Cuma modal katanya, lo menghakimi gue seperti Tuhan. Haha ... ngakakin jangan? ~ Alexandra Colins.
Alexa berjalan menuju ruang
kelas. Beberapa desisan tajam terdengar pada indra pendengarnya.Cewek itu mengendikkan bahu, mencoba untuk tidak perduli dengan apa yang didengarnya.
Sebelum masuk ke kelas, Alexa berjalan menuju loker, berniat meletakkan barang yang selalu dibawanya setiap ke manapun ia pergi.
Ia mengernyit, saat mendapati lokernya sedikit terbuka. Ia menoleh kanan-kiri, melihat beberapa murid yang sedang mencuri pandang padanya.
Dibukanya loker itu, matanya melotot, tangannya mengepal kuat.
'Braaakkk'
Dibantingnya pintu loker itu dengan kasar, beberapa murid menatap Alexa dengan raut wajah takut.
"Siapa yang melakukan ini, BANGSAT!!" teriak Alexa marah.
Alexa menatap kembali loker miliknya dengan amarah yang memuncak. Rasanya, ia ingin mencabik-cabik seseorang yang melakukan hal ini pada lokernya yang tak bersalah.
Di dalam loker itu, terdapat banyak coretan dengan tinta berwarna merah. Tulisan 'pelakor' ada di setiap bagian loker itu. Beberapa sampah yang menjijikkan, dengan beberapa kecoa mati yang diletakkan dengan sesuka hati.
Alexa menggeram, menatap nyalang ke arah beberapa siswa yang menatapnya. "Gak ada yang mau ngaku? Gak usah jadi pengecut, takut lo? Mangkanya ngotak kalau mau bertindak!!"
"Wih, kenapa sih, pagi-pagi udah ngamuk aja? Pelakor," desis Ratih.
"Lo dalang dari semua ini?" tanya Alexa dengan tangan terkepal kuat.
"Kalau iya ... kenapa?" tanya Ratih dengan senyum sinis.
"Maksut lo apaan? Apa menindas orang itu suatu kebahagiaan buat lo? Bisa gak, lo lebih menghormati seseorang?" ucap Alexa mulai jengah.
Riska maju, mendekati Alexa dengan senyum sinis. "Perlu, ya? Hormat sama pelakor kaya lo, siap hormat!!" serunya dengan menghormat pada Alexa.
"Bangsat!!" umpat Alexa sembari mendorong tubuh Riska.
"Eh, lo apa-apaan main dorong gue?" teriak Riska dengan kesal.
Beberapa murid mulai ke luar kelas. Menyaksikan keributan yang terjadi, tentu saja mereka tertarik.
"Gue dorong aja, lo udah kesel? Terus, gimana kalau lo ada di posisi gue!!" teriak Alexa tak kalah nyaring.
"Jadi, lo mau dikasihani?" tanya Ratih dengan bersedekap dada.
"Poor Alexa," ucap Ratih dan Riska bersamaan. Beberapa murid terkikik melihat tingkah 2R itu.
Alexa mengepalkan tangannya kuat, memejamkan mata, lalu menghela nafas panjang. Ia berniat untuk pergi dari kerumunan itu, ia hanya tak ingin terlalu emosi.
"Eits, mau ke mana lo?" tanya Riska menarik tas punggung Alexa.
Alexa menoleh, menatap Riska dengan tatapan membunuh. "Lepas!! Jauhkan tangan kotor lo dari tas gue," desis Alexa tajam.
"Gue gak mau, lo mau apa?" tanya Riska dengan menyeringai.
Alexa menggeram, lalu ia menarik tas itu. Tetapi, cekalan Riska semakin menguat, terjadilah aksi tarik menarik antar keduanya.
Tas itu terlempar, hingga barang-barang milik Alexa berserakan. "Wah, make up lo bermerk juga ternyata. Dibeliin suami orang ya?" tanya Ratih dengan nada mengejek.
"Kenapa? Lo mau? Ya udah, sini ... jadi pelakor kaya gue," ucap Alexa tersenyum sinis.
Ratih menggeram, lalu tangannya meraih frame foto yang menyita perhatiannya sejak tadi. "Jangan sentuh barang gue!!" teriak Alexa marah, saat Ratih mengambil frame foto itu.
"Ini, bukannya om-om yang di vidio itu ya? Gila, udah dilabrak sama istrinya, lo masih ganjen aja."
"Lo mending diem, bangsat!!" umpat Alexa tajam.
Ratih menyeringai, sambil mengangkat salah satu alisnya. "Balikin!!" seru Alexa tajam.
Ratih semakin menyeringai, lalu mengangkat foto itu tinggi-tinggi.
'Prang ...
Alexa menatap frame foto itu yang terjatuh pada lantai. Kacanya tak lagi utuh, mereka berserakan menjadi kepingan-kepingan yang tajam.
Matanya menatap nanar, ke arah gambar pria yang tampak tersenyum dengan bahagia.
"Ups, gak sengaja. Sorry ya," ucap Ratih.
Tangan Alexa mengepal, tatapan tajamnya terfokus pada Ratih. Ditariknya tubuh Ratih dengan kasar, hingga tubuh itu membentur badan loker.
Plaaak ...
Tamparan itu bersarang pada pipi Ratih. Ratih meringis, beberapa orang juga tampak menatap Alexa ngeri. Tapi, Alexa tak perduli kali ini, dia benar-benar jengah.
"Gue, bilang. Jangan sentuh barang gue!!" teriak Alexa di depan wajah Ratih.
Wajah Alexa sudah memerah padam, emosinya sudah sampai pada ubun-ubun. Tatapan tajamnya seolah seperti samurai yang siap menebas kepala Ratih detik itu juga.
"Lo pikir, lo berkuasa di sini? Lo salah Bitch ... lo cuma sekedar kucing jalanan yang sok jadi harimau di sini!!" teriak Alexa semakin menggelegar.
Braakkk ...
Alexa kembali menggebrak badan loker itu dengan penuh emosi. Nyali Ratih, dan Riska sudah menciut semenjak beberapa menit yang lalu.
"Lo gak bakal bisa semena-mena sama gue. Kalaupun gue pelakor, itu urusan gue. Kenapa lo ikut campur? Iri? Gak bisa jadi pelakor kaya gue?" ucap Alexa tersenyum sinis.
Alexa berbalik, lalu memungut beberapa barangnya yang berserakan. Tak lupa mengambil foto pria itu dengan hati-hati.
"Thanks ... buat semuanya. Pertunjukan yang menarik di pagi hari ini," ucap Alexa sembari melangkah pergi.
Ini rasanya, benar-benar hari yang ingin ia lewati dengan cepat. Ingin pulang, meluapkan segala apa yang ia rasa. Ia muak, jika harus terus menahan emosinya yang selalu dipancing keluar. Ia jengah, menjadi pihak yang selalu diinjak harga dirinya.
Ya, dirinya Alexandra Colins. Seorang cewek dengan penuh masalah yang menyergap kehidupannya, dan juga kebahagiaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.