"REL PLEASE BUKA PINTUNYA!"
"ASTRELLA!"
"PLEASE REL! GUE BAKAL JELASIN SEMUANYA!"
"BUKA DULU PINTUNYA REL, GUE MOHON!"
Arina berkali-kali memanggil Astrella dan mengetuk pintu kamarnya, namun tidak ada sahutan dari sana. Kali ini Astrella memang benar-benar butuh untuk sendiri, ia masih belum bisa percaya atas apa yang terjadi hari ini.
Begitu cepat, namun sakitnya pasti akan lama. Arina dan Algis? Orang yang tidak pernah terpikirkan olehnya akan menyakiti hatinya dengan cara ini. Sedikitpun ia tidak pernah berpikir jika Arina bisa setega ini padanya, seharusnya Arina bisa mengatakan semuanya tanpa harus membuat drama yang sebenarnya bisa menyakiti dirinya sendiri dan Astrella.
Seandainya Arina terlebih dulu menceritakan semuanya pada Astrella mungkin hal seperti ini tidak harus terjadi.
Bagaimana mungkin, Astrella penjadi orang ketiga diantara hubungan Arina dan Algis.
Astrella marah, marah kepada dirinya sendiri karena tidak mengetahui fakta ini. Benarkah dia tidak peduli pada Arina?
Di dalam kamar Astrella menangis sesenggukan, hatinya sakit. Lebih sakit saar dulu Farzan meninggalkannya tanpa kabar. Dua orang yang sangat ia percaya bisa setega ini padanya, apakah jujur sesulit itu?
"Rel buka pintunya! Please dengerin gue dulu!" Astrella mendengarnya, mendengar jika Arina terus memanggilnya. Tapi saat ini Astrella benar-benar belum bisa untuk menerima semuanya.
Seperti pengkhianatan.
Astrella menutup wajahnya menggunakan bantal. Entah sudah berapa lama ia menangis saat ini.
Algis dan Arina.
Nama mereka selalu terngiang-ngiang di dalam pikiran Astrella.
"Gue benci kalian! Kenapa harus kalian sih!" teriak Astrella tertahan, dia tidak tau lagi sudah sepeti apa bentuk kamarnya saat ini.
Berantakan. Bantal dan selimutnya sudah tidak tau lagi berada di mana.
"Astrella!" lama-kelamaan suara Arina mulai mengecil. Astrella tau, Arina juga pasti merasakan apa yang ia rasakan. Terdengar dari isakan Arina di luar sana, Astrella tau Arina hanya ingin Astrella bahagia. Tapi dengan cara yang salah seperti ini.
Hingga tidak terdengar lagi suara Arina yang memanggil namanya.
Arina pergi dari balik pintu kamarnya, ia memilih untuk membiarkan Astrella sendiri saat ini. Ia tau dirinya salah, berbohong pada Astrella dan menyuruh Algis untuk merubah sikapnya pada Astrella.
Semuanya salah Arina. Saat Algis tau jika Arina dan Astrella adalah saudara, Algis sudah menyuruh Arina untuk menceritakan semuanya pada Astrella. Tapi Arina menolak dengan alasan tidak mau menyakiti Astrella dengan menceritakan semuanya. Dan satu-satunya Algis hanya bisa mengiyakan ucapan Arina karena ia ingin Arina bahagia.
Termasuk juga, perubahan sikap Algis pada Astrella. Arina menyuruh Algis untuk bersikap baik pada Astrella karena Astrella yang selalu bercerita padanya jika Algis bersikap ketus padanya.
Lagi-lagi Algis awalnya menolak, karena ia takut Astrella semakin berharap padanya. Tapi Arina tetap keras kepala, ia tetap kekeh untuk menyuruh Algis bersikap baik dan berteman pada Astrella.
Hingga akhirnya seperti ini. Astrella tau semuanya, membuat semuanya semakin rumit.
"Arina!" panggil Rescha saat ia melihat Arina berada di teras rumahnya.
Rescha yang baru pulang dari latihan basket pun sedikit heran. Arina terlihat sedih, dan ia juga heran kenapa Arina sudah berada di rumah di jam seperti ini. Padahal ia mengatakan akan pulang sore karena sedang pergi bersama temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sterne
Teen Fiction"Gue bakal lepasin lo, kalo itu emang yang terbaik." -Astrella. "Jangan gila! Lo udah terlanjur buat gue jatuh cinta, dan dengan gampangan lo nyuruh gue buat lepasin lo? Gue akan pernah mau!"- Algis Astrella menyukai Algis, tapi Algis tidak menyukai...