[51] Perang Dingin

8.7K 309 9
                                    

Setelah kepulangan Arina dari rumah sakit, tetap saja hubungan keduanya tidak membaik. Apalagi saat Astrella mendengar Arina yang bersikap baik selama inu hanya kebohongan belaka. Padahal niat awal Astrella saat mendengar Arina sudah siuman ia ingin meminta maaf pada Arina karena telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya, tapi semuanya sirna saat Astrella mendengar semuanya.

Musuh sebenarnya ternyata adalah kembarannya sendiri. Bukan-bukan lebih tepatnya kembaran angkatnya, entahlah dia bingung harus menyebut apa Arina itu. Saudara atau musuh? Jika saudara, ia bukan kembaran kandungnya dan apakah musuh? Astrella tidak pernah menganggap Arina musuh, tapi Arina? Ia menganggap Astrella musuh terbesarnya.

Yang harus ia lakukan sekarang adalah, mencari tau siapa Arina sebenarnya. Dan hanya Mama dan Papanya yang tau jawaban itu. Ia juga tidak bisa menceritakan hal ini pada Rescha, ia pasti juga belum mengetahui apa yang sebenarnya. Karena jika Rescha tau pasti sudah lama ia menceritakan semuanya pada Astrella.

Saat Astrella sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton drama korea kesukaannya. Matanya menangkap sosok Arina yang melintas di dekatnya dengan tatapan sinis penuh kebencian.

Sedangkan Astrella hanya memasang tampang acuhnya sambil menikmati cemilan di depannya.

"Bang?" panggil Astrella dengan suara yang sengaja ia keraskan.

"Kenapa sih Rel? Gak usah pakek teriak-teriak segala, lagian gue di samping lo gini!" ucap Rescha sedikit kesal sambil mengelus telinganya yang berdengung.

Astrella hanya menyengir menanggapi ucapan Rescha.

Astrella melirik dengan ekor matanya saat ia melihat Arina menhentikan langkahnya setelah mendengar panggilan Astrella pada Rescha.

"Bang lo sayang gak sih sama gue?" tanyanya masih dengan suara lantang, seolah memang sengaja agar Arina yang berdiri tidak jauh darinya mendengar itu.

Rescha mengernyit karena tidak memahami maksud Astrella yang tiba-tiba menanyakan hal itu.

"Hah? Lo sakit Rel?" Rescha memeriksa keadaan Astrella dengan meletakan telapak tangannya di dahi Astrella.

Astrella segera menepis tangan Rescha di dahinya. "Apaan sih bang! Gue gak sakit kok!"

"Masa sih? Tapi kok tumbenan banget lo nanya yang begituan?"

Astrella menghela napas berat, kenapa Rescha semenyebalkan ini. Padahal iya hanya butuh jawaban Rescha agar mengatakan ia menyayangi Astrella.

"Aelahh jawab aja kali bang!" sungut Astrella.

"Iya-iya gue sayang banget kok sama lo, banget malah!"

Mendengar jawaban Rescha seperti itu Astrella langsung memeluk Rescha dengan erat.

Lalu sekilas ia melirik Arina yang memasang wajah kesal dan mengepal tangannya erat. Astrella menyeringai ke arahnya, seakan memberi tau jika ia menang dalam hal ini.

"Astrella juga sayang abang kok. Sayangg bangett malah," teriaknya membuat Rescha hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Sedangkan di sisi lain Arina sudah mengepalkan tangannya, rasanya ia ingin sekali menghampiri Astrella dan memukul wajahnya.

"Sok cantik banget!" desisnya dengan menggertakan giginya menahan kesal.

Sebenarnya Arina juga tidak mau seperti ini, membiarkan kebenciannya pada Astrella menguasai dirinya. Selama ini ia selalu menahan dirinya, berfikir positif pada Astrella dan keluarganya. Walaupun sebenarnya ia tau, jika ia bukan saudara kandung Astrella dan Rescha.

SterneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang