DEAL(?) [8]

5.1K 330 2
                                    

Lo itu jutek, tapi kadang juga perduli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lo itu jutek, tapi kadang juga perduli. Jadi bimbang deh gue, mau sayang ... apa enggak ya? ~ Alexandra Colins.

"Good morning," ucap Alexa dengan suara nyaring. Semua teman kelas Alexa kompak menatap ke arah Alexa, tanpa menjawab sapaan ramah dari gadis brandal itu.

"Yee ... bengong aja lu pada. Jawab kek salam dari Alexa yang cantik ini." Alexa berjalan ke arah mejanya.

"Ah, sepi banget gak ada Gama. Gue duduk sendirian? Yakin?" ucap Alexa mencebikkan bibirnya kesal.

"Siapa juga yang mau duduk sama pelakor,  nanti bokap gue diembat juga." Neysa memandang sinis ke arah Alexa.

"Apaan sih lo, Nes? Diem aja napa," ucap Budi sembari menatap Alexa iba.

Alexa menghembuskan nafasnya pelan, lalu memejamkan mata sepersekian detik. "No problem. Gue juga gak berharap, lo duduk bareng gue kok," ucap Alexa santai.

Joko menggebrak mejanya dengan kasar, lalu meneteng tas nya ke arah bangku Gama. Tas itu ia lemparkan begitu saja, ia duduk di samping Alexa dengan santai.

Semua orang menatap aneh ke arah Joko, cowok itu mengangkat salah satu alisnya. "Kenapa? Mau duduk di sini juga? Udah telat, tempat ini milik gue."

Joko bersedekap dada, menatap para penghuni kelas dengan angkuh.  "Sok, jadi pahlawan kesiangan ye, Bro?" celetuk salah satu siswa dengan senyum miring.

Bukannya marah, ataupun kesal, Joko malah terkekeh. Para penghuni kelas, dibuat bingung karena Joko. "Lo nganggep gue pahlawan kesiangan? Oke, nanti emak gue, bakal gue suruh ngadain syukuran.

"Wah, pasti emak gue bangga banget. Anak gantengnya jadi pahlawan kesiangan," candanya.

"Kenapa juga sih, lo harus pindah ke sini? Di sekolah lo yang dulu, udah kebongkar kedok lo?" tanya salah satu siswi lagi-lagi dengan senyum sinis.

Tangan Alexa terkepal di bawah bangku, tapi bibir cewek itu mengukir senyum. "Kenapa sih, lo harus sibuk kepoin hidup gue? Lo itu haters, apa fans?" ucap Alexa, kali ini ia menyungging senyum sinis.

"Dih, jijik ... ew ...," Neysa memandang jijik ke arah Alexa.

"Udah deh, elah. Lo semua juga kagak tau kebenarannya, jangan ngehakimin orang, ogeb ...," ucap Budi dengan nada nyaring.

"Bukti udah kesebar kali, dan jelas-jelas itu muka si Alexa. Mau bikin alibi apa lagi? Alexa punya kembaran?" ucap Neysa menyudutkan.

"Sukanya sama om-om, pelakor pula. Jijik gue,"

"Pantes, barangnya pada mahal. Pasti juga dari om-om,"

"Jangan-jangan, mobil mewahnya itu juga dari om-om kali ya?"

"Dih kotor, hina banget. Sama kaya tai babi,"

Beberapa kata kasar ke luar dari beberapa penghuni kelas. Alexa diam, matanya terpejam kuat bersama dengan tangannya yang setia mengepal kuat.

Rasanya Alexa ingin menampar para cewek sok tau itu. Tapi, Alexa masih cukup memeiliki kewarasan. Ia tak akan membuat ulah lagi, jika ia masih ingin bersekolah di sini.

"Sesama manusia gak ber-hak, untuk menghakimi dosa orang lain. Karena, kita sendiripun belum tentu suci.

"Bercermin sebelum menghina orang, ngomong juga harus ngotak," suara datar, dingin, ketus itu begitu menancap di hati.

Siapa lagi pemilik suara itu, jika bukan Deofan Yudistira. Si cowok yang paling menyebalkan bagi Alexa.

Alexa menatap Deofan seolah tak percaya, apa Deofan baru saja membelanya?

Beberapa orang terdiam, susana yang begitu menegangkan. Suara dingin dan ketus dari Deofan, seolah membekukan para siswi bermulut tajam itu.

                             ♣

Suara bel istirahat berbunyi dengan nyaring, membuat siswa-siswi mendesah lega. Suara bel itu, bertanda berakhirnya jam mata pelajaran yang begitu menguras pikiran.

"Kantin yok, Lex." ajak Joko.

"Gue gak ikutan, deh ... gue harus bersihin toilet kan, ya. Nanti ... si nenek lampir kowar-kowar." ucap Alexa sembari berlalu meninggalkan Joko.

Alexa berjalan ke luar kelas, semua siswa-siswi tampak menatapnya sembari berbisik. Alexa memutar bola matanya malas, lalu ia memasang earphone untuk memblokir pendengarannya.

Bukannya menghindar, Alexa hanya terlalu malas, dengan beberapa orang yang sok tahu akan dirinya.

Kepalanya bergerak-gerak, bibirnya juga tergerak melantunkan lirik lagu yang didengarnya.
    
Saat sampai di toilet, Alexa mengambil bak. Lalu mengisinya dengan air, ditambah sedikit cairan pembersih toilet.

Alexa mulai melakukan masa hukumannya, dengan tenang.

Ketenangan itu sirna, saat Ratih, dan Riska datang. Mereka kembali menganggu Alexa, dengan kata-kata kotornya.

"Pelakor rajin banget. Pantes banget deh, kalo dijadiin babu," ucap Ratih dengan senyum sinis.

Alexa mendengar, tapi ia pura-pura tak mendengar. Ia malas berhadapan dengan Ratih. Bukannya takut, hanya saja ... Ratih sangat pintar membuat Alexa naik pitam.

"Woy!! Lo budeg, ya?" teriak Riska dengan kesal.

Alexa masih diam, tak berniat untuk menjawab. Alexa fokus pada pekerjaannya saat ini, yaitu membersihkan lantai toilet.

"Dih, pelakor ... belagu banget ya," ucap Riska dengan sinis.

Ratih berjalan mendekat, lalu ia menendang ember berisi air yang ada di sebelah Alexa. Air keruh itu tumpah, membasahi lantai yang sudah susah payah Alexa bersihkan.

"Bersihin!!" desis Alexa tajam.

Ratih menyeringai, ia membenarkan tatanan rambutnya. "Kalau gue gak mau, masalah?"

"Lo kenapa sih? Suka banget gangguin gue? Pengen banget ya, gue perhatiin?" ucap Alexa menyeringai.

"Dih ... pede banget lu," Riska tersenyum sinis.

Alexa menghela nafas kasar, lalu ia mengambil ember yang sudah kosong itu. Mengisinya kembali dengan air, lalu berbalik menuju tempat Ratih berdiri dengan angkuh.

Byuur ...

Air itu membasahi tubuh Ratih, terasa dingin menusuk tulang. Riska terperangah, lalu matanya menatap Alexa dengan nyalang.

"Semoga, setelah gue guyur. Otak lo jadi bersih ya, kasihan gue. Kotorannya numpuk tuh, jadi ... cuma bisa ngebacot." Alexa menyeringai, lalu pergi meninggalkan toilet yang berantakan.

DEAL (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang