Sekiranya, sebutan apa yang pantas buat gue yang cuma berani mencintai lo dalam diam.~Raditto Salim.
Brakh...
Prang...
"Ini yang kamu mau?!! Untuk apa kamu berkeliaran di luar sana dan menjadi hama!!!" teriak Maria dengan emosi meluap.
Alexa menatap wanita yang sudah melahirkannya itu dengan kecewa. "Lalu, untuk apa Mama lahirin aku? Aku gak pernah minta hal itu."
"Benar kata orang itu. Kamu memang tak bermoral. Aku juga menyesal melahirkan kamu, Anak tak tau diri!!" amarah Maria memuncak, wanita itu mendorong Alexa di tengah pecahan kaca.
Cewek itu memejamkan matanya, menggigit bibirnya kuat untuk membungkam rintihannya.
"Harusnya, aku menjauhkanmu dari kehidupanku dulu. Davin, urus kepindahan dia 2 minggu lagi ke Amerika." Maria berlalu meninggalkan Alexa dengan darah dari setiap pecahan kaca yang menancap pada tubuhnya.
"Ayo, Lex." Davin memegang lengan Alexa, membantu cewek itu bangkit.
"Lepasin tangan Om dari lengan gue!!! Asal Om tahu, Om itu sama aja kaya Mama. Om terlalu takut jika karir Mama meredup, dan Om takut gak bisa di samping Mama lagi. Enyah dari pandangan gue!!!" teriak Alexa frustasi.
Davin bangkit, menatap Alexa iba. "Maaf, Om gak bisa tinggalin Mama kamu."
"Non Alexa!!" Inah datang tergopoh-gopoh, menatap nanar tubuh Alexa yang penuh dengan tancapan kaca.
"Tolong obatin dia." Davin berlalu, menyusul Maria.
"Non, Mbok cabutin pecahan kacanya dulu ya." Inah tersenyum tulus.
"Mbok..."
Inah mendongak, menatap gadis yang tengah kacau itu. "Alexa sayang banget sama Mbok." cewek itu memeluk erat Inah.
***
Mobil mewah milik Maria berhenti di depan gerbang sekolah Alexa. Cewek yang berseragam itu menatap gedung sekolahnya dengan nanar.
"Ingat kepindahan kamu 2 minggu lagi. Selama Davin mengurus kepindahanmu, jangan sesekali membuat masalah." tatapan wanita itu menajam. "Dan, ingat bahwa kamu akan diantar-jemput oleh sopir pribadiku. Jika kamu membuat kesalahan kecil, aku akan membuat Abram dalam masa sulit."
Alexa menghembuskan nafasnya kasar, di dalam hatinya mengumpat beberapa kali pada wanita jahat di sampingnya. Cewek itu keluar, menutup pintu mobil dengan suara debaman yang nyaring.
Alexa melangkah dengan hati-hati, luka pada kaki, beserta lenganya belum juga mengering. Hingga luka-luka sialan itu harus diperban dan mengundang rasa penasaran banyak orang.
Cewek itu berjalan pincang memasang senyumnya yang mengembang, agar terlihat biasa saja walau lengannya terasa berdenyut.
"Gue bukan tipe cewek lemah." Alexa meyakinkan dirinya, untuk tidak meringis atau pun merintih sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.