[17] Curcol (2)

8.4K 337 1
                                    

Entah sudah berapa lama Rescha dan Arina memperhatikan Astrella yang tidak henti-hentinya tersenyum sambil memandang langit yang malam ini terlihat sangat cerah serta bintang-bintang menghiasi langit menambah kesan indah.

Malam ini Rescha, Arina dan Astrella sedang berada dibalkon kamar Astrella, duduk bersandar disebuah sofa yang memang disediakan untuk mereka bersantai sambil menatap langit. Dengan posisi Rescha yang berada diantara mereka, Astrella disebelah kanan Rescha dan Arina disisi lainnya.

Astrella dengan posisi menempatkan kepalanya pada bahu Rescha dan matanya menatap kearah langit.

"Rel?" panggil Arina dari seberang.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

Hingga detik kelima namun tidak ada respon yang Astrella tunjukkan saat Arina memanggil namanya.

Baik Rescha ataupun Arina saat ini saling pandang satu sama lain, saling bertanya lewat pandangan mereka dan setelahnya saling mengangkat bahu masing-masing tanda tidak tau.

"Astrella!" kali ini Rescha yang memanggil namanya sambil menggoyangkan bahunya yang menjadi sandaran kepala Astrella, hingga gadis itu menegakkan kepalanya menatap kedua kakaknya yang terlihat bingung.

"Kenapa?" tanya Astrella heran menautkan kedua alisnya.

"Lo yang kenapa sih?" giliran Rescha yang bertanya mengbaikan apa yang Astrella tanyakan.

"Gue?" tunjuk Astrella pada dirinya sendiri dengan raut wajah bingung.

Keduanya mengangguk seperti boneka yang dihidupkan menggunakan remote.

"Gue gakpapa kok emang ada yang aneh?"

Lagi-lagi keduanya mengangguk membuat Astrella tersenyum lebar lalu bertepuk tangan girang. "Kalian kompak yey! Astrella suka!" lalu ia terkekeh yang kali ini membuat Rescha dan Arina menggeleng keheranan.

"Lo kayaknya ada gangguan jiwa,"

"Bukan bang kayaknya geger otak deh, tadi dia jatuh gak di sekolah?"

"Gak sih," jawab Rescha terlihat berpikir menghadap Arina dan mengabaikan Astrella yang cengo karena merasa diabaikan. "Eh tapi tadi dia pingsan Rin pas jam istrirahat."

"Hah? Astrella pingsan?" ucapnya kaget saat mendengar jika Astrella pingsan di sekolahnya.

"Biasa anemia-nya." Arina mengangguk sudah sangat paham dengan hal itu, penyebab Astrella tidak bisa kelelahan.

"Nah mungkin karena itu Rin, kepalanya kebentur pas jatuh jadinya ya senyum-senyum gitu." mereka telihat asik membicarkan Astrella yang jelas-jelas ada didekat mereka. Astrella nampak kesal memandang kedua kakaknya itu.

"Woy!!" Astrella berteriak tepat didepan wajah mereka. Hingga membuat keduanya menoleh kearah Astrellla yang tampak kesal.

"Tadi kalian manggil gue tapi sekarang gue malah dicuekin."

"Gak. Kita cuma heran aja lo kenapa dari tadi senyum-senyum mulu. Lo sakit? Atau kesambet?" lagi-lagi setelah mendengar pertanyaan itu membuat Astrella tersenyum lagi keduanya memutar bola mata malas.

"Aelah Rel malah senyum lagi! Kita berdua nanya nih!"

"Gue lagi seneng?"

"Hah! Seneng?!" jawab mereka serempak lalu saling berpandangan.

Sedangkan Astrella hanya mengangguk.

"Karena apa?" giliran Arina yang bertanya.

"Karena Algis." jawabnya singkat.

SterneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang