DEAL (?) [25]

4.6K 321 16
                                    

Lo malming di rumah? Ck

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lo malming di rumah? Ck... ck mas-mas jual cilok aja keluar cari tempat rame~ Joko Tirta Pratama.

"Bego." untuk kesekian kali Deofan mendesis. Ia sudah merasa jengkel sedari tadi. Satu jam Alexa hanya memandang soal yang Deofan berikan. Bahkan, kertas jawaban cewek itu masih tampak putih bersih.

"Gue gak ngerti apapun." cewek dengan kaos putih itu bergumam pelan. Ia merutuki kesulitan soal itu, merutuki otaknya yang tak bisa mengerti apapun.

"Lo sekolah, apa yang lo dapetin?" sarkas Deofan.

"Temen." cewek itu nyengir.

"Temen? Bahkan semua orang jauhin lo karena lo dianggap pelakor." cowok dingin itu mengalihkan pandangannya pada kaca yang memperlihatkan aktivitas orang yang berada di luar cafe saat hujan mereda.

Alexa memilih diam, mencoba fokus pada soal yang begitu sulit dikerjakan. Kata-kata Deofan ada benarnya, hanya beberapa saja yang mau berteman dengannya. Lalu ia sekolah mendapatkan apa?

"Sayang, ini Mama bawain kue rasa green tea kesukaan kamu." seorang wanita dengan jilbab biru muda itu membawa sebuah nampan, berisi cake manis kesukaan Alexa.

"Ih, Mama." Alexa memandang Aisyah dengan haru. Dahulu, mommy Alexa juga selalu menyiapkan cake green tea. Lalu, waktu mengubah ibunya menjadi sosok yang berbeda.

"Kerjain!!" ucap Deofan dingin.

"Hush, Bang Ofan." Aisyah meletakkan nampan itu pada meja, tangannya menarik kursi untuknya. "Alexa bisa kerjain tugasnya?"

"Hehe, anu Ma-"

"Bego!!" lagi-lagi Deofan mendesis.

"Bang Ofan, gak boleh kaya gitu. Kan, orang belajar butuh proses. Asalkan sabar." Aisya mengelus puncak kepala Alexa dengan sayang, lalu ia beranjak. "Dimakan dulu kue nya, Sayang."

Dengan adanya kue green tea kesukaannya di depan mata. Alexa lebih tidak bisa untuk fokus, berkali-kali Alexa melirik kue itu melalui ekor matanya. Sungguh, Alexa ingin melahap kue itu sekarang juga. Tak akan membutuhkan waktu lama, tidak sampai 5 menit.

"Kerjain!!" suara dingin itu kembali terdengar, memaksa Alexa untuk tetap fokus pada angka-angka rumit itu.

"De, gue makan kue nya dulu, ya? Gue mana bisa fokus kalo ada hal yang berbau green tea di depan mata." tatapan cewek itu seakan sedang memohon pada cowok dingin di hadapannya.

Deofan bergumam, memperbolehkan Alexa untuk menyantap kue buatan bundanya. Matanya menatap Alexa sekilas, lalu bola mata itu turun pada kertas soal yang ia berikan. Baginya, soal itu memiliki kadar yang ringan. Sebodoh apa Alexa itu?

"Enak banget, De. Gue ga pernah ragu sama cita rasa kue buatan Mama." cewek itu nyengir, memakan kue dengan lahap.

Deofan menatap Alexa malas, cewek brandal di hadapannya. Tampak menikmati kue berwarna hijau itu, kue yang diklaim menjadi kue kesukaannya. Cowok itu tersenyum samar, kala melihat sudut bibir Alexa tampak belepotan dengan cream berwarna putih.

"De, lo senyum?" Alexa seakan tak percaya, tadi ia sempat melihat cowok dingin itu melengkungkan bibirnya ke atas.

"Kerjain!" Deofan kembali memberi perintah dengan ketus. Menatap Alexa tajam, agar cewek itu segera menyelesaikan kegiatan makannya.

Alexa meraih kertas putih berisi soal itu, mencoba memahami apa maksud dari soal tersebut. Kali ini ia menguap lebar, matanya berat untuk menatap soal rumit itu. "De, buat PR aja, ya?"

Deofan tak menjawab, tatapan tajam seolah menghunus itu sudah cukup mewakili jawaban dari Deofan. Mau dipaksa seperti apapun, otaknya juga tak mengerti, Alexa tidak mengerti apapun.

"Bang Ofan, Bunda boleh minta tolong?" Aisyah datang dengan sebuah kertas kecil di tangannya.

"Minta tolong apa, Bunda?" cowok itu menjawab dengan lembut, berbeda jauh saat ia berkata dengan orang lain, apalagi Alexa.

"Tolong beliin bahan buat kue, tadi ada pesanan. Bahannya habis, Pak Rudi lagi ngenterin pesenan tadi." Aisyah menatap Deofan dengan tatapan memohon.

Cowok dingin itu mengangguk menerima kertas berisi bahan-bahan yang perlu dibelinya, dan membacanya sebentar. "Tapi bawaannya banyak, kamu jangan pergi sendiri. Sama siapa ya?"

Manik mata Aisyah menatap Alexa penuh binar. "Alexa Sayang, kamu mau bantu Ofan buat belanja bahan kue, ya?"

Alexa melirik Deofan melalui ekor matanya, cowok dingin itu tak berniat menatapnya. Wajah datar, dengan aura dingin yang selalu melekat pada wajah Deofan. Membuat Alexa kadang merasa ngeri.

"Gimana, Sayang?" rupanya Aisyah tampak menunggu jawaban dari cewek dengan rambut se-bahu itu.

Alexa mengangguk, bibirnya mengukir senyum tulus. Senyum manis itu memudar, kala Deofan meliriknya dengan tajam. Kadang Alexa berpikir? Kenapa Deofan tak begitu menyukainya?

                              ***

Berjalan di sebuah mall, cowok dengan wajah datar itu mendorong sebuah troli. Sesekali matanya mencari bahan yang sudah ditulis bundanya di kertas kecil.

Sedangkan cewek dengan kaos putih itu berjalan di belakangnya. Menatap beberapa pengunjung dengan bosan. Kakinya berhenti melangkah, kala menatap sebuah foto besar seorang artis ternama mempromosikan sebuah produk.

Wanita yang memiliki umur sekitar 40-an namun tetap begitu tampak cantik. Wanita yang begitu diidamkan oleh banyak pria.

"Andai...." cewek itu tersenyum samar. Kepalanya menoleh ke sisi kiri, Deofan dan trolinya tampak sudah begitu jauh. Alexa mengejar.

Brukh....

Untuk kedua kalinya cewek itu terjatuh, pada hari yang sama. "Duh, liat-liat dong!! Jalan pake mat-"

Cewek itu mengatupkan bibirnya, seorang wanita cantik tampak berdiri di hadapannya. Beberapa pria bertubuh kekar itu membereskan barang-barang belanja milik wanita berparas anggun itu.

"Kamu gak pa-pa?" wanita itu bertanya dengan lembut.

Alexa bengong, matanya menatap sekitar. Begitu banyak orang berkerumun, dengan beberapa kamera yang menyorotnya. Cewek itu tersenyum samar.

"Maafin saya, ini buat kamu sebagai tanda maaf." wanita itu menyodorkan sebuah paper bag berwarna perak, entah apa isinya.

"Bukan, saya yang salah. Maaf." Alexa tersenyum hampa, menatap wanita itu dengan penuh luka. Ia seakan tak perduli dengan kamera yang sedari tadi menyorotnya.

Cekalan di tangan kiri Alexa membuat cewek itu menoleh. Ada Deofan yang tengah menatapnya tajam. "Maaf." Deofan berlalu diikuti Alexa.

"De, gue mau pulang." cewek itu menunduk.

"Semuanya akan baik-baik aja, Alexa."

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang