DEAL (?) [22]

4.7K 286 7
                                    

Lo punya otak gak di gunain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lo punya otak gak di gunain. Gimana kalo lo sumbangin aja ke orang yang lebih membutuhkan? ~ Gama Venando Hercules.

"Dia?!!!"

Joko, Budi, Radit, dan Kevin berbicara serentak dengan volume yang cukup nyaring.

"Lo pada ngapain, dah?" tanya Gama dengan kernyitan pada dahinya.

Kali ini Budi memicing, menodong Gama dengan telunjuknya. "Lo yakin?"

Joko menggelengkan kepalanya berulang kali. "Bener ya kata Cita-Citata. Perawan lebih cantik, janda lebih menarik." Joko bergoyang, mengikuti irama yang dinyanyikannya dengan sumbang.

"Abang, pilih yang mana... Perawan atau janda... Perawan lebih syantik, janda lebih menarik...." kali ini Kevin turut menyanyikan lagu aliran dangdut itu dengan nada centil-centil menjijikkan.

Radit, dan Gama bergidik. Sedangkan Alexa tampak tertawa terbahak-bahak menyaksikan aksi konyol temannya yang kurang waras.

"Aduduh, kalian tuh sebenernya pada ngapain, sih? Ngelawak lo? Hahaha." cewek itu melanjutkan tawanya. Tak perduli dengan beberapa pasang mata yang melihatnya dengan heran.

"Ngaku aja, Gam. Kita semua udah pada tau." Radit tampak berbicara dengan seringaian pada sudut bibirnya. Merasa menang karena telah membongkar rahasia Gama.

"Tau apa?" cowok yang dituding itu malah mengernyit bingung.

"Ada cewek yang lagi lo suka." Budi menyeringai.

"Cewek? Yang gue suka?" tanya Gama masih tak juga mengerti.

Namun, beberapa saat kemudian manik mata cowok itu mengarah pada sosok cewek yang duduk di sampingnya. Cewek itu masih melanjutkan tawanya, dengan menggelengkan kepala berulang kali.

"Lo lagi suka sama cewek ya, Gam?" Alexa menghentikan tawanya, tatapannya fokus pada Gama yang masih menatapnya lekat.

"Iye, suka sama cewek. Untung dia gak homo, gue bayangin Gama homo, terus naksir gue pula. Hedooh!!!" Joko bergidik, membayangkan hal terburuk jika temannya itu tak lagi menyukai sosok cewek.

"Gimana, Gam? Lo mau ngaku kagak?" tanya Budi sembari menyeringai.

Gama tampak menghela nafas, mungkin rahasianya benar-benar sudah terbongkar kali ini. Mau bagaimana lagi? Teman-temannya pasti akan terus menodong. Tapi, apakah Gama harus mengatakan secara terang-terangan di depan Alexa?

"Ayo buruan, atau gue yang bantuin lo ngomong?" Radit terus mendesak.

"Iya-iya, cewek yang gue suka itu-"

"Mbak Sri!!!" sorak ke-empat cowok itu bersamaan. Layaknya paduan suara yang menyanyikan lagu kebangsaan dengan semangat yang bergelora.

Gama dibuat semakin bingung. Teman-temannya mengira ia menyukai sosok Mbak Sri-seorang penjual nasi pecel di kantinnya, berstatus janda, tak memiliki anak. Memiliki tubuh yang dikategorikan bak model.

"Mbak Sri?" Alexa mengernyit bingung.

"Gue punya bukti." Radit merogoh kantong sakunya. Mengambil benda pipih itu, lalu mengotak-atiknya sebentar. Tangannya terulur, menunjukkan pada Gama, dan juga Alexa, foto yang ia dapatkan beberapa hari yang lalu.

"Hah?" Gama tampak syok dengan apa yang dilihatnya. Sedangkan Alexa, tertawa hingga ingin menangis.

"Gue dapet ini di galeri laptop lo. Masih mau ngelak? Gue yakin, lo abis natap foto ini sehari semalam." Radit menyeringai.

Alexa semakin terbahak, ia ingat betul, foto itu adalah foto yang ia ambil setahun yang lalu. Di sebuah taman, saat Alexa jogging dengan Gama. Saat itu, Gama tampak menyapa sosok wanita yang namanya disebut-sebut Mbak Sri.

Alexa menyuruh Gama berpose dengan Mbak Sri. Apalah daya Gama untuk menolak permintaan sang pujaan hati.

"Anjay, lo pada." Gama mengambil ponsel Radit, lalu segera menghapusnya.

"Gue masih punya." Budi memperlihatkan layar ponselnya yang menampilkan sosok Gama dengan Mbak Sri.

"Gue juga." Kevin turut menyeringai sembari memperlihatkan layar ponselnya. Disusul Joko yang tak mau ketinggalan memperlihatkan pose kedua insan manusia itu.

"Adoh, ngakak!!!" Alexa menjerit di sela tawanya.

"Gara-gara lo, Lex. Jelasin ke mereka." Gama menggerutu.

"Adoh, iya-iya. Humor gue anjlok seketika." -cewek itu menghentikan tawanya, menghirup udara dengan tenang, lalu menghembuskannya pelan-"Itu, foto itu gue yang ambil."

"Maksut lo?" Radit dibuat bingung, begitupun ketiga cowok yang menatap Alexa dengan rasa penasaran.

"Gini, foto itu gue yang ambil. Gue suruh Gama berpose, lalu gue edit," jelas Alexa menahan tawanya.

"Lah, lo kok kenal Mbak Sri. Lo belum sekolah sini, kan?" tanya Joko keheranan.

Alexa berdecak, memutar bola matanya malas. "Yang bilang kenal Mbak Sri juga siapa?"

"Lah...." Budi mengernyit bingung.

"Diem, dulu lu, kutil." Gama menimpali.

"Pas kita jogging di taman. Kita ga sengaja ketemu Mbak Sri, si Gama nyapa si Mbak Sri yang lagi jogging juga. Ya gue foto aja mereka berdua." -cewek itu kembali melanjutkan tawanya.- "Dan, gue baru tau dia itu penjual pecel di kantin sekolah si kadal ini."

"Jadi... lu beneran homo ya, Gam?" tanya Joko was-was.

"Gue sunat juga lu." Gama memberikan ultimatum pada Joko, sembari menghunus Joko dengan tatapan tajamnya.

"Lex, lo dipanggil Bu Rosa di ruang padus." seorang siswi dengan kaca mata tebal itu menginterupsi Alexa.

Alexa berpikir sejenak, alasan apa yang membuatnya dipanggil kali ini? Tapi, di ruangan padus? Apa ia akan diikut sertakan anggota padus?

"Bikin ulah apa lagi lo?" tanya Gama.

Alexa mengendikkan bahu, dan segera beranjak. Melambaikan tangannya, berjalan menuju ruang padus untuk menemui Bu Rosa.

"Kenapa di ruang padus? Kenapa gak di ruang BP?" tanya Joko bingung.

"Mungkin dia mau diangkat jadi anggota padus. Atau, Bu Rosa cari suasana baru." Budi menimpali, menyeruput es teh yang ia pesan beberapa menit lalu.

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang