Setelah sekitar 15 menit mereka di perjalanan. Akhirnya mereka tiba di Bandara Soekarno Hatta. Astrella yang akan beragkat pukul 4 sudah tiba di Bandara pukul 3, setidaknya masih ada satu jam lagi untuk mereka bersama. Melepaskan rindu yang akan sangat lama.
Seperti saat ini Mella terus memeluk anak bungsunya itu, diikuti oleh Faisal yang memeluk keduanya.
“Ella jaga diri baik-baik di sana ya nak, Mama sama Papa gak mau denger kalo Ella di sana kecapekaan, terus sakit.”
Astrella mengangguk. Ia akan selalu ingat pesan dari kedua orang tuanya, ia akan selalu mengikuti apa yang kedua orang tuanya selalu ajarkan. Walaupun ia sudah sangat mengecewakan Arina setidaknya ia tidak akan pernah mengecewakan kedua orang tuanya.
“Astrella janji Ma, Astrella bakal selalu inget pesan Mama sama Papa,” ucap Astrella haru.
“Jangan bandel, jangan manja Rel,” celetuk Rescha tiba-tiba embuat kedua orang tuanya terkekeh.
Astrella menatap tajam Rescha, “Gue gak manja ya!” sahutnya.
“Masa sih? Sama gue aja dong lo berarti yang manja,?” goda Rescha sehingga Astrella memukul lengan Rescha.
“Udah abang, jangan godain adeknya terus,” lerai Mella.
“Biarin aja Ma, karena setelah ini gak ada lagi cewek bawel yang bisa Rescha godain dan jahilin lagi,” jawab Rescha, namun Astrella tau bahwa Rescha hanya berusaha untuk menghibur dirinya.
Astrella mendekat ke arah Rescha, lalu memeluknya erat. Pelukan terakhir sebelum ia pergi.
“Jangan rindu gue Bang, berat. Biar aku saja.” Setelah mengatakan itu Astrella terbahak dan melepas pelukannya, ia hanya berusaha untuk menghibur Rescha.
Tapi berbeda dengan respon yang Rescha berikan, ia justru memutar bola mata malas lalu kemudia mencibir.
“Jijik! Korban Dilan lo!”
Lagi Astrella tertawa, jujur ia lebih suka melihat Rescha yag selalu mengomel padanya dari pada Rescha yang terlihat mellow seperti ini.
Astrella mencubit kedua pipi Rescha, kemudian mengecup sebelah pipinya.
“Jangan pikirin gue bang, gue bakal baik-baik aja di sana. Gue gak mau ya denger lo galau-galauin gue. Gue bakal terus nanyain kabar lo sama Arnetta.”
Rescha tersenyum lalu ia menoyor kepala Astrella,
“Gue gak selebay itu ya!”
“Masa sih? Bukannya lo gak bisa hidup tanpa gue? Ibaratnya tuh ya, gue ini tulang rusuk lo!” setelah mengatakan itu, Astrella kembali tertawa. Walaupun ia tau apa yang ia ucapkan ikut sedikit terdengar menjijikan,
Rescha menghela napas kasar, ia tau hal seperti inilah yang akan sangat ia rindukan dari kehadiran Astrella.
“Heh kutil ayam! Jangan kegeeran lo! Tulang rusuk gue itu Arnetta! Bukan lo!” balas Rescha.
“Tau deh yang udah punya tulang rusuk!”
“Makanya buruan punya pacar! Gue mau denger saat lo pulang dari USA udah harus punya pacar, mayan memperbagus keturunan lo!” ejek Rescha membuat Astrellaa mencebik.
“Gue masih suka produk lokal, Bang.”
Berbeda denga orang tua mereka yang hanya menggelengkan kepa meliha kelakuan kedua anaknya itu. Walaupun mereka terlihat seperti anjing dan kucing yang selalu bertengkar, tapi nyatanya mereka sangat saling menyayangi.
Hingga getaran ponsel di sakunya membuat Rescha berhenti sejenak menggoda Astella, ia merogoh sakunya utnuk melihat siapa yang menelponnya.
“Ma, Pa, Rel. Rescha angkat telpon dulu ya,” pamit Rescha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sterne
Teen Fiction"Gue bakal lepasin lo, kalo itu emang yang terbaik." -Astrella. "Jangan gila! Lo udah terlanjur buat gue jatuh cinta, dan dengan gampangan lo nyuruh gue buat lepasin lo? Gue akan pernah mau!"- Algis Astrella menyukai Algis, tapi Algis tidak menyukai...