"Galau? Ngerasa kehilangan saat dia udah mulai ngejauh? Makanya jangan main-main sama hati Gis!"
Suara seseorang yang terdengar menghardiknya membuat Algis menoleh, mendapati Ardell yang menatapnya dengan berkacak pinggang.
Ia bersandar pada tembok balkon kamar Algis, sedangkan Algis duduk membelakanginya. Tatapan marah terlihat jelas dari mata Ardell.
"Lo itu gak biasa kayak gini Gis! Tapi sekalinya nyoba? Liat sekarang lo jadi uring-uringan gak jelas," ucap Ardell kembali, ia tidak bermaksud untuk menyalahkan Algis. Ia hanya ingin Algis sadar, jika perasaan bisa berubah kapan pun. Tidak peduli seberapa lama mereka kenal.
Kali ini Algis memutar tubuhnya menatap Ardell masih dengan posisinya.
"Gue masih sayang Alesha, Dell! Gue gak suka sama Astrella," ucap Algis, membuat Ardell terkekeh. Ia sangat tau tabiat Algis.
"Gue Ardell, Gis! Sepupu lo, kita udah kenal dari masih dalam kandungan. Dan sekarang lo mau ngelak?"
Ardell tertawa ia melangkah mendekati Algis, menepuk bahunya sekilas lalu mengambil posisi duduk di samping Algis yang menatapnya bingung.
"Gue gak ngerti?" tanya Algis.
"Lo pasti ngerti. Ini mainnya hati Gis, dan lo gak akan bisa bohong masalah hati."
Algis semakin tidak mengerti apa yang dikatakan sepupunya itu, dia mengalihkan pandangannya menatap langit yang sangat berbeda dengan hatinya. Langit yang begitu cerah dengan bantuan bintang yang terlihat indah, sedangkan hatinya? Mendung, entah apa penyebabnya.
"Lo gak ngerti?"
Algis menggeleng.
"Gue tanya deh. Lo sayang sama Arina?"
Algis mengangguk.
"Kalo sama Astrella?"
Algis diam sejenak, memikirkan kata yang tepat untuk dia lontarkan pada Ardell.
"Hmm, gue nyaman sama dia," ucap Algis.
"Nah itu!" teriak Ardell membuat Algis menoleh bingung ke arahnya.
Ardell menyeringai penuh arti.
"Lo nyaman?"
Algis mengangguk.
"Sayang belum tentu nyaman. Tapi kalo nyaman udah pasti sayang," ujar Ardell membuat Algis menatapnya seolah meminta penjelasan.
Algis terlihat memikirkan ucapan Ardell. Argumen Ardell sepertinya salah, ia sangat menyayangi Arina dan sangat senang berada di dekat gadis itu. Dan saat ia berada di dekat Astrella mengapa semua beban yang ia rasakan seolah menghilang, ya dia akui rasa nyaman memang ada. Tapi tidak mungkin ia meyayangi Astrella.
"Hahahahaha jangan di pikirin Gis! Tanya hati lo, mau milih siapa? Jangan maruk Gis," ucap Ardell bermaksud menggoda Algis.
Algis hanya diam tidak lagi menanggapi ucapan Ardell, sepertinya ia memikirkan apa yang Ardell katakan padanya. Sebaliknya Ardell pun seperti memberikan ruang agar Algis bisa memikirkan semuanya, jangan sampai ia salah mengambil keputusan.
"Eh," ucap Algis mengagetkan Ardell karena ia juga menepuk bahu Ardell.
"Biasa aja kali!"
"Serius gue mau nanya?"
"Nanya apaan?" ucap Ardell bingung.
"Eum, lo gak marah sama gue?"
Ardell terkekeh lalu menggeleng. Algis tampak bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sterne
Teen Fiction"Gue bakal lepasin lo, kalo itu emang yang terbaik." -Astrella. "Jangan gila! Lo udah terlanjur buat gue jatuh cinta, dan dengan gampangan lo nyuruh gue buat lepasin lo? Gue akan pernah mau!"- Algis Astrella menyukai Algis, tapi Algis tidak menyukai...