Selamat hari ayah, semoga ayahku dan ayahmu bisa menjadi besan.~ Joko Tirta Pratama.
"De, ajarin gue buat deket sama Tuhan."
Cowok itu melirik Alexa sekilas, selalu dirinya yang berhubungan dengan Alexa. Kenapa cewek itu terus saja meminta bantuannya? Kenapa Alexa sangat merepotkan?
Cewek dengan rambut sebahu itu menyorot Deofan dengan tatapan memohon. Telapak tangannya ia satukan di depan dada. "Bantuin gue ya, De."
"Yang bisa deketin lo sama Tuhan itu bukan gue. Tapi hati lo." cowok itu menatap lurus air danau yang tampak tenang.
Alexa mengernyit bingung, belum memahami maksud dari ucapan cowok di sampingnya. "Ikutin aturan yang ada, jangan pernah ngelanggar. Nanti lo bakal lebih deket sama Tuhan."
Lagi-lagi Alexa mengernyit, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aturan rambu-rambu lalu lintas ya, De?"
"Bego."
Cewek itu mengehela nafas, desisan itu sudah cukup bersahabat dengan gendang telinga Alexa. Satu kata itu, sepertinya sudah menjadi kata andalan Deofan untuk cewek bandel yang kini tengah mengerucutkan bibirnya.
"De, gue laper." cewek itu nyengir, memperlihatkan sederet gigi putihnya. Tangannya mengusap perut rampingnya yang kembali berbunyi nyaring.
Cowok dingin itu melirik Alexa sejenak, lalu menghela nafas panjang. "Nyusahin."
Dan di sinilah keduanya, duduk di sebuah kursi tua dengan gerobak yang menghadap pada jalanan kota. Tempat yang sederhana namun memberikan cita rasa yang berbeda.
Pak tua yang sesekali tersenyum membuat Alexa bersemangat melahap satu porsi bubur ayam. Meskipun lidahnya terasa pahit, senyuman ramah itu membuat Alexa melahapnya dengan senang hati.
Cewek itu bersendawa, mengelus perutnya yang membuncit karena terlalu kekenyangan sembari berkata, "Buburnya enak, Pak. Saya baru ngerasain bubur seenak ini, yang dari restoran mah kalah."
Pria paruh baya itu mengusap peluhnya sembari terkekeh mendengar ucapan Alexa. "Alhamdulilah kalo Mbaknya suka."
"Lexa aja, Pak."
"Iya, Nak Lexa. Tapi, wajah Nak Lexa pucet gitu kalo saya perhatiin, Nak Lexa sakit?" pria paruh baya itu menatap Alexa dengan sedikit cemas.
Cewek itu menggelengkan kepalanya sembari terkekeh. "Enggak, Pak. Emang kaya gini kalo kelaparan."
Cowok tampan di samping Alexa sedikit menoleh. Ia baru tahu sisi pembohong gadis di sampingnya ini. Mengatakan bahwa ia baik-baik saja? Apa yang baik-baik saja dengan wajah sepucat mayat itu?
"Eh, De... gue gak bawa duit, pinjem duit lo dulu ya. Besok gue ganti." cewek itu berbisik lirih.
Deofan melirik cewek bandel itu tajam, sedangkan yang dilirik malah nyengir tanpa rasa berdosa. "Nyusahin."
***
"Kayanya gue harus liat dia secara langsung." Gama menatap kosong keramaian kantin.
"Lo mau lompatin pager lagi?" Radit menatap sahabatnya itu sekilas.
Gama mengangguk, ia benar benar sudah bertekad untuk menemui Alexa. Entah apa yang terjadi, perasaan gundah itu terus membuat diri Gama tidak tenang.
"Yok lah, gue ikut. Gue pengen bolos juga." Budi meregangkan otot tubuhnya.
"Gue sendiri aja, gue cuma mau liat keadaan dia. Kalo baik-baik aja gue cepetan balik ke sini. Lagian, nanti bokap gue ada kunjungan ke sini." Gama memutuskan final. "Gue pergi dulu dah."
Gama segera berlari meninggalkan para sahabatnya yang masih terheran. Kenapa Gama seperhatian itu?
"Lo mencium bau-bau misterius gak?" Joko menatap kepergian Gama dengan tatapan menyelidik.
"Iya, gue mencium sesuatu." Radit memasang ekspresi serius.
"Bau sebuah keanehan yang nyata." Kevin turut bersuara.
Kevin, Radit, dan Joko saling tatap, lalu ketiganya menghirup udara di sekitarnya. "Gue bau ada yang kentut." ketiganya berujar bersamaan.
Ketiganya melirik Budi sinis, lalu yang dilirik itu nyengir. Satu menit kemudian, cowok dengan nama panjang Budiyanto Alexander itu ngacir meninggalkan area kantin.
"Lo tau kaga, Alexa ke mana?" suara Ivan membuat ketiga cowok dengan kelakuan konyol itu menoleh.
"Dia sakit." Radit melirik Ivan sekilas.
"Iye, baru aja si Gama manjat pager buat temuin dia." Joko meneguk segelas es teh yang dipesannya.
Ivan tersenyum misteri, tatapan tajamnya seolah menusuk. "Sial!!" lalu cowok itu berlari dari area kantin.
***
Alexa baru saja turun dari becak, kali pertama ia menaiki kendaraan beroda tiga itu. Kata Deofan, naik becak akan lebih hemat daripada naik taksi. Lagipula jarak yang tidak terlalu jauh membuat Deofan memilih becak untuk mengantar Alexa pulang.
"Gila, gerah banget De. Coba kalau pake taksi, gak bakal panas kaya gini." Alexa menggerutu tidak suka.
"Utang lo udah banyak." Deofan berbicara santai.
Keduanya melangkahkan kaki untuk menyebrangi jalan. Rumah cewek bandel itu ada di sebrang jalan dari tempatnya berdiri. Tubuh Alexa menegang, saat dari kedua sisinya ada dua motor besar yang melaju cepat. Tanpa sadar, cewek itu menggenggam tangan Deofan kuat, matanya terpejam menunggu tubrukan kendaraan yang maha dahsyat itu.
Ciiiiiit....
Ckyiiiit...Suara ban motor yang terdengar menggesek aspal jalan dengan kekuatan penuh. Bagian belakang motor itu terangkat ke atas, tanpa menjatuhkan sang pengendara itu sendiri.
Setelah mengendalikan motornya, kedua pengendara motor itu membuka helm fullfacenya. Tampak Gama ada di sisi kiri, dan Ivan di sisi kanan. Keduanya menatap Alexa yang tampak memejamkan matanya, wajah pucat Alexa yang masih cantik.
Deofan melihat Gama di sisi kiri, lalu melihat Ivan di sisi kanannya, lalu pandangannya turun pada genggaman tangannya dengan Alexa. Cowok itu melepas genggamannya. "Babu lo udah dateng semua."
Alexa membuka mata lebar, melihat sekelilingnya dengan perasaan was-was. Tak ada kendaraan yang menabraknya, hanya ada dua motor besar yang sudah berhenti di kedua sisinya. Dan, Alexa mengenali kedua pengendara motor itu, sangat kenal.
"Alay." Deofan mendesis tajam, kala melewati tubuh Ivan. Deofan pergi dari pandangan Alexa.
"Kalian berdua itu!!! Alay!!" teriak Alexa frustasi, mengingat seberapa cepat jantungnya berdegup beberapa menit yang lalu. Cewek itu pikir, ia akan mati pada hari ini. Cewek itu membuka gerbang, masuk ke dalam rumah megah namun mengerikan itu.
Sedangkan kedua cowok dengan paras tampan itu memasang wajah cengo-nya, menatap kepergian cewek yang beberapa menit lalu mengatainya alay? Alay?
"Lo alay!!" Gama mendengus sebal.
"Lo juga, goblog."
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.