[7] Ganteng Sih, Tapi Dingin

10.8K 460 6
                                    

"Rel buruan udah siang ini, lo lama banget!” omel Rescha menatap tajam Asrella yang masih duduk santai di ruang makan sambil mengunyah roti yang sudah diolesi selai coklat.

“Sabar bang gue belom pakek sepatu, lo sih banguni gue nya jam segitu udah tau gue mandinya lama,” balas Astrella yang beranjak dari ruang makan untuk mencari sepatunya.

“Gue udah banguni lo jam 5 Rel, gue mana tau udah sholat lo tidur lagi dasar lo aja kebo!” belum sempat Astrella akan menjawab ucapan Rescha, Rescha sudah berjalan melangkah keluar rumah.

“Buruan! pakek sepatu di mobil aja kalo gue udah di mobil dan lo belom ada gue duluan!” teriak Rescha santai yang membuat Astrella membulatkan matanya lalu buru-buru berlari kecil mengejar Rescha yang menuju garasi dimana mobilnya berada karena Astrella bisa tidak akan pergi kesekolah jika Rescha meninggalkannya.

“Iyaaaaa tungguin banggg!” Teriaknya yang sudah berada di belakang Rescha dengan menenteng sepasang sepatu dikedua tangannya.

Setelah Astrella dan Rescha berada didalam mobil, mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju SMA Bina Bangsa yang bisa menempuh waktu 15 menit. Tidak ada obrolan sama sekali diantara mereka, Astrella sibuk dengan ponselnya dan Rescha fokus kejalan karena sedang mengemudi. Hingga akhirnya mereka memasuki gerbang yang bertuliskan SMA Bina Bangsa, mobil itu pun melaju menuju kearah parkiran setelah sesaat sebelumnya Rescha membunyikan klaksonnya untuk menyapa beberapa guru piket yang menegurnya.

Setelah mobilnya terparkir disana Rescha dan Astrella turun lalu, Astrella yang berniat untuk meninggalkan Rescha yang pasti akan mengantarkannya kedalam kelasnya ingin menghindar namun hal itu hanya sekedar niat Astrella semata karena Rescha dengan cekatan menarik lengan Astrella lalu merangkulnya.

Rescha menunjukkan senyum smirk-nya kearah Astrella yang terlihat kesal karena kelakuan Rescha yang selalu seperti ini jika di sekolah. Mereka berdua berjalan santai dengan tangan Rescha yang masih terus berada bahunya, hal itu membuat setiap pasang mata yang melihat itu menatap mereka, mulai dari tatapan kagum hingga tatapan benci.

Mereka berjalan melewati lapangan basket yang ramai, mulai dari gerombolan siswa yang bermain basket karena akan pelajaran olahraga untuk pemanasan, sekumpulan siswi yang sedang duduk-duduk di pinggir lapangan, mulai dari mereka yang bercerita, membaca, belajar dan sebagainya.
Namun saat ingin melangkah melewati koridor, Rescha menangkap sosok seseorang yang sedang duduk di pinggir lapangan tengah sibuk memegang buku dan sebuah pensil. Rescha pun berbelok untuh menghampirinya sedangkan Astrella hanya menatap Rescha bingung yang tidak langsung mengajaknya menuju kekelas. Astrella sudah sedikit memberontak ingin segera menuju kelas namun bukan Rescha namanya jika membiarkan Astrella lolos begitu saja.

“Woy!” panggil Rescha menepuk bahu seseorang yang ada di depannya, orang itu hanya menoleh lalu tersenyum simpul kearahnya, sedetik kemudian dia menoleh ke arah orang yang ada di samping Rescha lalu langsung memasang wajah datarnya kembali sedang Astrella yang masi masih sibuk ingin melepaskan tangan Rescha dari bahunya tidak memperhatikan siapa orang yang Rescha temui, jujur Astrella sekarang menjadi merasa risih karena Rescha terus saja merangkulnya walaupun Rescha adalah kakaknya namun tetap saja dia tidak suka semua orang memperhatikannya.

“Nanti sore kita latihan sepulang sekolah ya,” ujar Rescha yang berbicara kepada orang di depannya dengan tersenyum, dan orang yang diajak berbicara hanya mengangguk mengiyakan.

Astrella masih sibuk ingin melepaskan rangkulan Rescha di bahunya tanpa sedikitpun menoleh untuk melihat siapa orang itu. Astrella hanya berfikir jika Rescha mengajak orang itu untuk latihan basket sudah dipastikan orang yang diajak Rescha berbicara adalah anggota tim basketnya.

“Ohiya kenalin ini Astrella pa—“ ucapan Rescha terpotong saat tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya.

“Lo apaan sih Rel!” Rescha memandang tajam kearah Astrella yang membekap mulutnya dan memasang wajah seolah menunjukkan ‘please jangan sekarang’ dan hal itu membuat Rescha menautkan alisnya bingung.

SterneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang