DEAL (?) [36]

4.1K 307 6
                                    

Gimana? Udah pantes belum jadi Queen of TKW? ~ Alexandra Colins

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana? Udah pantes belum jadi Queen of TKW? ~ Alexandra Colins.

"Brengsek!!"

Bugh...

Bugh...

Bugh...

"Woy!!! Woy ada apaan, woy?!!" Joko memekik histeris kala melihat dua cowok terpandang di sekolahnya tampak adu hantam. Untung saja lorong itu tak begitu ramai, sehingga tak akan memancing kehebohan yang akan terdengar hingga ke guru BK.

Joko dibantu dengan Radit, Kevin, dan Budi tampak kompak memisahkan kedua cowok itu. Sedangkan Gama, ia merangkul mesra lengan Alexa. Seolah melindungi mantan kekasihnya itu dengan sedikit was-was.

"Mereka kenapa bisa berantem, dah?" Gama memasang wajah heran.

Alexa menatap Gama tanpa ekspresi. "Entah, gue juga lagi mikir."

"Dasar bocah." Gama menggeleng heran.

Alexa tersenyum setan, ia berjinjit, mendekatkan bibirnya pada telinga Gama. "Senjata lo aja juga masih kaya bocah."

Gama berpikir beberapa menit, mencoba memahami perkataan Alexa. "Udah ah, mumpung Deo lagi berantem... gue jadi punya waktu buat ngerjain tugas, kan?" cewek itu berlalu sembari terkekeh.

"Anjer!!" Gama mulai memahami, ia menutup selangkangannya dengan dua tangan. Tanpa ia sadari, ia terlupa menaikkan resleting pada celananya sehabis dari toilet tadi. "Untung dia cewek yang gue sayang. Kalau yang bilang kaya gitu cewek lain, udah gue tampar, kan."

"Woy, Gam!! Bantuin ngapa, dah." Joko berteriak, sembari menahan tubuh Deofan yang masih bersemangat untuk menghajar Ivan.

"Kayanya tidur di ruangan bokap enak, dah." Gama menguap, seolah tak mendengar teriakan Joko.

***

Alexa membuka beberapa kertas, mencari rumus suatu soal yang dulu pernah ia catat. Menuliskan angka-angka itu dengan teliti, ia harus mendapatkan nilai yang tinggi.

Cewek itu tersenyum puas, kala berhasil menyelesaikan tugas terakhirnya. Ia memperhatikan soal itu kembali, cewek itu tersenyum samar. "Gue udah jadi anak pinter, Pa."

Sekarang, waktunya ia mencari keberadaan Deofan. Ia harus mengumpulkan tugasnya itu. Melihat bangku Deofan yang tampak kosong membuat cewek itu berpikir lagi.

Ah, ia baru ingat dengan pertengkaran Deofan dengan salah satu cowok yang ia lupa namanya. "Rak, liat Pak Ket kagak?"

"Pak Ket?" Raka menghentikan aktivitas nge-gamenya.

"Pak Ketua." cewek itu terkekeh.

"Oh, si Deo? Kagak tau, dah. Belum balik dari ruang guru tadi."

Alexa mengangguk mengerti, ia berjalan santai keluar kelas, sembari membawa buku tugasnya. Ia bersiul pelan.

"Hai pelakor."

Alexa memutar bola matanya malas, mendengar sapaan yang membuat mood-nya turun, membuat cewek itu ingin mencakar habis sang pemilik bibir tak punya tata krama.

"Uluh... Uluh... Rajin banget si pelakor bawa-bawa buku." Riska tersenyum mengejek.

"Hm, karena gue masih punya otak seenggaknya sedikit. Btw, lo kenapa gak dateng pas pembagian otak? Miris banget liat lo se-goblok ini." Alexa tersenyum manis.

"Belagu banget sih, lo? Ayo kita liat, sepinter apa lo!!" Ratih rupanya memang selalu emosi jika berhadapan dengan Alexa.

Dengan cekatan, tangan Ratih meraih buku tugas milik Alexa, tersenyum miring kala melihat mata Alexa yang melotot tidak terima.

"Balikin!!! Gak usah cari gara-gara!!" Alexa memperingatkan.

"Ugh, Rat gue takut." Riska berlagak ketakutan.

Tangan Alexa mengepal kuat, rupanya 2R tak pernah lelah mencari gara-gara dengannya. "Gue peringatin sekali lagi, balikin sebelum gue kasih lo berdua pelajaran."

"Oh, ya? Kasih gue pelajaran, dong." Ratih mengangkat gunting di tangan kanannya. Lalu, menggunting buku tugas milik Alexa dengan cekatan.

"Aduduh, Rat dia mau mewek, tuh." Riska tetus membuat suasana semakin panas.

"Ups, gak sengaja." Ratih melempar buku tugas milik Alexa, hingga potongan-potongan kertas itu berhamburan di lapangan sekolah.

Sedangkan Alexa? Cewek itu melirik buku tugasnya yang sudah tak utuh lagi. Miris. Ia mengerjakan tugas dengan susah payah, dan nilai-nilai itu lenyap dalam hitungan detik.

"Nangis aja, gue seneng liat lo nangis." Ratih tersenyum sinis.

Plak...

Tamparan itu bersarang pada pipi ratih, meninggalkan bekas merah yang terasa panas. "Iblis kaya lo emang gak pantes buat hidup." Alexa menarik nafas, lalu berkata, "Gue gak pernah ngusik lo, lalu? Apa keuntungan lo ganggu gue?"

Ratih bergeming, ia memegang pipinya yang terasa panas. "Gue bisa laporin lo ke polisi."

"Laporin aja, silahkan!! Gue gak takut sama polisi!!! Polisi bisa aja disuap buat membela kesalahan, asal lo tau... ada satu hal yang gak akan pernah bisa membela kejahatan. Gue punya Tuhan buat lindungin gue." Alexa menatap tajam Ratih.

Riska kembali tersenyum sinis. "Ceramah, Buk?"

"Sok suci." Ratih berdecih.

"Lebih baik gitu, daripada jadi haram kaya lo." Alexa berlalu.

"Oh ya? Lebih haram mana sama cewek yang keluar-masuk club? Main sama om-om? Ngambil suami orang? Ngambil pacar orang?" Riska berteriak dengan lantang.

"Wajar gue ambil suami orang, gue ambil pacar orang, daripada gue ambil pacar komodo, ribet lagi ceritanya." cewek itu menghentikan langkahnya, tanpa berniat membalikkan badan ke belakang, ia berkata, "Lo tau nama gue, tapi lo gak tau cerita hidup gue. Jadi, jangan sok tau kehidupan orang. Lo itu bukan Tuhan."

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang