[54] Akan Pergi

9.9K 356 7
                                    

“Rel lo yakin mau pergi ke USA?”

Dengan perasaan sedikit ragu Astrella menggangguk. “Ini keputusan terakhir gue bang,”

“Jangan nyakitin hati lo sendiri Rel, dengan kayak gini lo bakal nyiksa diri sendiri,” ucap Rescha, sesungguhnya dirinya yang paling tidak mau Astrella pergi, Rescha tidak akan pernah rela Astrella pergi, apalagi hanya karena untuk menjah dari Algis.

“Jangan buat gue semakin susah ninggalin Indonesia bang. Lo dan Mama adalah alasan gue ngundurin hari keberangkatan gue ke USA. Lo yang paling tau hat gue gimana banga, dan dengan cara ini semuanya akan baik-baik aja. Gue sayang banget sama lo bang.” Rescha tau, Astrella juga sebenarnya tidak ingin pergi. Tapi hanya demi Arina yang tidak tau diri Astrella melakukan ini semua.

“Rel Indonesia-USA itu jauh, lo tau selama ini lo itu selalu sama gue. Lo yakin bisa sendiri di sana?”

Astrella kembali memantapkan keputusannya, ia tidak boleh membiarkan hatinya yang menguasai pikirannya.

“Iya bang, Astrella yakin.”

“Yaudah kalo itu keputusan lo, gue bakal dukung semuanya. Tapi saat ini ge masih berharap lo gak pindah ke sana Rel. Mama Papa butuh Lo.”

Astrella tersenyum getir. “Masih ada lo dan Arina, bang. Tanpa gue, kalian pasti bisa jagain Mama dan Papa.”

Rescha menghela napas kasar, sekeras apapun ia akan melarang Astrella untuk pergi. Astrella tetap pada pendiriannya.

“Jam berapa lo berangkat?” Tanya Rescha, saat melihat Astrella sudah siap dengan koper bawaanya, sepertinya Astrella akan lama pergi meningglkan Indonesia, terlihat dari koper yang akan ia bawa.

“Jam 4 sih, tapi berangkat ke Bandaranya sekarang aja. Takut macet, tau sendiri Jakarta. Sayang di uang tiketnya.”

“Biarin aja, yang penting lo gak jadi berangkat.” Astrella mencebik mendengar ucapan Rescha.

“Jangan gitu dong bang, kasian papa uangnya ilang cuma-cuma kalo gitu.”

“Bodo amat!” balas Rescha.

“Yaudah gue minta anter supir aja kalo lo gak mau anteri gue.”

Rescha menghela napas kasar. “Lo tunggu di bawah, gue ambil jaket dulu. Mama Papa mau ikut juga ke Bandara,” ucap Rescha lalu mendapat anggukan dari Astrella.

Setelahnya Rescha keluar dari kamar Astrella menuju kamarnya. Dan Astrella berdiri di depan kaca melihat dirinya di sana yang sudah sangat siap untuk pergi.

Hari ini, hari terakhirnya di kamar ini. Ia tidak tau sampai akan harus meninggalkan Indonesia, namun sepertinya akan sangat lama.

Ia menghampiri kopernya, menggeretnya keluar kamarnya. Sejenak ia berhenti, memutar tubuhnya untuk melihat pintu kamarnya. Biasanya kamar adalah tempat ternyamannya, namun akan segera ia tinggalkan.

“Selamat tinggal, gue gak tau kapan akan kembali ke sini,” gumamnya, lalu setetes air mata turun ke pipinya.

Ia memejamkan matanya sejenak, melupakan semua kesedihannya sejenak. Setelahnya aka nada kebahagian untuknya dan juga Algis.

“Ella beneran udah siap untuk ninggalin Indonesia dan semuanya?” Tanya Mella saat mendapati Astrella sudah siap dengan segala barang-barangannya.

Astrella mengangguk. “Iya Ma Astrella siap kok.”

Sedangkan Faisal, ketika iya melihat Astrella pria paruh baya itu langsung memeluk anak bungsunya itu. Walaupun iya tau, Astrella dan dirinya tidak terlalu dekat. Tapi walau bagaimana pun ia sangat menyayangi Astrella. Ia juga tidak menginginkan Astrella pergi, namun sepertinya keputusan Astrella sudah bulat. Ia hanya menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

SterneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang