De, kenapa lo gak pernah suka sama gue? ~ Alexandra Colins.
Gue alergi sama orang bego. ~ Deofan Yudistira.
"Lex, gue anterin lo pulang." Gama tampak membimbing Alexa dengan hati-hati. Jarang sekali mantan kekasihnya ini demam, mungkin akhir-akhir ini ada hal berat yang begitu dipikirkan cewek itu.
Wajahnya yang tampak sedikit pucat, dengan suhu badan yang panas. Kepalanya yang seperti di pukul oleh besi karat, Alexa tidak suka jika ia mulai sakit seperti ini. "Gue pulang sendiri, Gam. Ada yang perlu gue urus."
Saat itu lorong begitu sepi, hanya ada beberapa murid yang masih berada di sekolah. Murid yang mengikuti ekstra teater lebih tepatnya.
"Gue anterin." Gama masih tak rela, jika Alexa harus pulang sendiri dalam keadaan demam.
Cewek yang dibimbing Gama itu menggeleng. Menyorot Gama dengan manik matanya. "Gue harus sendiri, Gam."
"Gue takut lo kenapa-kenapa." Gama menyorot Alexa dengan khawatir.
Sedangkan cewek berambut curly itu terkekeh, meninju lengan Gama pelan. "Gue udah kaya orang mau mati aja. Gue bukan bocah, gue bisa sendiri."
"Yain, Lex." Gama menggandeng tangan Alexa. Sesekali matanya menatap cewek yang disukainya itu dengan khawatir.
"Gue denger lo sakit?" Ivan datang dari ujung lorong, punggung tangannya ia tempelkan pada dahi Alexa.
"Gue gak pa-pa, Van." Alexa mengukir senyum, dengan wajahnya yang masih terlihat pucat.
"Lain kali makan yang teratur. Jangan suka sakit." Ivan memamerkan senyum manisnya.
"Alay njer." Gama mendesis, melirik Ivan sinis. Ia tak suka pada Ivan, terlalu mencari perhatian.
Alexa tersenyum manis, lalu menganggukkan kepalanya berulang kali. Merasa begitu diperhatikan, membuat Alexa sedikit merasa terharu.
"Minggir, Alexa mau balik." Gama berucap dengan ketus, bahunya sedikit menabrak bahu Ivan. Hatinya merasa sangat tidak suka dengan kehadiran cowok yang memiliki darah bali itu.
Sedangkan Ivan menatap kepergian Alexa. Sedikit mengerutkan kening saat melihat nyata betapa posesifnya Gama terhadap Alexa. Bahkan, hanya sekali lihat saja anak berumur sepuluh tahun akan tahu, Gama menyukai Alexa... itu faktanya.
"Lo yakin bakal pulang sendiri?" pertanyaan itu berulang kali Gama lontarkan kepada Alexa. Dan, berulang kali cewek yang tengah demam itu mengangguk dengan yakin. Ia harus menemui seseorang terlebih dahulu.
"Hati-hati. Pelan-pelan aja. Jangan ngebut." Gama mengusap rambut hitam milik Alexa.
"Siap Pak Bos." cewek itu memberikan hormat, sembari terkekeh ia masuk ke dalam mobil.
Gama mengukir senyum, kala mobil Alexa melaju dengan perlahan, meninggalkan parkiran sekolah. "Karena mata gue terlalu males buat natap cewek selain lo."
***
Sinar sang surya mulai meredup kala sore hari. Digantikan gumpalan awan hitam yang siap menumpahkan air ke bumi. Para pejalan kaki memilih menepi, menghindari rintikan hujan yang perlahan akan membasahi tubuh mereka.
Di sanalah dia, di depan sebuah toko bunga, cowok berhoodie army dengan rambut yang sedikit basah akibat rintikan hujan. Ia mendengus pelan, mengingat ban sepeda-nya yang bocor saat di tengah perjalanan.
Terpaksa, ia membawa sepedanya ke sebuah bengkel tambal ban. Lalu berjalan kaki menyusuri trotoar, cowok itu sendiri merasa malas untuk naik taksi. Lagi pula, cafe bundanya tak begitu jauh.
Brakh...
Suara benturan itu membuat beberapa orang memekik kaget, begitupun Deofan, cowok dingin yang mampu menyembunyikan seribu ekspresi di balik wajah datarnya.
"Astaga... mobil itu menabrak tiang listrik." seorang wanita memekik histeris, tangannya menunjuk mobil merah yang kini menjadi titik fokus banyak orang.
Deofan merasa sedikit tertarik, mobil yang begitu familiar baginya. Mobil merah? Ia ingat, itu mobil milik cewek bandel yang akhir-akhir ini lebih dekat padanya karena soal matematika.
Ada sesuatu yang aneh, kaki panjangnya melangkah dengan sendirinya. Menembus rintikan hujan, mendekat pada mobil yang sudah dikerumini beberapa orang.
"Bego!!" cowok itu mendesis, berlari dengan cepat. Ia mengintip pada kaca mobil, cewek itu rupanya tak sadarkan diri. Dengan cekatan, tangannya membuka pintu mobil. Membawa cewek itu ke dalam gendongannya.
Rintikan hujan masih setia mengguyur kota Jakarta. Alexa mengerjap, meski kepalanya terasa berdenyut ia membuka mata perlahan. Memeluk buku matematika dengan erat, ia tak mau hujan merusak apa yang ada di dalam buku itu.
Apa yang coba Alexa lindungi tak lepas dari pandangan Deofan. Merasa sedikit heran, mengapa cewek sebandel Alexa begitu melindungi buku matematikanya. "Sebutin alamat lo."
Cewek itu menyebutkan alamatnya dengan lirih. Lalu, matanya kembali terpejam, merasa pening pada kepalanya. Untung saja Deofan menajamkan pendengarannya, jika tidak... mungkin ia tak akan mengerti apa yang diucapkan cewek bandel itu.
"Bego!!" Deofan menggumam lirih, menyusuri jalan di tengah rintikan hujan. Ada yang terasa aneh pada diri Deofan, ada sesuatu hal yang tidak biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.