[42] Pengakuan

8.8K 343 1
                                    

"Jadi?"

"Aku sama Algis emang pacaran bang, tapi kita lost contact semenjak aku tinggal di Jerman kemarin. Aku juga kaget pas denger kalo Algis pindah ke Jakarta dan satu sekolah sama Astrella. Apalagi Astrella bilang kalo dia suka sama Algis, aku gak mungkin nyakitin Astrella dengan bilang kalo aku dan Algis pacaran." Arina menjelaskan semuanya pada Rescha.

Rescha langsung marah saat tau jika Arina terlibat dalam masalah ini, ia langsung memanggil Arina dan meminta penjelasan padanya. Awalnya Arina menolak, karena nyatanya bukan hanya Astrella yang sakit tapi ia juga. Bagaimana tidak, dia harus berpura-pura bahagia saat Astrella menceritakan kedekatannya dan Algis, walaupun sebenarnya Arina lah dalang dalam hal itu.

Dan saat ini Arina sedang berada di kamar Rescha, Rescha yang memintanya. Rescha sengaja ingin berbicara empat mata pada Arina, saat ini juga Astrella terlihat sangat kacau hingga Rescha memaksa Astrella untuk istirahat terlebih dahulu.

Arina menunduk, tidak berani untuk menatap Rescha yang saat ini ada di hadapannya. Dia mengakui hal itu kesalahannya tapi ia hanya tidak ingin membuat Astrella sakit, saat tau semuanya dan perlakuan tidak baik Algis padanya.

"CARA LO SALAH RIN!" bentak Rescha, membuat Arina menggigit bibir bawahnya takut. Ia takut melihat kemarahan Rescha yang seperti ini. Astrella beruntung Rescha selalu ada untuknya.

"Aku tau Bang, aku cuma mikiri perasaan Astrella." Jawab Arina pelan.

"GAK PERLU! KALO UJUNGNYA BAKAL NYAKITIN DIA JUGA!"

Arina tidak bisa menahan lagi air matanya, ia menyeka air mata yang membasahi pipinya.

"Ini yang gue takuti Rin! Gue gak mau Astrella sakit hati dan nangis gara-gara cowok! Tapi sekarang? Kakaknya sendiri yang buat dia sakit!" Rescha sudah menggertakkan giginya, kali ini emosinya benar-benar memuncak.
"Lebih baik Astrella tau dari awal tentang hubungan lo! Seenggaknya perasaannya gak terlalu jauh sama Algis seperti sekarang! Lo Kakaknya Rin! Lo Kakaknya! Seharusnya lo buat dia bahagia! Bukan malah lo dalang di balik semuanya! Lo tau rasanya di khianati? Dan sekarang Astrella merasa dikhianati oleh lo!"

Rescha meluapkan segala emosinya, entah bagaimana lagi ia harus bersikap. Astrella adalah adiknya tapi Arina juga adiknya.

"Maaf Bang."

Rescha akui ia memang lebih menyayangi Astrella dibanding Arina, rasa sayang Rescha ke Astrella lebih dari rasa sayangnya ke siapapun. Rescha bahkan rela mengorbankan dirinya demi Astrella, karena baginya Astrella adalah segalanya.

"GUE KECEWA SAMA LO RIN! GUE GAK SUKA LIAT LO GINIIN ASTRELLA! LO BENER-BENER UDAH NYAKITIN DIA!"

"Bang Arina gak maksud nyakitin Astrella! Arina cuma gak mau sakit hati!" kali ini kesabaran Arina sudah habis, ia menegakkan kepalanya. Mencoba untuk membela dirinya.

"TAPI CARA LO SALAH! LO NGASIH HARAPAN SAMA ASTRELLA! NYURUH ALGIS BUAT BAIK-BAIKIN ASTRELLA GITU! ASTRELLA GAK BUTUH BELAS KASIHAN LO RIN!" bentak Rescha, apalagi saat Arina sudah berani melawannya.

