DEAL (?) [44]

4.3K 389 30
                                    

Aku ingin meminta hatimu dengan cara sederhana, mencintaimu melalui lantunan do'a pada Tuhanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingin meminta hatimu dengan cara sederhana, mencintaimu melalui lantunan do'a pada Tuhanku.~ Alexandra Colins.

"Mama, ayo pulang."

Seorang pria dengan kemeja berwarna army itu menoleh. Mengulas senyum pada cewek yang usianya terpaut 10 tahun dengannya.

"Mbak, Alexa sudah datang." Pria itu berbisik pada wanita begaun hitam dengan belahan dada rendah.

Pria berumur 27 tahun itu beranjak, sedikit mendekat pada Alexa. "Mama kamu lagi banyak pikiran. Wanita itu nemuin mama kamu lagi." pria itu memberi jeda. "Dia maki-maki mama kamu, dia marah karena kamu akhir-akhir ini gencar menemui Pak Abram."

Alexa menatap ibunya dengan pandangan kosong. Hal ini, ia membenci keadaan seperti ini. "Lagi?" ucapnya lirih.

Pria itu mengangguk lesu. "Kamu, saya tau kamu terlalu menyayangi Pak Abram. Tapi, Pak Abram sudah bahagia dengan keluarganya. Tolong jangan diusik, kasian mama kamu."

Tangan Alexa mengepal kuat, emosinya sudah sampai ubun-ubun. "Gue juga keluarganya, apa salahnya gue nemuin bokap gue. Gue juga pengen dapet bagian dari kasih sayang dia!!!"

Beberapa pengunjung tampak menatap ke arah Alexa. Tatapan heran, namun hanya sejenak. Beberapa dari mereka menganggap ini percekcokan yang wajar. Lagipula, di club ini diisi oleh orang orang yang tak kepo dengan urusan orang lain.

"Kamu!!! Dasar anak gak tau diuntung." wanita bergaun hitam itu bangkit dari duduknya. Matanya memerah seolah memancarkan api emosi.

Plak...

Suara yang nyaring dari sebuah persentuhan telapak tangan dan pipi Alexa. Cewek itu menunduk, tak memberontak seperti biasanya. Kepalanya sudah berdenyut lebih parah dari sebelumnya.

"Kamu tau apa yang dilakukan wanita itu padaku?!! Hah?!! Besok akan ada berita besar!! Lihat kekacauan yang kamu buat terhadapku. Buka mata kamu, sampah!!!" wanita itu berteriak frustasi, lengannya ditahan oleh pria yang menjadi managernya selama 7 tahun terakhir.

Alexa menunduk, cewek itu mengigit bibirnya sendiri. Hingga rasa asin mendominasi indra perasanya. Bibir itu terluka dan mengeluarkan cairan merah, seolah tak perduli, cewek itu terus menggigit bibir bawahnya untuk menggantikan hatinya yang protes seolah ingin mengungkapkan apa yang dirasa.

"Mbak, sabar. Kita bisa adain sidang pers besok kita jelaskan pada publik segalanya. Aku udah siapain. Alexa, kamu bawa mama kamu pulang ya." pria dengan nama lengkap Davin Airlangga itu mencoba menengahi keadaan.

"Aku mau pulang sendiri. Dan, kamu!! Enyah kamu dari hadapanku. Berhenti bikin hidup aku hancur. Dasar biang onar!!" teriak Maria marah, wanita itu melewati tubuh Alexa.

"Sabar ya Lex. Mama kamu cuma lagi strees, muka kamu pucat banget. Kamu sakit?" Davin menatap iba Alexa.

Cewek itu menggeleng pelan, tersenyum samar seolah meyakinkan. "Ya, udah. Om nyusulin mama kamu dulu. Kamu hati-hati pulangnya."

Cewek itu kembali mengangguk, tangannya terkepal kuat. Air matanya merembes, ia ingin mengakhirinya saat ini.

Cewek itu berbalik, semuanya harus benar-benar berlalu. Mata Alexa sedikit melotot, mendapati sosok Deofan yang berdiri di belakangnya. Cewek itu mengusap sisa air matanya dengan kasar, memasang senyum ceria andalannya.

