[48] Adhara

8.2K 310 8
                                    

"Astrella? Gimana keadaan Alesha?"

Suara yang sangat Astrella kenali membuatnya menoleh, Algis berdiri khawatir di sampingnya.

"Arina lagi di tanganin oleh dokter kok," ucap Astrella pelan.

Berbeda dengan seseorang yang berada di sisi lain Astrella, pria itu menatap tajam Algis. Rasanya ingin sekali Rescha melayangkan satu pukulan ke wajah Algis.

Algis mengusap wajah frustasi, ia sangat tau apa penyakit Alesha. Sewaktu di Bandung pun Algis pernah berada di keadaan khwatir seperti ini, Alesha terlihat lemah dengan segala macam alat yang menempel di tubuhya.

Hemochromatosis.

Penyakit yang di derita oleh Arina saat ini. Hemochromatosis adalah penyakit hati yang memang agak jarang terdengar karena sifatnya yang disebabkan oleh faktor keturunan.

Orang yang mengidap penyakit ini akan terganggu metabolisme tubuhnya dan proses pengeluaran racun dalam tubuh akibat penumbukan besi dalam hati.

Penyakit ini bisa di sembuhkan tapi memerlukan waktu yang lama, di Jerman Arina sudah melakukan serangkaian pengobatan tapi nyatanya? Lagi, penyakit itu menyerangnya.

"Gue yakin Arina kuat kok. Ada lo yang selalu di dekatnya," ucapan Astrella membuat Algis tersentak. Ia menoleh ke arah Astrella yang sama sekali tidak menatapnya. Algis yakin Astrella mengatakan hal itu tanpa melihat ke arahnya.

Algis hanya diam, bingung harus menanggapi ucapan Astrella.

"Rel gue toilet bentar ya?" suara Rescha menginterupsi Astrella menoleh ke arahnya dan mengangguk.

Setelah kepergian Rescha, Astrella memilih untuk duduk di bangku tunggu tamu yang terletak di belakangnya. Melihat kepergian Astrella, Algis mengikutinya. Mengambil posisi duduk di sebelah Astrella.

"Rel?"

Astrella menoleh, "Iya?"

"Kenapa Arina bisa sampe kambuh lagi?" tanya Algis.

"Gue gak tau. Tiba-tiba Mama teriak nyuruh gue sama Rescha ke rumah sakit, gue lagi di kamar sama Rescha."

Algis terlihat sangat khawatir, ia takut akan hal-hal mengerikan yang ada di pikirannya saat ini. Namun Algis teringat satu hal, membuatnya ingin menanyakan sesuatu pada Astrella.

"Bukannya lo sekamar sama Alesha, Rel?"

Astrella cukup tersentak mendengar pertanyaan itu apalagi tatapan selidik yang Algis tunjukkan. Sebegitu dekatkah mereka sampai hal sekecil itu Arina harus menceritakannya pada Algis.

"Udah gak," jawab Astrella datar, ia enggan untuk menatap Algis.

Algis menghela napas kasar. Sudah bisa ia tebak hal itu pasti berhubungan dengan masalah kemarin.

Algis diam kali ini ia enggan untuk mengupas kembali perasaannya pada Astrella. Kesehatan Arina lebih lebih penting untuk ia pikirkan saat ini.

Hingga sekitar 15 menit baik Algis ataupun Astrella tidak mengeluarkan kata-kata lagi. Dan Rescha yang entah ke mana setelah pamit hanya ingin ke toilet. Sedangkan Mella dan Faisal yang masih setia berdiri di samping ruang ICU menunggu dokter akan keluar mengabarkan bahwa Arina baik-baik saja. Faisal dengan sabar menenangkan Mella, merangkul Mella yang terus menangis menyebutkan nama Arina.

Sampai pintu ICU terbuka, menampilkan dokter muda nan cantik itu. Astrella yang di ikuti oleh Algis pun ikut menghampiri Mella dan Faisal yang sudah berada di sana, siap menanyakan segala hal tentang keadaan Arina.

"Gimana keadaan Alesha, Kak?"

Namun suara seseorang lebih dulu menginterupsi membuat Astrella menatap Algis tidak percaya. Bagaimana mungkin ia memanggil dokter itu dengan sebutan 'kak'.

SterneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang