Hello guys, ini udah double update ya. Besok senin udah mulai unprak huhuhu😭 gak sempet kalau mau update gini. Buanyak tugas gitu, jadi anggep aja ini aku mempercepat jadwal update ya. Jangan pada demo kalau aku nanti update di hari Sabtu yang akan datang. Karena emang hari Sabtu hari terakhir unprak. Mohon doanya untuk ujian ujian yang akan membuatku molor update nih cerita. Jan lupa vote komen loh, kalau kalian lupa entar aku tambah nangis. Kalau aku nangis jadi ngambek, kalau ngambek aku bikin sad ending biar kalian nangis bombay bareng akoh. Mwah😭
"Jadi, kamu menunduk hormat sama karyawan Deofan, dan meminta maaf atas ketidak sopanannya?" Abram menatap putrinya dengan tidak percaya.
Gadis itu nyengir kuda, menatap wajah orang-orang di sekitarnya dengan wajah kikuk. "Lagian kan, Pa... siapa juga yang bakal menyangka. Si Deo yang lima tahun lalu cuma murid SMA, sekarang malah jadi direktur." gadis itu berspekulasi dengan wajah tak terima.
"Bahkan sejak di SMA, dia sudah menjadi pewaris tunggal Yudi's Corp. Papa Deofan benar-benar orang hebat, bahkan sampai akhir." Abram tersenyum hangat.
Deofan mengukir senyum samar, mengingat sosok pria paruh baya yang selalu ia panggil 'Papa' kala itu. Rindu itu kembali menyelimuti perasaan Deofan, mengingat pria paruh baya yang kini sudah tenang di samping Tuhan.
Pria itu cukup bersyukur, karena papa-nya yang bisa bertanggung jawab sampai akhir. Mengatas namakan semua aset yang dimilikinya untuk Deofan dan juga bunda-nya. Hingga, keduanya menjalani kehidupan tanpa tekanan ekonomi.
Deofan mampu menyelesaikan sekolahnya, tanpa berpikir bagaimana dengan biaya. Dan juga, bunda-nya yang bisa membangun toko kue, mengingat hobi bunda-nya adalah membuat beberapa cake.
Semuanya mampu ia raih sekarang, kerja keras dan belajar tekun hingga ia mampu menjadi atasan yang cukup sempurna untuk para karyawannya. Semua pekerjaan kantor yang mampu ia selesaikan dengan tepat dan cepat.
Alexa melongo, mendengar fakta mengejutkan dari sang ayah. Ditatapnya kembali Deofan, ia tidak menyangka bahwa ketua kelasnya lima tahun lalu adalah anak dari para cebol.
"Cukup. Kita mulai pembahasan kita, Om Davin jelaskan lebih dulu." Deofan memeriksa beberapa berkas yang ada di mejanya.
Davin mengangguk mengerti, membuka beberapa berkas. Lalu, menyodorkan map berwarna merah. "Kamu tanda tangani ini."
Alexa mendongak, menatap map merah itu dengan bingung. "Ini apa?"
"Sebenarnya, Mama kamu sudah menyiapkan beberapa hal saat menjadi publik figur. Dia membeli 3 apartemen di Bandung, 4 apartemen di Surabaya, dan ia menginvestasikan uangnya di Yudi's Corp. Itu semua diatas namakan dengan nama kamu. Karena rencananya, Mama kamu akan segera mengundurkan diri dari dunia entertain. Dan menyusul kamu ke New York, dengan tabungan yang ia miliki." Davin menjelaskan panjang lebar.
Perasaan bersalah itu kembali hadir, bahkan mama-nya benar-benar bekerja keras untuknya. Gadis itu melamun, memori kecil pada otaknya menyetel ulang kejadian-kejadian dimana ia selalu membenci Maria.
"Dan, ini dari Papa buat kamu. Papa sudah mewariskan 70% kekayaanku untukmu. Dan, 30% ijinkan Ara yang memilikinya. Bagaimana pun, ia juga anak Papa." Abram mengukir senyum lembut.
"Lex, bisa kamu tanda tangani sekarang? Om, sama Pak Abram harus bergegas," ucap Davin menyadarkan Alexa dari lamunannya.
"Aku gak mau kekayaan sebanyak ini Pa. Dulu, Mama juga sibuk mencari kekayaan sampai waktu kita benar-benar sedikit." gadis itu memberi jeda, menelan ludahnya getir. "Aku cuma mau Papa, hidup dengan sederhana. Apa Lexa boleh minta sesuatu?"
Davin mengernyit, begitu juga Abram, dan Deofan. Hanya saja, mereka terheran dengan ucapan Alexa. Bagaimana mungkin ada manusia yang menolak saat diberi sebuah kekayaan yang melimpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.