Tidak ada yang lebih menyakitkan.
Saat kamu berada diantara dua pilihan.
Maju atau mundur?
Jika kamu maju, maka kamu akan menyakiti orang yang kamu sayang.
Dan jika kamu mundur, maka hatimu yang akan tersakiti.
Entahlah.
Rasanya tidak ingin memilih, karena itu bukan sebuah pilihan.
Kamu dan dia.
Kalian sama-sama orang yang aku butuhkan,
Mungkin sekarang kamu sedang menyadari, jika aku mulai berjalan mundur.
Dan aku yang terlihat percaya diri, menganggap jika kamu sedang mencoba menahanku agar tidak pergi.
Sekarang.Mungkin aku akan tetap menjaga hati, memilih tidak egois.
Memaksa keadaan yang sebenarnya dari awal memang harus seperti ini.
[Ast. Mirakh]
Astrella menghapus jejak air mata di pipinya. Rasanya hal yang ia tulis itu benar-benar menyayat hatinya.
Algis dan Arina?
Seharusnya mereka bukan pilihan, tapi saat ini ia benar-benar harus memilih.
Melepaskan Algis pilihan yang tepat untuk memperbaiki suasana. Menghilangkan rasa bukan hal yang mudah, tapi semua ini semua kebaikan dan Astrella akan mencobanya.
"Rel!" tepukan di bahunya membuat Astrella tersentak dan menoleh, ia berdecak sebal saat mendapati Rescha memasang wajah tanpa dosanya.
"Gak usah sok ganteng gitu deh bang!" hardik Astrella menutup benda persegi itu.
"Emang gue ganteng kalee! Buktinya Arnetta mau sama gue," ucap Rescha menjulurkan lidahnya bermaksud menggoda Astrella.
Astrella tersenyum meremehkan ke arah Rescha. "Kalo gak gue yang ngomong mungkin Arnetta bakal nolak lo untuk yang kedua kalinya!"
Setelahnya Astrella terbahak sedangkan Rescha sudah memasang tampang kesalnya. Ia melempar bantal ke arah Astrella, namun gagal Astrella terlebih dulu mengelak dari serangan itu.
"Gak kena! Gak kena!" ejek Astrella memeletkan lidahnya lalu kembali terbahak.
Rescha rasanya ingin mencekik leher Astrella yang sudah membuatnya kesal, tapi ia ingat jika ia sangat menyayangi Astrella.
"Btw lo tadi ngapain? Buka laptop? Buat tugas? Tumben?" pertanyaan Rescha hanya di abaikan Astrella. Gadis itu justru turun dari ranjangnya menuju meja belajar untuk meletakkan laptopnya.
Rescha mengeram kesal. "Kacang mahal lo Rel!"
"Iyalah mahal! Kalo murah gue udah beli," sahut Astrella tanpa menoleh ke arah Rescha yang bersandar di kepala ranjangnya.
Tadinya Astrella berada di kamarnya sendirian semenjak pulang dari sekolah. Namun setelah kedatangan Rescha tentu saja hal itu menganggu ketenangannya. Kepalanya terasa pusing itulah sebabnya ia mengambil laptopnya dan mulai menulis sesuatu di blog-nya.
"Rel?" panggil Rescha membuat Astrella yang tengah sibuk menyisir rambutnya menoleh.
"Gimana sama pembicaraan Mama tadi?"
Ah iya, Astrella hampir saja lupa. Saat baru saja pulang ke rumah Mella memanggilnya untuk membicarakan sesuatu. Mella sudah mengetahui semua, termasuk permasalahan yang terjadi antara Astrella dan Arina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sterne
Teen Fiction"Gue bakal lepasin lo, kalo itu emang yang terbaik." -Astrella. "Jangan gila! Lo udah terlanjur buat gue jatuh cinta, dan dengan gampangan lo nyuruh gue buat lepasin lo? Gue akan pernah mau!"- Algis Astrella menyukai Algis, tapi Algis tidak menyukai...