Pagi ini Astrella sudah terlihat sangat rapi dengan seragam sekolahnya. Sebenarnya hari senin adalah hari yang paling malas untuk Astrella pergi ke sekolah. Bukan hanya harus mengikuti upacara yang sudah dipastikan akan memakan waktu berjam-jam, juga karena pelajaran di hari senin menurut Astrella membosankan.
Tapi entah kenapa pagi-pagi sekali ia sudah terlihat sangat bersemangat. Memandangi dirinya di depan cermin yang menyorot seluruh tubuhnya, selalu saja Astrella terlihat sangat cantik dan anggun.
Ia tersenyum memandangi dirinya dicermin, wajahnya terlihat sangat cerah pagi ini. Perlahan ia meyisir rambut panjangnya, lalu mengumpulkan helaian rambutnya menjadi satu untuk ia kuncir kuda.
Semakin terlihat cantik. Namun Astrella tidak suka mengucir rambut dan lagi-lagi upacara adalah alasannya mengucir rambut.
Tersenyum lagi, itu yang ia lakukan saat memandang dirinya dicermin.
"Woy! Pagi-pagi udah senyum-senyum aja! Kesambet baru tau rasa lo!" Astrella langsung mengerutkan bibirnya, Arina tiba-tiba muncul di belakangnya dengan wajah absurd khasnya. Padahal seingatnya Arina sedang ada di bawah, entahlah Astrella bingung.
Astrella menatap tajam Arina. "Eeq kuda lo! Ngagetin aja!"
"Sorry-sorry. Abisnya gue masuk kamar aja lo gak sadar gitu, eh pas gue masuk liat lo malah senyum-senyum gaje gitu!" Arina menyengir kuda andalannya.
"Eh tumben lo pagi-pagi udah rapi gini. Biasanya juga masih pakek daster?" tanya Astrella heran melihat penampilan Arina yang sudah rapi menggunakan dress selutut berwarna navy.
"Enak aja! Gue bukan emak-emak yang hobi pakek daster ya!" Arina cemberut. "Gak salah nanya nih! Seharusnya gue yang nanya, sejak kapan seorang Astrella udah rapi jam segini."
Astrella mencubit lengan Arina pelan hingga gadis itu meringis. "Sialan lo ya! Emang biasanya juga gue udah siap jam segini!"
Setelah Astrella mengatakan itu dan respon Arina hanya mendelik, Arina lantas berjalan menuju meja riasnya mencari sesuatu.
"Eh Rin!" panggil Astrella membuat Arina yang sibuk pada kotak persegi yang berisi koleksi jam tangannya lantas menoleh pada Astrella.
"Hmm."
"Lo tadi dari bawah kan?"
Arina hanya mengangguk. "Bang Rescha udah pulang belum?"
"Belum tuh, mama bilang bang Rescha pulang sore ini soalnya oma di sana masih sendirian." jelas Arina.
Raut wajah Astrella lalu berubah menjadi sedih. "Aelah bang Rescha lama banget pulangnya sih! Terus gue berangkat kesekolah naik apaan, masa iya taksi online!"
"Lo bareng mama bego!" ucap Arina cukup keras tanpa menoleh ke arah Astrella karena ia sedang sibuk memasang jam tangan berwarna putih di pergelangan tangan sebelah kirinya.
"Hah?" tanya Astrella mengerutkan dahinya heran, mana mungkin Mamanya akan mengantarkannya karena jarak butik dan sekolah Astrella berlawanan arah.
"Iya gue sama Mama yang bakal nganter lo oon! Soalnya hari ini jadwal gue check up, dan dokter pribadi gue bisanya pagi ini." jelas Arina membuat mata Astrella berbinar.
"Alhamduliah ya Allah, Engkau masih berbaik hati pada hamba sehingga hamba tidak harus naik taksi online!" ucap Astrella mengeraskan suaranya dengan tangan menengadah, ia berdoa karena tidak harus naik taksi walaupun terlihat berlebihan tapi itu mampu membuat Arina tertawa. Ia heran terkadang mereka memiliki sikap ke-absurdan tersendiri.
"Lebay anjeng!" teriak Arina lalu terkakak.
Astrella belaga seperti gadis ya yang tidak tau apa-apa. "Ihh Arina kasar ih bahasanya! Belajar dari mana coba?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sterne
Teen Fiction"Gue bakal lepasin lo, kalo itu emang yang terbaik." -Astrella. "Jangan gila! Lo udah terlanjur buat gue jatuh cinta, dan dengan gampangan lo nyuruh gue buat lepasin lo? Gue akan pernah mau!"- Algis Astrella menyukai Algis, tapi Algis tidak menyukai...