"Eh, anjir. Lo di sini? Gak nyangka gue, lo juga suka maen ke sini." cewek itu terkekeh, menabok lengan Deofan pelan.

Deofan diam, menatap lekat sisa air mata yang belum sempat terhapus. Sekarang ia mulai mengerti, perihal hidup Alexa di balik wajah cerianya. Permasalahan rumit yang disebabkan oleh hal yang wajar diminta seorang anak. Rasa kasih sayang orang tua.

"Heh, gue balik duluan ya. Ada urusan, nikamtin ya." cewek itu menepuk bahu Deofan pelan, memberikan senyum lebar untuk menutupi perasaan hancur karena permasalahan yang ada.

Deofan diam, berbalik badan dan mengikuti setiap langkah cewek bandel itu. Bahkan, cewek itu memilih keluar dari club, tidak memilih minum alkohol untuk sejenak melupakan masalahnya seperti kebanyakan orang.

Maria Fenyta. Kenapa Deofan bisa lupa dengan wajah wanita itu? Bahkan bundanya sangat mengidolakan wanita itu, karena parasnya yang cantik, dan sejuta bakatnya yang membuat orang lain iri. Seorang aktris senior yang sudah mendapat banyak penghargaan, ini di balik layarnya?

Deofan melangkahkan kaki dengan perlahan, mengikuti jejak cewek di depannya. Cewek itu berjalan dengan wajah tertunduk, sesekali memegangi kepalanya yang berdenyut untuk kesekian kali.

Hujan mulai turun, membasahi jalanan yang sepi dan gelap. Alexa memeluk dirinya sendiri, berjalan menyusuri trotoar dengan penerangan minim.

Cewek itu tersenyum samar, berhenti di pinggiran jembatan. Cewek itu sedikit melongokkan tubuhnya, arus yang cukup deras. Cewek itu lagi-lagi mengangguk meyakinkan diri. Dipanjatnya pembatas jembatan itu, menghirup udara dengan rakus. Air matanya merembes dibarengi hujan yang membasahi wajahnya. Tak akan ada yang tau jika ia mengakhiri hidupnya di sini. Semua akan berakhir malam ini.

"Bego!! Gak usah nyusahin orang lain dengan bunuh diri." tepat di belakang Alexa,  Deofan mendesis tajam.

Cewek itu tertawa hambar. "Tenang aja lah. Kalau gue udah mati, gue gak akan nyusahin lo lagi."

Cewek itu bersiap melompat. Dengan cekatan, Deofan menarik tubuh Alexa. Mendekapnya kuat di tengah derasnya hujan malam.

Cewek itu menangis dalam diam, menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Deofan. Hatinya hancur, perasaannya kalut, ia butuh seseorang untuk menenangkannya.

"Lo gak boleh mati." cowok itu bersuara dengan nada tegas. "Lo cewek gue, lo gak boleh mati."

"Gue gak punya siapapun. Gue tukang onar, gue bikin rusuh, gue bikin malu. Dan gue kehilangan semuanya gue gak punya apapun. Semua benci sama gue, gue cuma mau mati kali ini. Kenapa lo gagalin gue!!!" cewek itu menjerit frustasi, isak tangis memilukan kembali bergema di telinga Deofan.

"Lo punya gue, lo gak boleh mati." cowok itu menangkup kedua pipi Alexa, menatap haru wajah Alexa yang sembab.

"Lo punya gue dan Tuhan." cowok itu mencium mata sembab Alexa. Menciumnya lama dengan gemuruh dalam hatinya. Di tengah hujan, dan malam tanpa bintang. Alexa mendapat sebuah ketenangan, matanya terpejam dengan bibir Deofan yang menempel mesra pada kelopak matanya. Alexa untuk pertama kalinya mengucapkan doa dengan sungguh-sungguh. Semoga ia memiliki sedikit kebahagian dalam hidup.

Dan, tiba-tiba saja semuanya menggelap. Alexa pingsan dalam pelukan Deofan. Cowok itu mengangkat tubuh Alexa dalam gendongannya. "Kalau gak orang tua lo. Gue yang akan kasih lo apa yang lo mau. Rasa sayang, ijinin gue kasih itu ke lo."

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang