahwa cewek itu sedang mencari seseorang.

Ia tak berniat mendekat, hanya menatap wajah cewek itu dari kejauhan. Cewek itu masih sama, cewek ceroboh yang selalu membuatnya kesal. Cewek yang selalu menangis kala Deofan mengerjainya.

"De, lu jalan cepet banget, sih. Gue teriakin dari tadi, lu budeg ya." Alexa mengomel, perjuangannya menghampiri Deofan dengan berjalan pincang membuahkan hasil. Tak perduli dengan lukanya yang sedari tadi mengeluarkan darah. Belum lagi, rintik hujan yang membuat lukanya semakin perih.

Deofan berdecak, menatap Alexa yang meringis menahan perih pada lututnya. Cowok itu baru menyadari, bahwa lutut cewek bandel itu terluka. Dan, lagi-lagi cewek bandel itu tak memperdulikan dirinya sendiri.

Deofan menghembuskan nafasnya kasar, menatap luka Alexa sekilas. Luka itu bisa saja mengakibatkan infeksi, sedangkan sang pemilik luka tak berniat mengobatinya.

Cowok dengan tatapan dingin itu pergi meninggalkan Alexa, menghampiri sosok yang tengah duduk di kursi taman. Jilbabnya mulai basah, sebab menampung rintikan hujan.

"Jangan jadi orang bego, pake jaket ini. Gak usah ngundang penyakit," ucap Deofan dengan nada datar, tangannya terulur memberikan jaket miliknya.

"Kak Deo!!" pekik cewek itu dengan sumringah. Dengan senang hati, ia menerima jaket itu. Senyumnya terlihat manis, senyum itu pernah membuat Deofan tak bisa tidur di malam hari. Senyum cewek itu.

Sedangkan Alexa, menatap Deofan dari kejauhan. Rupanya cowok dingin itu memiliki sisi yang berbeda, tapi tak ditunjukkan pada sembarang orang. Mungkin, hanya orang spesial?

"Kak, aku mau bicara berdua sama Kakak." cewek itu menatap Deofan penuh harap.

"Gue gak bisa." Deofan melengos, meninggalkan cewek berjilbab itu di tengah rintik hujan.

Alexa sedikit memiringkan kepalanya, merasa bingung dengan kisah cinta yang ia saksikan detik ini. Ia kembali meringis, menatap lukanya yang kembali berdenyut.

"Aaa...," pekik Alexa saat merasakan tubuhnya mengambang di udara.

"Gak usah lebay, pegangan atau gue jatohin," ucap Deofan tajam.

Alexa mengalungkan tangannya pada leher Deofan. Menatap ketua kelasnya dengan jarak sedekat ini, Alexa baru menyadari satu hal. Deofan tampan.

Sosok berjilbab itu menatap Deofan dari kejauhan dengan senyum miris. "Sepertinya Allah sudah memberikan kamu hati pengganti." —cewek itu mendongak, menatap langit mendung—"Ya, Allah... apa ini pertanda bahwa aku harus berhenti? "

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang