DEAL (?) [40]

4.4K 325 21
                                    

Demi Allah, aku sulit melepas dia yang menjadi tokoh utama dalam doa sepertiga malamku~Vidara Belbi Anastasya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Demi Allah, aku sulit melepas dia yang menjadi tokoh utama dalam doa sepertiga malamku~Vidara Belbi Anastasya.

"Kenapa lo harus ngaku-ngaku jadi cowok gue?" kata-kata itu keluar kala ke-duanya tengah berada di halaman belakang sekolah. Hanya ada beberapa siswa saja yang ada di sini.

Deofan menatap Alexa tajam, rasa amarah yang berkecamuk dalam dirinya seolah masih berkobar. "Lo mau jadi pelakor lagi?"

Alexa mengernyit heran, kata 'lagi' membuat Alexa menjadi sensitive. "Gue gak pernah jadi pelakor."

"Asal lo tahu, Ivan itu tunangan Ara. Dan, lo udah bikin Ivan jatuh cinta sama lo. Aura pelakor emang ada di muka lo." kata-kata Deofan jauh lebih sinis dari yang sebelumnya.

Alexa tersenyum miris, ada rasa sakit yang keterlaluan saat Deofan mengatainya pelakor. Ia pikir, selain Gama dan yang lainnya, Deofan adalah sosok yang tak mempercayai isu-isu tentangnya. Ia pikir, Deofan mulai perduli padanya.

"Gue gak pernah rebut siapapun. Kalau jatuh cinta itu hak masing-masing orang, dan pihak yang dicintai juga gak punya kahendak buat berhentiin rasa cinta itu sendiri." Alexa mendongak, menahan air matanya yang hendak menetes. Entah mengapa, akhir-akhir ini ia menjadi lebih sensitive.

Deofan menatap Alexa intens, tangannya terulur. Mengusap rambut Alexa lembut. "Sekarang ikutin apa yang gue bilang, lo cewek gue."

Punggung Alexa bergetar, kembali terngiang di kepalanya desisan tajam banyak orang, perkataan papa-nya yang membuat dadanya semakin sesak. Tumpah sudah, tak mampu lagi ia membendung rasa sakit yang sejak semalam menggerogoti hatinya.

"Gue juga gak minta buat hidup. Tapi semua orang memperlakukan gue gak adil. Gue emang anak nakal, tapi kenapa cuma gue yang kalian hujat." cewek itu menunduk dan mulai terisak.

"Maaf," ucap Deofan lirih. Lalu membawa Alexa dalam dekapannya. Ada rasa tak rela saat melihat cewek bandel itu terisak, menumpahkan rasa sakitnya.

"Lo boleh berlindung ke gue." cowok itu menutup kedua telinga Alexa. "Gue bakal tutup telinga lo dari suara-suara mereka. Pejamin mata lo, biar lo gak bisa liat siapapun yang gak suka sama lo."

Alexa mengusap matanya, mulai tersenyum manis. "Makasih, lo udah jadi orang baik."

Deofan mengangguk kecil, tak bisa dipungkiri tentang jantungnya yang akhir-akhir ini berdetak lebih cepat kala melihat cewek bandel di hadapannya itu.

"De, ayo pulang. Gue pengen kue buatan Bunda."

"Ini masih sekolah, bego." Deofan mendengus.

Alexa nyengir, memasang smirk andalannya. "Bolos, lewat pager belakang kuy."

"Gak, entar lo tambah bego." Deofan berlalu.

"De!! Mau ke mana?!!" cewek itu berteriak, berlari menyamai langkah kaki Deofan.

"De, kita kan pacaran. Harusnya lo gandeng tangan gue biar lebih meyakinkan." cewek itu sedikit berbisik.

"Gak, kaya bocah."

"Kadang emang cinta bikin manusia menjadi aneh." cewek itu nyengir, tangannya menggenggam tangan Deofan.

Sedangkan cowok di sampingnya merasa tak nyaman. Akan detakan-detakan yang semakin menjadi. Seolah ada rasa lebih yang coba diungkapkan hati. Jatuh cinta?

***

"Lo beneran udah pacaran sejak lama sama Deofan?"

"Hoax kagak, nih?"

"Kok bisa ye?"

"Ah, pantes si Ofan mau ngajarin lo matematika."

"Pj cuy!!"

Alexa memijat pangkal hidungnya, kepalanya terasa berdenyut akibat pertanyaan-pertanyaan tak penting dari teman sekawannya.

"Ah, bacot lo semua. Diem napadah, gue mau makan." Alexa menarik semangkuk mie ayam pesanannya.

"Lo beneran suka sama Deofan?" kali ini Gama yang bersuara, setelah lama diam sembari menatap mantan kekasihnya intens.

"Hm, sukaaa banget sampai gue mau mati rasanya." Alexa menjawab asal.

Merasa mendapat jawaban, Gama diam seribu bahasa. Hatinya merasa tercubit mengetahui fakta bahwa cewek yang disayanginya itu telah menempatkan nama seseorang di hatinya.

"Gue turut seneng," ucap Gama dengan senyum kepalsuan.

Alexa mengangguk kecil, masih fokus dengan makanan yang ada di hadapannya. Tak begitu memperhatikan raut wajah Gama yang jauh lebih murung.

***

"Jadi, selama ini Kak Ivan suka sama Kak Lexa?" Ara, tak bisa menahan tangisnya. Beruntung, keduanya berada di taman sekolah. Masih terlihat sepi pada jam istirahat pertama.

"Hm."

"Kenapa Kak Ivan gak bilang?" tanya Ara parau.

"Kenapa gue harus bilang? Toh, lo mendam rasa sama mantan kekasih lo itu, lo juga gak kasih tau gue." cowok yang memiliki darah bali itu mendengus.

"Ma-maksut Kak Ivan apa?" tanya Ara sedikit tergagu.

"Ofan, lo suka sama sepupu gue sendiri. Oh, bahkan kalian pernah pacaran." Ivan memasang smirk yang mengerikan.

"Kak Ivan tau?"

"Tau, sangat tau. Ini semua gara-gara Ibu lo yang gak tau diri itu!! Pelakor, pengincar harta!!! Berkedok atas nama agama!! Basi!!" teriak Ivan marah.

"Kak Ivan," cicit Ara pelan. Air matanya terjatuh begitu saja. Ini semua Alexa penyebabnya, Alexa merebut segalanya, dekat dengan Deofan. Bahkan sekarang berhasil mengambil hati tunangannya. Alexa penyebab utamanya.

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang