'Lo gak sendiri, lu punya Tuhan. Tapi lu gak nyadar!' ~ Deofan Yudistira.
'Semua akan baik-baik saja, Lexa.'
Alexa mengerjapkan matanya, tubuhnya terasa pegal akibat tertidur dengan posisi duduk. Ia mengernyit, tak ada satupun orang di sini.
Apakah ini sudah jam pulang sekolah? Alexa mengamati jarum jam, pada jam tangan yang melingkar pas di pergelangan tangannya.
"Etdah, udah lebih 10 menit. Alexandra Colins memecahkan sebuah rekor hari ini, seorang Alexandra Colins sangat betah di perpustakaan selama berjam-jam," ucapnya terkekeh geli.
Alexa mengembalikan buku yang diambilnya tadi di rak. Lalu berniat pergi meninggalkan tempat yang tak lagi membosankan baginya. Langkahnya terhenti, saat melihat sebuah kotak susu yang tergeletak mengenaskan di atas meja.
Pandangan Alexa menjelajah, tak ada satu orangpun di sini. Dan, kotak susu itu masih utuh, tak tersentuh. Dengan senyum mengembang, Alexa mengambil kotak susu itu. Lalu, meminumnya hingga tandas, ia memang merasa lapar dari tadi siang.
"Gue gak nyuri ya, siapa suruh lo tergeletak sembarangan. Pemilik lo, gak bertanggung jawab," ucap Alexa pada kotak susu yang telah kosong.
Cewek itu menatap bangku yang ditidurinya tadi sejenak. Lalu menghembuskan nafas pelan, tadi ada Deofan di sana. Mungkin, cowok itu sudah pergi sejak menit pertama ia tertidur. Tapi, suara tadi ... begitu familiar pada indra pendengarnya.
Apa suara itu, hanya sebuah halusinasi? Sebuah suara dari dalam mimpi? Bagaimana itu bisa terdengar tampak nyata?
♣
Alexa memarkirkan mobilnya, tepat di depan toko cake yang menjadi tempat persembunyiannya semalam. Ia baru menyadari satu hal, toko cake ini jaraknya sangat dekat dengan area sekolah. Mungkin hanya sekitar 100-200 meter.
Cewek itu turun, tak lupa membawa tas punggungnya dengan bersemangat. Dahinya mengernyit, menatap sebuah sepeda gunung tampak bersandar pada tiang di samping toko cake ini. Ia seperti pernah melihat sepeda semacam ini? Tapi Alexa lupa, di mana dan kapan tepatnya.
Cewek itu mengendikkan bahu, lalu masuk ke dalam toko itu. Sejuknya AC menerpa kulit wajah Alexa. Bau kue yang menggelitik indra penciumannya.
Alexa tersenyum, melihat sosok wanita paruh baya dengan jilbab yang membalut kepalanya, tampak lebih cantik. Cewek itu berjalan cepat menuju meja kasir, di mana wanita berhijab itu sedang berdiri sembari berbincang dengan salah satu karyawan.
"Mama ...." Alexa memeluk wanita paruh baya itu dari belakang. Melingkarkan tangannya di pinggang wanita itu. Alexa suka dengan aroma parfum yang digunakan wanita dipelukannya ini, tak begitu menyengat, tapi cukup memabukkan.
"Eh, kamu? Alexa ya?" tanya wanita paruh baya itu dengan senyum lembut.
Alexa turut tersenyum, lalu memeluk wanita berjilbab itu lebih erat. "Alexa capek banget hari ini, Ma. Alexa mau makan cake dengan green tea buatan, Mama. Boleh? Alexa bakal bayar kok."
Aisyah melepas pelukan Alexa dengan lembut, lalu membalikkan badan berhadap dengan Alexa. "Tentu boleh sayang, ayo!! Kamu pasti capek habis pulang sekolah," ucap Aisyah sembari menggiring Alexa ke salah satu meja kosong.
"Kamu mau kue apa aja?" tanya Aisyah sembari menyodorkan daftar yang berisi berbagai variasi kue yang tersedia.
"Apapun itu, yang beraroma green tea," ucap Alexa bersemangat.
"Ya udah, sebentar. Mama ambilkan kuenya di belakang ya," ucap Aisyah mengusap lembut puncak kepala Alexa.
Alexa tersenyum, lalu mengangguk patuh. Cewek itu menatap lekat kepergian wanita paruh baya yang begitu penyayang itu. Terukir sebuah senyuman lebar dari bibir Alexa. Ia sungguh beruntung bertemu dengan Aisyah yang mampu membuatnya lupa akan segala masalah.
Alexa memainkan ponselnya, men-scrool layar ponsel dengan malas. Cewek itu mendesah pelan, rupanya ia sudah memiliki heaters yang menumpuk.
"Bangsat," desisnya saat melihat beberapa pesan dengan kata-kata yang kasar. Ia meletakkan ponsel itu di atas meja dengan menggeram tertahan.
Matanya menjelajah setiap sudut ruangan, begitu banyak pelanggan yang tengah menikamati kue dengan senyum yang mengembang. Seoalah menular, Alexa turut tersenyum lebar.
Pandangannya terhenti, pada sosok cowok yang familiar dalam otaknya. Cowok dengan muka datar, dan desisan tajam.
"De-deo?" gumamnya dengan wajah terkejut.
Benar yang dikatakan seseorang, dunia sesempit daun kelor. Disini, di toko kue ini Alexa dipertemukan dengan sang ketua kelas yang ketusnya minta ampun.
"Deo!!" seru Alexa.
Sang pemilik nama itu menoleh, menatap Alexa dengan malas. Alexa memberikan senyum lebarnya, dengan melambaikan tangannya dengan bersemangat.
Pandangan Deofan berpaling, tangannya dengan cekatan menulis beberapa pesanan.
"De, lu kerja di sini?" tanya Alexa. Entah, sejak kapan cewek itu berada tepat di sampingnya. Benar-benar mengganggu seperti parasit.
"Gue sibuk, kerja," ucapnya sembari hendak berlalu.
Alexa menghadangnya, Yang cewek itu memicing. Meneliti penampilan Deofan dari atas hingga ke bawah. Cowok ketus itu memakai kaos putih polos, celana jeans hitam, dengan sendal yang menjadi alas kakinya. Jangan lupakan juga, celemek berwarna hitam yang membalut tubuhnya.
"Ish, cute banget sih lu."
Alexa mencubit kedua pipi Deofan dengan gemas. Cewek itu seakan tak sadar, bahwa ia tengah menjadi tontonan para pengunjung.
Deofan menatap Alexa dengan tajam, sedangkan Alexa malah tertawa sembari memegang perutnya.
"Ngapain lu di sini?" tanya Deofan dengan garang.
"Sans boy. Lu harus hormat sama gue, ini cafe nya mama gua. Iya, bos lu. Yang cantik, manis, sholehah kaya gue," ucap Alexa berbangga diri.
Alis Deofan bertaut, merasa bingung dengan ucapan cewek btandal di hadapannya ini.
"Loh, kalian saling kenal?" tanya Aisyah dengan membawa nampan berisi kue dan minuman untuk Alexa.
"Hehe, Mama. Ya, kenal lah, Ma. Ini itu, temen sekelas Alexa, dia ketua kelas jutek, dingin banget kaya ice cream," ucap Alexa sembari bergelayut manja pada lengan Deofan.
"Gak usah sentuh gue." cowok dingin itu memberikan tatapan membunuh pada Alexa.
Alexa menjauhkan tubuhnya dari Deofan, dengan bibir manyun karena kesal.
"Dan, sejak kapan bunda gue punya anak brandal kaya lu."
"Ha? Bunda?"
"Bang Ofan, gak boleh gitu. Jangan kasar dong sama cewek," ucap Aisyah memperingatkan.
"Iya Sayang, ini Deofan anak Mama. Mama gak nyangka kalian saling mengenal," ucap Aisyah dengan senyum mengembang.
"What? Dari sekian banyak manusia di dunia ini. Kenapa harus Deofan?" gumam Alexa dengan maengacak rambut frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.