"ASTRELLA! ARINA BURUAN TURUN!" teriak Mella memanggil kedua anak gadisnya dari lantai bawah.
Lalu terdengar bantingan pintu dari lantai atas.
"Rin buruan elah, mama udah teriak-teriak itu." omel Astrella melihat Arina yang masih terlihat santai memakai heels nya.
"Sabar kali dikit lagi ini!"
"Yaudah gue turun duluan! Lo buruan."
Astrella turun kebawah dengan setengah berlari.
"Iya Mah!" balasnya yang sudah berjalan menuruni anak tangga.
"Arina mana?" tanya Mella saat tidak ada Arina di samping Astrella.
"Bentar lagi turun Mah, lagi pakek heels." Mella hanya mengangguk.
Dan tidak lama kemudian muncullah seorang gadis yang setengah berlari menuruni tangga.
"Arina jangan lari-lari nak. Nanti kamu jatuh, sepatu kamu itu tinggi." omel Mella sedangkan Arina hanya meyengir.
"Tau nih Arina! Udah lelet, jatuh kan repot!" tambah Astrella.
"Bawel lo!" Arina menatap tajam Arina.
"Udah-udah! Ayok kemobil papa udah nunggu dari tadi." lantas keduanya mengangguk.
"Mah bang Rescha gak ikut?" tanya Astrella.
Mella menggeleng. "Kenapa Mah?"
"Rescha harus ke tempat Oma, nemenin Oma soalnya kasian Oma sendirian. Om Ferdy lagi pergi solanya." keduanya lantas mengangguk lagi mendengar penuturan Mella.
Lalu mereka melangkahkan kaki keluar rumah menuju mobil yang sudah terparkir di luar pagar.
Setelah beberapa menit di perjalanan untuk menuju hotel yang menjadi tempat di adakannya acara resepsi pernikahan rekan kerja Faisal. Hotel berbintang 5 dengan nuansa serba putih ini terlihat indah, sudah bisa dipastikan pengusaha yang bisa membuat acara seemegah ini.
"Ma?" Mella menoleh.
"Kenapa sayang?" tanya Mella.
"Ella ke toilet bentar ya." setelah melihat Mella mengangguk Shireen berjalan menuju toilet. "Lo mau ikut gak?" sebelum ia benar-benar menjauh dirinya mengajak Arina.
"Gak deh, gue disini aja." Astrella hanya mengangguk lalu ia berjalan sendirian ke arah toilet.
Astrella celingak-celinguk memperhatikan ruangan hotel yang sudah dipenuhi banyak orang. Matanya mencari-cari dimana letak toilet, hingga—
BRAKK!
Seseorang menabrak bahunya keras.
"Awww!" ringis Astrella.
"Duh, maaf ya mbak saya lagi buru-buru." Astrella mengabaikan ucapan orang itu karena dia sedang mengusap bahunya yang terasa sangat sakit, seperti iya sedang menabrak sebuah dinding.
"Iya gakpa— Algis!" teriak Astrella saat melihat ternyata pria tampan itu yang berdiri di depannya.
"Loh. Astrella!" reaksi Algis tidak jauh berbeda dengan Astrella yang tampaknya kaget. Seolah Tuhan memang sedang mendekatkan mereka.
"Algis ngapain di sini?" tanya Astrella basa-basi.
"Bahu lo sakit?" lirik Algis saat Astrella masih mengusap-usap bahu sebelah kanannya.
Segera Astrella menggeleng. "Gak kok hehe." ia tertawa hambar, enggan terlihat lemah di depan Algis dan tidak mau membuat Algis seperti merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sterne
Teen Fiction"Gue bakal lepasin lo, kalo itu emang yang terbaik." -Astrella. "Jangan gila! Lo udah terlanjur buat gue jatuh cinta, dan dengan gampangan lo nyuruh gue buat lepasin lo? Gue akan pernah mau!"- Algis Astrella menyukai Algis, tapi Algis tidak menyukai...