"Permisi, Bu ... mereka sudah ada di sini," ucap Deofan sopan.
Bu Rosa tersenyum, lalu berkata, "Terimakasih, ya, Ofan. Kamu boleh kembali ke kelas."
Deofan mengangguk, lalu badannya berbalik menuju pintu. Tak menghiraukan tatapan membunuh dari Gama. Alexa juga menatapnya dengan penuh amarah. Bukankah, memang sudah menjadi sifat Deofan, yang selalu acuh dengan sekitar?
Bu Rosa membenarkan letak kacamatanya, lalu matanya menatap tajam para murid di hadapannya.
"Apa kalian tau, apa kesalahan kalian?" tanya Bu Rosa dengan tegas.
"Kan, Bu guru gak ngomong. Gimana saya mau tau, Bu." Gama berkomentar.
"Gama!! Jangan karena kamu adalah anak pemilik sekolah, maka kamu bisa semena-mena di sini. Saya akan menghukum semua murid yang melanggar tata tertib sekolah, tidak pandang bulu," ucapnya garang.
Alexa memutar bola matanya malas, lalu menghela nafas kasar. "Jadi ... apa kesalahan kami, Bu? Bisa diperjelas?" tanya Alexa dengan santai.
"Kamu Alexandra Colins?" tanya Bu Rosa dengan tatapan mengintimidasi.
"Hm," gumam Alexa membenarkan.
"Saya bertanya, bisa lebih sopan menjawabnya?" tanya Bu Rosa sinis.
"Iya Bu, saya Alexandra Colins. Apa Anda tak bisa membaca tulisan di name tag saya?" jawab Alexa tak kalah sinis.
"Pantas saja ibumu tak pernah mengenalkanmu pada awak media, pasti dia sangat malu memiliki anak seperti kamu," ucap Bu Rosa dengan bersedekap dada.
Alexa mengernyit, bagaimana Bu Rosa mengetahui tentang pekerjaan ibunya yang sebagai publik figur? Tentu Bu Rosa tau, dari data dirinya yang ia sodorkan saat pertama kali memasuki sekolah ini.
"Tidak semua hal harus dipublikasikan, Bu. Publik figur juga manusia, yang memiliki privasi. Lalu untuk apa? Pencitraan? Maaf, saya tidak suka mencari sensasi."
Alexa mengepalkan tangannya kuat, ia benci seseorang yang menghinanya dengan menyangkut pautkan keluarga.
Bu Rosa tersenyum sinis. "Baiklah, bisa kalian jelaskan arti foto ini?" tanya Bu Rosa sembari memperlihatkan layar ponselnya.
Sebuah foto dengan tiga orang cowok, dan satu cewek yang tengah merokok di suatu ruangan.
Alexa dan ketiga cowok itu melotot, seakan tak percaya dengan gambar yang terpampang nyata pada ponsel milik Bu Rosa.
"Ba-bagai-bagaimana ...,"
"Bagaimana saya mendapatkan foto itu sangat tidak penting. Yang terpenting sekarang, bagaimana kalian bisa mempertanggung jawabkan apa yang sudah kalian lakukan,
" Apa merokok di sekolah, adalah hal yang keren bagi kalian?"
Mereka menunduk dalam, Gama mengepalkan tangannya kuat. Alexa mengernyit, bagaimana bisa Bu Rosa mengetahui markasnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL (?)
Teen Fiction~Completed~ Aku dengan segala permasalahan rumitku. Bertemu kamu si pria dingin dengan tatapan beku. Aku mencintai kamu, wahai pria pencipta rindu.