Berhubungan sama cewek sebego lo itu mala petaka.~ Deofan Yudistira.
"Ofan, Ibu mohon. Hanya kamu yang bisa Ibu handalkan." Bu Cici tampak memohon, saat ruang kelas sudah mulai sepi.
"Saya sudah mengatur jadwalnya, Bu." cowok itu melirik jendela sekilas. Terlihat seorang cewek yang tengah mencoba untuk menguping pembicaraannya, dengan guru matematikanya.
"Terimakasih ya, Ofan. Semoga berhasil." wanita paruh baya itu tersenyum sumringah. Tangannya merapikan beberapa buku, dan segera keluar kelas.
Cowok dingin itu menghela nafas pelan. Baru kali ini ia merutuki otaknya yang dikategorikan encer. Jika saja ia tak secerdas sekarang, mungkin ia tak akan terjebak dengan cewek seperti Alexa. Kakinya melangkah keluar, menatap datar cewek yang melempar senyum padanya.
"Jadwalnya. Jam 4 sore, di cafe Bunda." cowok itu menyerahkan sebuah kertas yang sudah berisi jadwal belajar matematika Alexa.
"Gue ada balapan. Gak bisa hari ini." cewek itu mengerucutkan bibirnya. Tangannya langsung memasukkan jadwal itu ke dalam tas.
"Ya udah, gak usah belajar." cowok dingin itu berlalu meninggalkan Alexa. Tak perduli dengan cewek itu yang tengah mengabsen nama-nama binatang.
"De, besok aja ya?" Alexa mencoba bernego. Pasalnya, ia harus ikut balapan pada jam setengah empat sore nanti, hadiahnya juga cukup besar.
"Gak."
"Malem aja gimana?"
"Gak."
"Jam 2, deh."
"Gak."
"Besok pagi banget, deh."
"Kalo lo gak mau belajar ya gak usah. Yang bego lo, kenapa gue yang repot?!!" intonasi cowok itu meninggi, bukti bahwa ia sudah mulai emosi.
Alexa mengatupkan bibirnya rapat. Baiklah, mungkin ia harus mengalah kali ini. Menghabiskan sore nya dengan sekumpulan tugas matematika? Oh, ayolah... itu namanya neraka dunia.
Bibir cewek dengan rambut sepunggung itu sesekali bersenandung. Berbeda dengan cowok yang berjalan di sampingnya, terlihat begitu datar dan dingin.
"Eh, De!! Cake di cafe nyokap lo enak banget, sumpah. Gue paling suka rasa green tea, entar kasih gue gratis ya." Alexa sumringah, membayangkan kelembutan dan cita rasa kue dengan campuran green tea itu.
Cowok yang diajak bercengkrama itu tak menjawab. Merasa malas untuk sekadar mengucap sepatah kata. Tidak penting.
"Kak Deo!!"
Alexa menghentikan langkahnya, membalikkan tubuhnya 180° mencari seseorang yang memanggil Deo dengan suara lantang. Sedangkan cowok dingin itu masih terus berjalan pada koridor yang tampak sepi. Tak merasa terganggu dengan suara lantang menyerukan namanya.
"Kak Deo!!" kini suara itu berhasil membuat langkah cowok dingin itu terhenti.
Alexa masih terus mengamati, sosok cewek berjilbab yang sebelumnya juga pernah ia temui di taman saat hujan rintik. Kali ini pandangan Alexa terfokus pada sang ketua kelas yang tampak berdiri, dengan seribu diam tanpa berniat membalikkan tubuhnya.
"Aku cuma mau kembaliin jaket Kak Deo," cicit cewek berjilbab itu.
Sebuah jaket berwarna hitam berpadu merah yang terlipat dengan rapi. Cewek berjilbab itu mencengkram jaket milik Deofan dengan erat, kegugupan tengah menguasai dirinya.
"Lex, ambil jaketnya. Gue tunggu di parkiran." cowok itu berbicara dengan lantang.
"Ha?" Alexa tampak bengong, memasang wajah cengo-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.