DEAL (?) [19]

5K 322 20
                                    

Cinta itu gak buta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta itu gak buta. Cuma mata lu aja kurang melek!!! ~ Joko Tirta Pratama.

"Nonton apa lu?"

"Heh, anjir. Sejak kapan lu di sini?" Gama terkejut mendapati Alexa tengah berdiri di ambang pintu, sembari menikmati setiap gigitan buah apel.

"Sejak gue bisa naek sepeda," ucap Alexa ngawur.

"Bego." Gama menutup laptopnya, berjalan ke ranjang king sizenya. Lalu, merebahkan diri di sana. "Lu kebiasaan, dah. Masuk rumah orang bukannya permisi, malah nyelonong ke dapur geledah kulkas. Gak sopan!!"

Alexa duduk pada pinggiran ranjang, masih menikmati buah apel yang diambilnya dari kulkas Gama. "Halah, lu dulu bilang. Anggep aja rumah sendiri, kan."

Gama menatap Alexa dalam, memperhatikan wajah manis cewek itu yang tampak tenang. Ia suka melihat wajah cantik Alexa yang seolah tak memiliki beban.

"Lu abis dari mana? Kenapa baju lu kotor gitu?" Gama menambah lipatan di dahinya, saat melihat beberapa luka di siku Alexa.

"Jatuh dari motor," ucap gadis itu santai.

Gama mendekat, melihat siku Alexa yang terluka. Rupanya ada darah yang sudah mulai mengering. "Sakit?" tanya Gama sembari memperhatikan luka Alexa.

Alexa menggeleng, masih menikmati buah apel yang di ambilnya tadi. "Gak sakit?" tanya Gama bingung.

"Udah biasa dapet luka kaya gini." Alexa menatap lukanya sekilas, membiarkan saja darah yang mulai mengering itu menutupi lukanya.

"Gue ambilin obat dulu," ucap Gama segera beranjak.

"Gak usah, gue mau balik. Gue mampir cuma mau minta buah apel." Alexa nyengir, bersiap untuk beranjak.

"Gue obatin dulu."

"Gak usah, gue buru-buru."

"Nanti jangan lupa diobatin."

"Yoi," seru Alexa sembari mengangkat ibu jarinya, melangkahkan kaki meninggalkan Gama.

Cowok yang memiliki hidung mancung itu menatap kepergian Alexa. Senyuman selalu terukir saat penglihatannya menangkap sosok cewek itu. Cewek yang pernah mengisi harinya dengan bahagia.

"Gue sayang sama lo," gumamnya pelan.

"Lo sayang gue?" tanya Joko dengan histeris, entah sejak kapan cowok dengan potongan rambut cepak itu berada di ambang pintu kamar Gama.

Gama terkejut mendapati Joko berdiri dengan tegap di hadapannya. Ia juga tak menyadari kehadiran Joko sejak lima menit yang lalu. "Kenapa lu di sini?"

"Hah? Gama homo?" tanya Budi dengan histeris.

Radit, dan Kevin menatap Gama dengan pandangan penuh selidik. Tak percaya jika Gama telah memberikan pengakuan cinta kepada Joko.

"Gak gitu, dugong." Gama mengelak, membaringkan tubuhnya dengan senyum mengembang.

"Gue balik aja, ya. Gue takut, kayanya si tai lagi kesurupan." Joko bergidik ngeri, melihat Gama seperti orang yang dimabuk cinta. Dimabuk cinta? Pada dirinya? Tidak!!!

"Lu kalo balik, ya balik sendiri. Gue ogah, gue mau mabar, dah." Budi memainkan ponselnya, membuka aplikasi yang sedang digandrungi anak remaja. Khususnya cowok.

"Lu beneran homo, Gam?" Kevin rupanya ingin meluruskan segalanya. Mendapat jawaban dari Gama sendiri.

"Halah, tai lu pada. Bentar, gue mau boker." Gama pergi meninggalkan keempat temannya.

"Kan, dia gak jawab. Dia homo, dan sekarang naksir gue?" Joko berbisik, sembari bergidik ngeri.

"Tai, dia bisa naksir gue juga." kini Budi angkat bicara. Diikuti Kevin dengan kata-kata yang sama.

"Dia gak pernah naksir lu bertiga, dugong. Dia naksir nih cewek." Radit bersedekap dada, matanya fokus pada layar laptop yang menunjukkan seorang wanita bersama seorang cowok dengan senyum mengembang. Dihiasi dengan beberapa stiker berbentuk hati.

"Siapa?" tanya Kevin terheran.

"Dia." Radit menunjuk layar laptop menggunakan dagunya.

Karena merasa penasaran, Budi, Joko, dan Kevin mendekat. Menatap layar laptop dengan pandangan yang tak bisa di artikan.

"Dia?" tanya ke-tiganya bersamaan.

                            ***

Suara guntur menggema, diikuti angin yang berhembus menerpa wajah cewek yang tengah berdiri di depan sebuah cafe dengan dinding kaca sebagai pelindung dari hujan rintik.

Rupanya air hujan sudah 10 menit lalu mengguyur bumi. Membasahi rambut curly cewek dengan bulu mata lentik itu. Tangannya mengepal kuat, sebuah keluarga yang tengah makan dengan tenang, di sana titik fokusnya.

Tak ada yang tau bila cewek dengan bulu mata lentik itu menangis di tengah hujan. Cewek itu juga tak perduli jika tubuhnya sudah menggigil karena kedinginan. Rasa amarah benar-benar membuat hatinya panas, maka dari itu ia tak merasa kedinginan sedikitpun.

Matanya sudah memerah, rasa perih pada siku serta lututnya tak bisa mewakili rasa sakit itu sendiri. "Kenapa bukan gue?" gumamnya di tengah hujan.

"Karna lu bego." suara itu membuat Alexa berbalik. Menatap cowok yang berbicara dengan nada sarkas.

"Karena lu bego, udah gede masih maen hujan-hujanan. Bego!!!" desis cowok itu.

Alexa tak menjawab, menghembuskan nafasnya pelan. Bego? Bukankah kata itu memang pantas untuknya? Memang dasarnya dia bodoh. Mengharap seorang yang tak mungkin kembali, itu adalah sebuah kebodohan.

Cowok dengan tatapan tajam itu mengulurkan sebuah payung berwarna biru pekat. Alexa tersenyum, berniat untuk meraih payung dari si cowok menyebalkan itu.

"Ini buat, Ibu."

Alexa mengernyit, ibu? Tangannya mengambang di udara, dirinya baru menyadari bahwa ada seorang wanita paruh baya tepat di belakangnya. Menerima payung dari Deofan dengan senyum ramah.

"Loh, makasih ya, Le." ucapnya dengan logat jawa.

Cowok dengan mulut tajam itu mengangguk, melirik Alexa sekilas. Lalu berjalan menjauh.

Alexa bengong, ia baru menyadari satu hal. Deofan bukan cowok yang ada di wattpad, yang akan memberikan payung ketika sang cewek kehujanan. Yang akan memeluk, saat sang cewek kedinginan. Deofan tidak sebaik itu.

Ia kembali melirik sebuah keluarga yang ada di dalam cafe melalui sudut matanya. Menarik nafas panjang, membiarkan hatinya belajar menerima hal yang sudah terjadi. Mungkin Tuhan sudah menuliskan takdirnya seperti ini.

Cewek dengan kaos adidas hitam itu tersenyum di tengah guyuran hujan. Berlari mengejar Deofan dengan langkah panjang. "Deo!!! Tungguin."

Deofan membalikkan badannya, menatap Alexa dengan alis terangkat. Cewek itu malah nyengir, memperlihatkan sederet giginya yang rapi. "Gue laper."

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang