Kadang gue heran, netijen kowar sana-sini dapet gaji berapa per-bulan?~ Kevin Dirgantara.
Ke-lima cowok dengan paras tampan tampak sibuk memperhatikan cewek yang tengah menikmati mie dengan rasa pedas yang luar biasa.
Joko geleng-geleng kepala, memperhatikan Alexa yang terlihat tengah meluapkan emosinya pada rasa pedas dari mie yang populer di negara gingseng itu.
"Lo yakin kagak bakal kena gangguan pencernaan?" Joko angkat bicara.
"Lo udah habis 3 porsi ini loh, Lex." Budi memperingatkan.
Kevin menelan ludahnya dengan susah payah, membayangkan rasa terbakar pada mulutnya hanya dengan menatap Alexa memakan mie super pedas itu.
"Udahin Lex, entar lo tumbang lagi." Radit berbicara dengan hati-hati.
Alexa tak menghiraukan, cewek itu tetap melahap mie super pedas itu dengan cekatan. Sesekali tangannya mengusap peluh pada dahinya, tubuhnya terasa sangat panas. Sesekali cewek itu mengibaskan tangannya di depan wajah.
Tentu saja, tingkah Alexa tak lepas dari pandangan Gama. Cowok itu masih menatap lekat mantan kekasihnya itu, merasa geram pada Alexa karena tak menghiraukan peringatan dari teman-temannya.
"Gue peringatin buat berhenti." Gama mendesis tajam. Bahkan Joko dan Budi tampak menatap Gama dengan sorot ngeri.
Tapi, tak berlaku untuk Alexa. Cewek itu tetap melahap makanannya tak perduli dengan tatapan mata Gama yang semakin menajam.
Braaakh...
Pranng...Suara gebrakan meja, serta disusul suara piring yang terbuat dari keramik putih menghantam lantai di kantin SMA Nusa Pelita.
Beberapa siswi memekik kaget, lalu memfokuskan pandangannya pada meja paling pojok."Lo mau bunuh diri?!!" Gama berucap dengan intonasi tinggi. Mata elangnya menatap Alexa, seolah tengah menguliti gadis bandel itu.
Alexa, cewek yang tengah menjadi objek fokus banyak orang tampak begitu santai, tangannya terulur meraih tisu, mengelap sudut bibirnya, lalu berdiri. Matanya menatap Gama intens, hingga kedua manik mata dua orang berbeda kelamin itu saling menumbuk.
"Kalau bunuh diri sesimpel itu, udah gue lakuin dari kapan hari." cewek itu melangkahkan kaki, pandangannya jatuh pada mie yang tengah bercecaran, dalam hati cewek itu begitu menyayangkan mie pedas dengan rasa nikmat yang sudah terkontaminasi dengan debu-debu.
Alexa menarik nafas panjang, lalu perlahan menghembuskannya. Perut nya juga terasa melilit akibat mie super pedasnya tadi. Toilet!!! Ya ia harus ke toilet dengan cepat, sebelum kejadian memalukan menimpa dirinya.
Cewek itu mengendus, menajamkan indra penciumannya. "Kan, kelepasan...," ucap cewek itu saat mencium aroma gas mematikan dari bokongnya.
***
"Gue tau semuanya. Kalo lo mau jadi patner gue, lo bakal untung, dan gue juga bakal untung."
"Gak usah banyak mikir. Kita tau, bokap lo udah coba direbut sama dia, begitupun dengan tunangan lo."
"Kita bikin dia enyah dari sini. Alexandra Colins waktunya lo mati perlahan."
Alexa mendengus perlahan, di balik salah satu bilik, ia menuntaskan panggilan alamnya. Mendengar rencana busuk orang yang ada di luar membuat Alexa ingin mencakar para cewek sialan itu.
"Woy, Alexandra Colins ada di sini. Kalo mau bikin rencana jangan sampai gue denger lah. Bikin mules aja." tanpa rasa takut sedikitpun, cewek itu malah berteriak. Menginterupsi pembicaraan rahasia beberapa siswi yang ada di luar bilik.
Alexa sendiri tak mengenali suara-suara yang mengganggu indra pendengarnya itu. Ia mendengus pelan, menyelesaikan panggilan alamnya. Ah, mungkin ia akan menjambak rambut para heaters nya itu, dipikir siapa orang yang yang sedang coba mereka hancurkan.
"Oh...." cewek itu memasang wajah angkuh. "You kenal me?" cewek itu tertawa sumbang, lalu melanjutkan kata-katanya, "I'm is Alexandra Colins."
Cewek itu menghentikan tawanya, berpikir sejenak. "You kenal me? Kenal itu bahasa inggrisnya apa ya?" cewek itu mengibaskan tangannya tak perduli, lalu berkata, "Bodo amat, yang penting bahasa inggris."
Alexa keluar dari salah satu bilik, memasang wajah garang. "Ah, siapa yang ngomongin gue tadi ya?"
Cewek itu memasang smirk, melirik pintu salah satu bilik yang tertutup rapat. Ah, pasti akan segera kena.
Cewek itu berjalan perlahan, tak lupa tangannya yang memilin ujung rambut curly-nya. Menyeringai semakin lebar dengan sejuta misteri di dalam otaknya.
Brakh...
Pintu itu di dobraknya dengan kasar, membuat dirinya sendiri terkejut akan kekuatan yang dianggapnya super.
Cewek itu terdiam dengan seribu bahasa, tangannya mengepal kuat, dan keringat dingin mulai membasahi dirinya.
"Hantuuu!!!" cewek bandel itu ngacir keluar toilet, membuat beberapa orang yang melihatnya dengan tatapan aneh.
Brakh...
Entah terdapat kutukan apa di sekolah ini, ini sudah keberapa kalinya bokong Alexa mencium lantai dengan tidak romantis. Ah, sial.
"Lo gak pa-pa?" suara bariton itu membuat Alexa mendongak.
"Ehsan?" Alexa memasang wajah cengo-nya.
Cowok itu geleng-geleng kepala, tak lupa dengan senyum manis yang ia pamerkan. Cowok itu berjongkok, menyetarakan wajahnya pas di depan wajah Alexa. "Lo lupa nama gue lagi?"
Entah apa yang ada di otak cewek bandel di hadapannya itu. Tak pernah ingat dengan namanya. "Kemarin Ijat, sekarang Ehsan." cowok itu terkekeh, lalu melajutkan kata-katanya, "Kayanya lo suka sama kartun si botak kembar."
"Entah, gue pelupa. Eh, San... tadi ada hantu." cewek itu kembali menoleh ke belakang, takut jika makhluk yang di sebutnya hantu itu akan mengejarnya.
"Hantu?" Ivan mengernyit bingung.
"Hm, hantu. Tadi gue lagi nuntasin panggilan alam, pas gue di dalem bilik ada yang bicarain gue terus-,"
"Tugas lo mana?" kedua manusia berbeda kelamin itu menoleh pada asal suara.
Tampak Deofan memasang wajah datar, dengan tatapan tajam, menyorot Ivan dengan pandangan tidak suka.
"Ah, belum selesai." cewek itu segera berdiri.
"Kalau begitu siap-siap dapat hukuman." cowok dengan wajah dingin itu berlalu.
"Ah, De... kok gitu...." cewek itu merengek.
"Lari di lapangan 20 putaran," ucap Deofan seolah tak ada penolakan.
"Lo gak bisa nyuruh dia seenak jidat lo." Ivan mencekal lengan Deofan yang hendak melangkah pergi.
Cowok dengan wajah dingin itu melirik Ivan sekilas, disentaknya tangan milik cowok berdarah bali itu dengan kasar. "Gue gak butuh pendapat lo." cowok itu berlalu.
Ivan memasang smirk. "Lo dendam sama gue karena gue milikin apa yang sangat lo inginkan. Sepengecut itu lo Fan, berhenti mempersulit cewek yang gue suka."
Deofan menatap Ivan dengan tertarik, lalu pandangannya jatuh pada cewek yang tengah memperhatikannya sembari menggaruk kepalanya. "Cewek yang lo suka? Dia?"
"Gak perlu gue jelasin, gue gak suka cewek lemah, dan lo suka cewek lemah." Ivan tersenyum dengan sejuta misteri.
"Brengsek!!"
Bugh...
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.