Semoga kalian menemukan jodoh yang mampu mengajak kalian ke surga. Assalamu'alaikum para readers!! Gue udah alim sekarang. Udah pinter, lulusan New York University!!~Alexandra Colins.
Sore itu, di bangku pekarangan rumah yang tampak sederhana, ditemani senja kala itu. Alexa tengah duduk bersama Ara, menikmati rasa canggung yang tak bisa dihindari.
"Maaf." Ara berucap lirih.
Alexa menolehkan kepalanya, menatap Ara yang tengah tertunduk. "Untuk apa?"
"Aku merebut Papa Abram dari Kak Alexa. Aku egois menjadikan Papa Abram sebagai hak milikku sendiri." Ara masih tertunduk, perasaan takut dan rasa berdosa membuat ia tak mampu menatap Alexa. "Dan, Bunda... aku mungkin perlu bersujud di kaki Kak Alexa."
Wanita yang tengah hamil itu bersimpuh pada kaki Alexa, terisak menyalurkan rasa sesak dalam dada. Ia membuat Alexa kehilangan sosok orang tua, seharusnya ia yang dihakimi seluruh penghuni sekolah kala lima tahun lalu.
Alexa turut meneteskan air mata, membawa tubuh Ara ke dalam pelukannya. "Ini semua sudah menjadi takdir Tuhan. Papa, dan Mama... aku tak pernah menyesal memiliki orang tua seperti mereka. Ara, jangan menyalahkan diri sendiri."
Ara semakin terisak, mengingat kembali kala ia selalu menyalahkan Alexa atas apa yang sudah terjadi. "Seharusnya aku yang menerima gunjingan mereka pada lima tahun lalu. Maaf, aku membuat Kak Alexa memiliki masa remaja yang kelam."
Alexa tersenyum tipis, teringat jelas dalam otaknya kala ia banyak dibully, dicaci dengan tuduhan yang tak pernah ia lakukan. Tapi pada masa itu, Deofan selalu datang kala Alexa terpojok. Pria itu selalu menemani Alexa kala gadis itu merasa tak memiliki siapapun.
"Dan, apa Kak Alexa bisa memaafkan Bunda?" wanita yang tengah hamil itu menyorot Alexa dengan tatapan sendu.
Alexa sedikit merunduk. "Demi Allah aku sudah memaafkan Ra. Tapi aku tidak bisa membantu Bunda kamu dari proses hukum."
Ara menatap Alexa dengan sesal. Jujur, ia kecewa dengan Alexa. Sungguh, ia ingin bundanya dibebaskan dengan segera. "Kalau Kak Alexa sudah memaafkan, kenapa Kak Alexa tidak bisa mencabut tuntutan? Demi Allah Kak, Ara sakit saat melihat Bunda di balik jeruji besi. Aku mohon Kak, cabut tuntutan dari pihak Kakak."
Alexa meremas gamisnya dengan gelisah, kepalanya tertunduk dalam. Ia tidak tega kala Ara memohon dengan air mata yang membasahi wajahnya. Tapi, ia juga menginginkan semuanya diproses hukum, karena apa yang sudah dilakukan Kamila sangat merugikan pihaknya selama ini.
"Kamu tidak bisa memaksa Ra." suara bariton itu membuat Ara menoleh. Lalu menghapus sisa air matanya kala Deofan semakin mendekat.
"Jika kamu sakit saat melihat bundamu di balik jeruji besi, lalu bagaimana dengan perasaan Alexa yang melihat tubuh mamanya ditimbun tanah? Jika kamu masih bisa bertukar sapa, dan bunda kamu bisa membalasnya. Lalu bagaimana dengan Alexa yang hanya bisa bercerita mengenai hari-harinya tanpa mendapat balasan? Jangan berfikir bahwa hanya kamu orang yang paling dirugikan." Deofan menatap Alexa dalam, gadis itu terisak, terlihat dari punggungnya yang bergetar hebat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.