Kamu itu cinta apa enggak, kalau cinta ya buktiin. Kalau enggak ya jangan kasih harapan. Cewek itu gak ribet, cuma kamunya aja yang berbelit~Qizcimbi.
Gama menatap mantan kekasihnya dalam, seolah tak mau mengalihkan pandangan barang semenit. Hatinya terasa kembali nyeri, mengingat lusa adalah hari yang mungkin akan terasa membahagiakan untuk gadis di hadapannya.
"Lo ngapain, dah? Mau gue colok mata lo?" Alexa berucap sewot, mencomot kentang gorengnya dengan tidak selow.
Gama tersenyum tipis, mengusap pucuk kepala gadis di depannya dengan sayang. "Lo udah siap dengan acara lusa?"
Alexa mengangguk antusias, tampak garis wajahnya yang sangat bahagia. Gadis itu mungkin tak menyadari dengan senyum hampa dari pria di hadapannya. Pria yang masih menyimpan rasa setelah tahun-tahun telah berganti.
"Lo beneran, kan? Abis gue nikah bakal lo urus tentang permintaan gue?" Alexa masih fokus dengan kentang goreng miliknya.
Gama mengangguk. "Tapi gue gak yakin lo bisa jadi guru yang baik, apalagi matematika."
Gadis itu mendengus, menatap Gama bengis. "Gue lulusan New York University kalau lo lupa."
Tawa Gama pecah seketika, melihat wajah Alexa yang tampak sebal itu sangat menghibur. Ingatannya kembali pada masa di bangku sekolah, pria itu tau bahwa gadis di depannya adalah orang yang paling benci dengan pelajaran matematika. Dan sekarang, gadis itu malah mendaftarkan diri sebagai guru matematika di sekolah miliknya. Ah, waktu benar-benar mampu merubah seseorang.
"Jadi berapa jam lagi gue harus nungguin lo di sini? Si Ofan di mana?" Gama menghentikan tawanya.
"Abis ini juga dateng. Lo buru-buru?"
"Gue ada rapat 30 menit lagi." pria itu menatap jam di pergelangan tangannya.
"Ya udah. Lo pergi aja, entar lo telat." Alexa kembali mencomot kentang gorengnya.
"Ada yang harus gue omongin sama si Ofan." Gama mencomot kentang goreng milik Alexa, hingga sang empunya mendengus sinis.
"Ngomong apa? Jangan bilang lo mau ngungkap kejelekan gue biar gue gak jadi nikah." gadis itu melotot tajam.
"Elah Lex. Dari sisi mana aja lo juga jelek, mana ada bagusnya." pria itu terkekeh.
"Aww!! Kok kaki gue lo injek?!!" Gama mengusap ujung sepatunya, sedikit meringis karena kakinya yang terasa berdenyut.
"Maaf, kaki gue yang jelek ini lagi reflek aja." gadis itu tersenyum manis.
"Gue aduin si Ofan, dah. Biar lo gak jadi nikah, cewek kok suka melakukan kekerasan fisik. Entar si Ofan lo KDRT." Gama bersungut-sungut, melirik Alexa bengis.
"Kalian di sini?" suara bariton menginterupsi dua manusia berbeda kelamin yang tengah berdebat kecil itu.
"Eh, De? Aku nungguin dari tadi, kata Bunda suruh ke butik buat cobain bajunya." Alexa mengukir senyum menawan.
Cowok berjas navy itu menatap gadis berhijab yang tak jauh darinya. Lalu, kepalanya mengangguk pelan untuk menanggapi.
"Sini, gue ada perlu sama lo." Gama menarik lengan Deofan, sesekali menoleh ke belakang menikmati wajah Alexa yang seolah tengah protes.
Keduanya duduk pada kursi paling pojok, menghirup udara mencari ketenangan. "Tentang pernikahan lo sama Alexa-," Gama menarik nafas dalam. "Kalau lo emang cinta sama dia, gue bakal lepas Alexa demi kebahagiaannya."
Deofan bergeming, memilih mendengarkan tanpa menanggapi.
"Sebagai sesama pria, tanpa gue beri tahu lo pasti paham kalau gue cinta sama Alexa. Dia cewek berandal, ceroboh, tolol, kadang gak ngotak, ribetin orang, dan segala kejelekan dia yang gak ada habisnya. Tapi dia punya satu kelebihan, sikap tangguhnya yang bikin orang menatapnya kagum lalu mulai mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.