DEAL (?) [30]

4.7K 309 15
                                    

Punya hobi itu yang berfaedah, hobi kok nyinyir~Deofan Yudistira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Punya hobi itu yang berfaedah, hobi kok nyinyir~Deofan Yudistira

"Lo sok kecakepan. Ngaca muka lo kaya apa!!" suara itu mengisi keheningan toilet cewek yang ada tepat di samping gudang sekolah.

Tampak dua orang cewek tengah berdiri menatap nyalang salah seorang cewek yang mengunyah permen karet dengan santai. "Syukurnya gue lebih cantik dari lo."

Ratih menggeram, mengepalkan tangan kuat membuktikan seberapa besar emosinya. "Muka lo kaya kain pel!!" Ratih berucap sinis.

Begitupun dengan Riska, seorang cewek yang mengklaim dirinya sahabat terbaik Ratih tampak menyungging senyum meremehkan.

"Kalo muka gue kaya kain pel, terus muka lo kaya air bekas pel-nya gitu?" Alexa melipat tangan di depan dada.

Ratih menggeram, emosi selalu menguasai dirinya kala ia berhadapan dengan cewek yang dianggapnya benalu itu. "Berhenti nempel ke Gama."

"Nempel? Gue gak mengandung lem, jadi gak akan bisa nempel." Alexa menyungging senyum angkuh.

"Lo banyak omong banget, sih." Riska turut menggeram.

"Ngaca, Sayang." cewek itu berlalu, menatap kedua cewek yang selalu mengusik.

Alexa menghirup udara segar, lalu menghembuskannya pelan. Suara di sekitarnya begitu bising, suara-suara yang mendesis tajam. Suara-suara yang memekakkan telinga, Alexa ingin lari menuju tempat yang diselimuti keheningan.

"Dia itu pelakor."

"Eh katanya dia juga suka keluar-masuk bar."

"Brandal banget."

"Main sama om-om kali."

"Dia malu-maluiin sekolah kita."

Langkah kaki Alexa terhenti, matanya terpejam kuat. Bayangan pria paruh baya yang tampak tersenyum, itu sedikit membuat sudut bibir Alexa melengkung ke atas.

Tiba-tiba suara desisan itu menghilang, suara-suara yang memekakkan telinga berubah menjadi keheningan. Alexa tak mendengar apapun.

"Jangan buka mata lo." sebuah bisikan selembut angin, suara yang begitu terdengar hangat masuk ke indra pendengarnya.

Alexa mengangguk kecil, menuruti bisikan angin yang lembut. Matanya terpejam sempurna, ini yang ia inginkan. Menikmati kegelapan dengan keheningan, tak ada yang menghujat. Tak ada yang mendesis, diam. Semuanya diam, dalam kegelapan ia ingin mencari arti kata bahagia.

Sesuatu yang hangat menyentuh dahinya. Alexa malas untuk membuka mata, tapi kepalanya terasa begitu pening saat tak ada secercah cahaya yang masuk pada pupilnya. Mata cewek itu mengerjap perlahan, membuka matanya dengan hati-hati.

Kepalanya menoleh ke sisi kanan, dirinya tidak sedang berdiri pada koridor yang ramai. Tubuhnya terbaring lemah di sebuah tempat tidur, dengan selimut bermotif garis menutupi tubuhnya hingga sampai pinggang. Lalu tadi, apakah mimpi?

"Nyusahin." Alexa menoleh pada sisi kiri. Ia sudah menebak, siapa pemilik nada dingin itu.

"Kenapa gue ada di sini?" tanya cewek itu lemah.

Deofan menghembuskan nafas kasar, menatap Alexa dengan rasa malas. "Lo pikir di UKS, lo lagi renang?"

Ia tak ingin mendebat, pandangannya berputar, tubuhnya terasa sangat lemah. Cewek itu mencoba mengingat sesuatu yang sebenarnya terjadi. Suatu hal yang membawanya ke ruangan dengan bau khas obat ini.

Terakhir kali ia merasa bertemu dengan Ratih dan Riska di toilet. Ya, dia ingat, Ratih sempat menjambak rambutnya. Mereka sempat adu otot, beberapa kali kepala Alexa dibenturkan di dinding. Hingga kepalanya terasa pening. Lalu, semuanya terasa gelap, digantikan mimpi yang seolah nyata.

"Minum!!" cowok itu menyodorkan segelas teh hangat pada Alexa.

Alexa memposisikan dirinya untuk duduk, tangannya terulur menerima gelas dari Deofan. "Thanks."

"Gue mau bahas bo-"

"Lex!!!"

Deofan kembali mengatupkan bibirnya. Berdecak kesal atas kegaduhan yang dilakukan Gama.

"Lex, lo gak pa-pa?" Gama telah berdiri di samping tempat Alexa beristirahat. Matanya menatap mantan kekasihnya itu dengan penuh khawatir.

Cewek yang ditanyai itu mengangguk lemah, masih fokus menghangatkan badannya dengan meminum segelas teh dari Deofan.

Gama melirik Deofan sinis, menyadari bahwa sedari tadi si ketua kelasnya itu berdua dengan Alexa, melihat tidak ada anak PMR yang bertugas. "Kayanya si Alexa butuh istirahat. Kan, yang paling deket sama dia itu gue. Jadi cukup gue aja yang nemenin."

"Cara ngusir lo kaya cewek. Nyinyir." Deofan tersenyum remeh pada Gama.

Cowok dengan dua kancing terbuka itu menatap si ketua kelas dengan nyalang. Merasa tak terima batinnya jika si Deofan meremehkan dirinya di depan cewek yang disukainya.

Namun, tatapan tajam Gama tak membuat Deofan merasa takut. Ada dua hal yang paling ia takutkan, kemarahan bundanya, dan kemarahan Tuhan-nya.

"Woy... woy... Lo berdua mau saling bunuh, heh?" Budi masuk dengan suara heboh.

"Gila, ngeri gue. Liat, gue merinding." Joko terlalu lebay.

"Ah, duo kamvret bacot teros." Radit berdecak.

"Udah, gue yang paling ganteng." Kevin nyengir tanpa dosa.

Deofan melirik Alexa sekilas, lalu kakinya mengayun keluar UKS. Meninggalkan Gama yang tampak tengah menggeram tertahan.

"Lex, mereka berdua ributin apaan, dah?" Budi mulai kepo.

Merasa namanya disebut, Alexa mendongak. Mengalihkan pandangannya dari segelas teh hangat. "Loh, lo kok ada di sini?" gadis itu berucap seperti orang linglung.

"Gak usah tanyain dia, dah. Kita dateng aja dia gak tau, apalagi tu dua kutil lagi saling menatap." Joko berbicara benar, cewek itu tak terfokus pada sekitar.

"Lex, emang lo dari tadi ngapain sampai gak tau kita di sini?" Radit mengernyit heran.

"Minum teh."

"Minun teh aja bikin lo gak fokus sama sekitar lo ya, Lex." Kevin geleng-geleng kepala.

'Pantesan dia gak pernah fokus sama hati gue.' Gama membatin, bola matanya menatap intens Alexa yang memasang wajah cengo-nya.

Hola, selamat malming ya. Yang gabut sini, ditemenin bang Deo sama si bandel Alexa. Oh iya, congrats buat sayiun ya, udah wisuda aja anjir. Semoga lo lebih baik ke depannya. Because ya man teman, dia pembaca setia DEAL (?) yang selalu comment di setiap part, dia gak pernah ketinggalan cerita DEAL (?) seharipun. Makasih ya sayiun atas dukungannya. Selamat juga atas wisudanya.

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang