Mama tahu, gak? Kenapa Alexa nakal? Karena, Alexa mau dapat sedikit perhatian dari Mama. ~Alexandra Colins.
Suara sirine mobil polisi menggema pada jalan kota. Alexa menambah kecepatan laju motornya, ia tak boleh tertangkap malam ini.
"Shit!!" umpat Alexa saat mobil polisi itu masih saja mengejarnya.
Bibir Alexa menyeringai, saat melihat sebuah toko kue di samping tikungan jalan. Beberapa mobil, berjajar rapi di sana. Mungkin, tempat yang cukup aman untuknya dan juga Blacky bersembunyi.
Alexa masuk ke dalam toko itu, lalu mengambil tempat di pojok ruangan. Matanya masih menjelajah, memastikan keadaan sudah aman dan terkendali.
Tangan Alexa mengepal, saat melihat mobil polisi itu turut berhenti pada tikungan. Jika ia keluar dari tempat ini, maka polisi itu akan menemukannya.
Dilihatnya sebuah pintu berwarna cokelat, tak jauh dari tempat duduknya.
Alexa bangkit, kakinya melangkah pada pintu itu. Sesekali menoleh kanan-kiri untuk memastikan tidak ada seseorang yang mencurigainya.
Matanya membulat, saat melihat beberapa peralatan dapur ditata dengan rapi."Bangke!! Gue salah masuk ruangan," desis Alexa.
Alexa membuka pintu itu kembali, berniat untuk keluar dari ruangan yang memuakkan. "Shit!!" umpatnya pelan.
Hari ini benar-benar hari sial milik Alexa. Bagaimana tidak? Polisi yang mengejarnya tadi, ternyata tengah menyantap kue di toko yang sama, dengan tempatnya bersembunyi.
Alexa kembali menutup pintu itu, lalu mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Jika ia ketahuan masuk di tempat khusus karyawan, mungkin ia akan di usir dengan tidak hormat.
Matanya berbinar, senyumnya mengembang dengan lebarnya. Saat penglihatannya menangkap sesuatu yang begitu ia suka.
"Green tea," gumamnya pelan.
Matanya masih menatap cup cake dengan campuran green tea itu di atas meja. Tanpa pikir panjang, tangannya terulur begitu saja untuk menyentuh kue itu.
Kue itu dipandanginya dengan teliti, lalu menggigitnya sedikit. Matanya terpejam, menikmati rasa green tea yang begitu dominan.
"Enak," gumam Alexa pelan, senyumnya masih terukir dengan sempurna.
"Mbak siapa?"
Mata Alexa melotot, jiwanya tertarik kembali ke alam sadarnya. "A-anu ... gue ...."
"Mbak bukan karyawan di sini, mbak siapa?" tanya gadis di hadapan Alexa semakin menyudutkan.
Beberapa karyawan, rupanya mulai tertarik untuk melihat apa yang sedang terjadi. "Mbak, mencuri?"
Alexa menggelengkan kepalanya berulang kali. "Bukan, gue gak nyuri," sangkalnya.
"Terus Mbak ngapain di dapur? Ini tempat khusus karyawan."
"Gue gak nyuri."
"Lah, Mbak makan cup cake itu, Mbak bilang aja kalau nyuri. Udah ketahuan juga kok,"seloroh karyawan yang lain.
"Gue gak nyuri, gue juga punya uang," ucap Alexa tak mau kalah.
"Gue bayar, tenang aja," ucap Alexa sembari merogoh saku celananya. Dahinya mengernyit, saat ia tak menemukan apapun pada saku celananya.
Ia merogoh saku jaketnya, dan kembali merogoh saku celananya. "Astaga, dompet sama ponsel gue ketinggalan," ucapnya sembari menepuk jidat.
"Mbak, kalau gak punya uang bilang aja. Gak usah sok dompetnya ketinggalan. Karyawan sini juga udah kebal masalah seperti itu," ucap salah satu karyawan dengan senyum mengejek.
Beberapa karyawan lain tampak berbisik-bisik, membicarakan perilaku Alexa yang tak sepadan dengan style yang ia kenakan.
"Ada apa ini?" suara yang terdengar tegas itu menggema di sudut dapur. Beberapa karyawan segera pergi, melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
"Dia mencuri Bunda, dia memasuki area dapur tanpa ijin," tuding karyawan yang tadi memergoki Alexa.
Alexa menggeleng, sembari memberikan tatapan meyakinkan. "Saya tidak mencuri, Tante ...."
"Sudah, Renata ... kamu kembali bekerja, biar saya yang bicara dengan dia," ucap wanita berjilbab itu dengan lembut.
Gadis yang bernama Renata itu mengangguk, dan berlalu meninggalkan Alexa. "Saya tidak mencuri," ucap Alexa agak kesal.
Wanita berjilbab itu tersenyum, lalu mengelus pelan pucuk kepala Alexa. Tangannya terasa lembut, Alexa pikir, wanita di hadapannya itu akan melaporkannya ke polisi. Tapi, wanita paruh baya itu malah mengelusnya dengan sayang.
"Kamu suka green tea?" tanya wanita itu dengan lembut.
Alexa mengangguk pelan, lalu mengangkat cup cake yang dipegangnya tadi ke udara. "Boleh saya ... memakannya?" tanya Alexa harap-harap cemas.
Wanita berjilbab itu menganggukkan kepalanya, senyum hangat itu tak pernah pudar. "Nama kamu siapa?" tanya wanita itu sembari mengusap rambut Alexa sayang.
"Alexa," ucap Alexa sembari menikmati kue yang ada pada mulutnya.
"Kamu mau lagi?"
"Boleh?"
"Tentu."
Mata Alexa berbinar, baru kini ia menemukan seseorang sebaik wanita di hadapannya kini.
"Ah, tidak Tante. Saya ... tidak membawa uang, besok saja. Saya akan kembali ke sini lagi, kue di sini enak," ucap Alexa dengan jujur.
Wanita itu kembali tersenyum. "Tidak apa-apa, saya suka melihat kamu makan kue di toko saya,"
Alexa menggelengkan kepalanya, lalu mencebikkan bibirnya lucu. "Tidak Tante, saya akan kembali lagi besok. Saya masih ingin memborong banyak kue di sini," ucap Alexa terkekeh.
Wanita paruh baya itu geleng-geleng kepala melihat Alexa yang tampak bersemangat.
"Kamu cantik," ucap wanita paruh baya itu dengan tulus.
"Kalau itu, saya sudah tahu, Tante ...," Alexa terkekeh.
"Ya sudah, ini sudah malam. Sekarang, kamu pulang. Nanti orang tua kamu khawatir," ucap wanita itu sembari mengelus sayang rambut Alexa.
Alexa tersenyum, sembari mengangguk pelan. "Saya boleh, gak? Panggil Tante ... Mama?"
"Tentu Sayang, asal kamu senang."
Mata Alexa berbinar, senyumnya mengembang. Ia memeluk wanita di hadapannya itu dengan rasa bahagia. Begitu hangat, sehangat pelukan ibunya saat ia masih kecil. Sebelum, masa kelam itu menjemput Alexa hingga pada titik ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.