"GAK CUKUP SELAMA INI LO UDAH AMBIL PERHATIAN MAMA DAN PAPA DARI ASTRELLA! DAN SEKARANG LO REBUT ORANG YANG DIA SUKA!"

Arina terisak, sungguh kata-kata Rescha benar-benar menyakiti hatinya kali ini. Ia sudah tidak bisa diam lagi, sudah cukup Rescha menyakitinya dengan kata-kata.

"Algis pacar gue bang! Gue gak pernah rebut Algis! Kalo seandainya gue jahat! Gue akan tetep biarin Algis bersikap cuek sama Astrella! Dan Abang bilang Arina ngerebut orang yang Astrella suka? Abang salah besar! Seharusnya Arina yang ngomong gitu! Astrella rebut orang yang Arina Cinta!"

"Dan untuk masalah Mama Papa, mereka cuma pengen Arina sembuh! Arina juga gak mau bang penyakitan kayak gini! Arina gak mau ngerepotin Mama sama Papa lagi!"

Rescha menatap Arina benar-benar penuh emosi.

"Lo gak pernah bilang sama gue ataupun Astrella kalo Algis itu pacar lo! Dan lo gak bisa nyalahin Astrella sebagai perebut! Di sini posisinya Astrella korban dari sikap sok baik lo dan ngasih harapan Algis ke Astrella!"

Lagi-lagi ucapan Rescha membuat hati Arina sakit. Begitu pentingkah Astrella bagi Rescha? Sampai detik ini pun Rescha selalu menempatkan Arina di posisi yang salah.

Arina selama ini tau Rescha selalu berbeda padanya, sikap Rescha terlalu dingin padanya. Sedangkan pada Astrella? Ia selalu melakukan apa yang Astrella mau. Rescha selama ini selalu tidak adil memperlakukan Arina.

Astrella di nomor satukan dan Arina? Entah nomor keberapa bagi Rescha.

"Arina selalu salah ya Bang?" tanya Arina yang sudah mulai lelah karena ia tau sampai kapanpun di mata Rescha ia akan selalu salah.

"LO SELALU SALAH RIN! APALAGI DI MASALAH INI!"

"Apa yang harus Arina lakuin bang?"

"CUKUP LO JAUHIN ASTRELLA UNTUK SAAT INI! Dia butuh waktu! Jangan ganggu Astrella saat hatinya masih belom pulih!"

"Tapi Arina sekamar sama Astrella bang," sanggah Arina.

Rescha mengeram kesal. "Lo pindah ke kamar bawah apa susahnya sih!"

"Dan satu lagi gue gak mau liat lo ataupun Algis nyakitin Astrella! Kali ini lo cuma gue bilangin! Tapi kalo lo buat Astrella kayak gini lagi, gue gak segan-segan buat lo menderita dari Astrella!" ancam Rescha membuat Arina terdiam, sungguh ia ingin ada di posisi Astrella yang selalu di perlakukan dengan baik oleh Rescha.

"Untuk Algis! Jangan lagi ganggu Astrella kalo lo gak mau wajah pacar lo itu kenapa-kenapa!"

Rescha keluar dari kamarnya meninggalkan Arina yang menangis sesenggukan, ia frustasi mengapa masalahnya rumit seperti ini. Padahal ia sudah banyak mengalah pada Astrella, tapi nyatanya dia akan selalu salah.

Arina menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya, ia sama-sama kacau seperti Astrella.

Ia rela melepaskan Algis demi Astrella.

Tapi Rescha membuatnya sakit hati, dan ia berjanji tidak akan membiarkan Astrella mendapatkan Algis. Sudah cukup ketidakadilan yang ia rasakan, ia harus tega walaupun sebenarnya ia sangat menyayangi Astrella dan tidak mau melihatnya sedih.








***

NAH LO RESCHA NGAMUK.

ARINA? MAU NGAPAIN?

JANGAN JADI JAHAT YA HEHE.

SterneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang