[52] Luapan Emosi Arina

9K 353 9
                                    

"Awwww. Sakit Rin," desis Astrella saat ia merasakan sakit di pergelengan tangannya, Arina terlalu erat mencekalnya.

"Ini gak lebih sakit dari apa yang gue rasain selama ini Rel!"

Astrella tak henti-hentinya meringis, Arina semakin jadi mencekal pergelangan tangannya. Mungkin sekarang pergelangan tangannya terlihat memerah karena ulah Arina.

"Rin plis, lepasin ini sakit banget." Astrella memohon pada Arina, hal itulah yang hanya bisa ia lakukan sekarang.

"GAK! GUE GAK AKAN LEPASIN!" bentak Arina menatap nyalang Astrella.

"Lo belum puas Rel? Mau lo apa sih? Jangan pikir gue gak tau ya, lo mau apa deket-deket Algis lagi?" tanya Arina, ia semakin menjadi. Wajahnya memerah karena menahan emosi.

"Awww. G-gue gak deke-tin Algis, Rin."

Arina berdecih mendengar jawaban Astrella, lalu ia menyeringai menatap rendah Astrella.

"Ohh lo merasa bener-bener sok cantik ya? Jadi maksud lo Algis yang deketin lo? Dasar murahan!"

Astrella tersentak mendengar ucapan Arina yang mengatainya murahan. Hatinya benar-benar merasa sakit saat kata itu yang keluar dari mulut Arina. Astrella menitikan air matanya, tidak ada yang lebih sakit dari ini.

Saudaranya sendiri menatap dirinya penuh kebencian dan kemarahan, walaupun ia tau Arina bukan saudara kandungnya tapi Astrella tetap menganggap Arina saudaranya.

"Kenapa lo nangis? Gak suka gue katain murahan? Terus gue harus sebut apa cewek-cewek kayak lo gini? Deketin cowok yang udah punya pacar, dan pacarnya itu saudara lo Rel!" teriak Arina kesal menambah kesakitan pada hati Astrella.

Sebenci itukah Arina padanya?

Pertanyaan itu yang selalu terngiang-ngiang dipikirannya.

"Lo salah paham Rin," ucap Astrella yang kini menangis sambil mengusap pergelangan tangannya. Karena saat Arina menyebut dirinya murahan, Arina sudah melepaskan cekalannya dengan menghempaskan pergelangannya.

"Salah paham apa Rel? Gue gak mungkin salah liat! Algis ngelus-ngelus kepala lo itu maksudnya apa? Masih mau ngelak lo!"

Astrella terdiam. Memang benar apa yang dikatakan oleh Arina, Algis mengusap kepalanya. Tapi Arina tidak melihat dengan jelas kejadiannya. Algis mengusap kepalanya untuk membersihkan kotoran bekas debu-debu saat ia dan Algis dihukum karena adu mulut yang tak henti-hentinya di jam pelajaran.

"Bukan gitu Rin, lo gak tau yang sebenernya. Gue gak ada apa-apa sama Algis, dan gue gak deketin Algis!" kali ini Astrella mulai menjawab ucapan Arina, baginya sudah cukup Arina selalu menuduh dan menyalahkannya.

"Alah bullshit Rel! Algis gak bakal ngedeketin lo kalo bukan lo yang kegatelan sama dia!" Astrella kembali menjatuhkan air matanya, sungguh ia tidak pernah menyangka orang yang sangat ia sayang dan selalu ia percaya bisa sejahat ini. Kata-katanya membuat Astrella benar-benar bungkam, bungkam bukan karena semua yang dikatakan Arina benar. Tapi bungkam karena semuanya terlalu sulit ia percaya, berapa banyak lagi Arina akan mencaci-makinya.

"Kenapa diem? Omongan gue bener kan?" Arina menyeringai meremehkan bahwa apa yang dikatakannya itu benar. Sedangkan Astrella? Ia hanya diam sambil menggelengkan kepalanya. Bagaimana bisa, saudaranya yang sudah tau dirinya lebih dari siapa pun bisa mengatakan hal yang merendahkan dirinya.

"ENGGAK!" teriak Astrella sekuat tenaga, ia menyangga apa yang dituduhkan Arina padanya.

"Gue gak kayak gitu Rin! Seharusnya lo tau gimana gue! Tapi sekarang? Lo bersikap gak tau apa-apa tentang gue. Lo itu kakak gue Rin! Gue gak akan pernah ngerebut apa yang udah jadi milik lo! Gue sadar diri!"

Terlihat bukan? Di sini Astrella seperti orang yang di salahkan dalam semuanya. Dia akui dia memang dulu menyukai Algis tapi jika Arina tidak mendukungnya mungkin sekarang Astrella sudah lama menjauh dari Algis.

Dulu Arina seakan terus menyemangatinya agar tetap kuat menerima perlakuan Algis yang dingin dan ketus padanya. Ia malah pernah bicara pada Arina untuk mundur dan menghilangkan perasaannya pada Algis. Tapi Arina? Ia terus mengatakan agar tetap bertahan pada rasanya. Dan sekarang? Seolah Astrella yang disalahkan.

PROK... PROK... PROK...

Arina bertepuk tangan tepat di depan wajah Astrella. Kemudian ia menyeringai dan menatap tajam Astrella yang menatapnya sendu.

"Jadi intinya lo mau bilang kalo ini salah gue? IYA REL!" Astrella tersentak mendengar teriakan Arina, saat ini Arina benar-benar terlihat menakutkan di hadapan Astrella.

"Gue benci lo Rel! Sampai kapan pun gue sangat benci sama lo! Gue gak pernah anggap lo adik gue lagi, saat lo bilang suka sama Algis!"

Astrella menangis tersedu-sedu.

"Rin seandainya dulu lo bilang kalo Algis itu pacar lo, ini semua gak akan pernah terjadi. Gue gak mau lo benci gue karena masalah ini," ucap Astrella menatap Arina dengan tatapan memohonnya.

"Gimana caranya biar lo gak benci gue lagi? Ngelepasin Algis? Hal itu udah lama gue lakuin Rin. Atau dengan menjauh dari Algis selamanya? Gue akan lakuin semuanya Rin, asal lo gak benci sama gue. Gue rela kalo harus pindah sekolah bahkan kota biar gak ketemu sama Algis. Tapi gue mohon jangan benci gue, ini lebih menyakitkan dari apapun."

Arina sempat tersentak mendengar penuturan dari Astrella. Sebegitu jahatkah dia? Tapi ia seolah tidak peduli. Baginya Algis yang terpenting, sekali pun orang tuanya yang meminta Arina menjauh dari Algis, ia takkan menurutinya. Siapun itu akan ia buat hancur jika sudah menyangkut Algis.

"Bagus! Kalo bisa lo minta mama sama papa pindahin lo ke Luar Negeri! Biar gak ada lagi penganggu di hubungan gue!"

Astrella memejamkan matanya sejenak. Apakah ia sejahat itu? Sekarang ia tau, Cinta bisa membuat seseorang menjadi bodoh dan hilang kendali. Sekalipun itu keluarga, orang yang jatuh cinta lebih mementingkan rasanya.

Gue bakal lakuin apapun Rin, demi lo. Demi hubungan saudara kita, gue rela ngelapasin orang yang cinta demi lo. Gue gak mau egois dengan tetap memepertahankan Algis tapi buat lo sedih. Batin Astrella.

Ia sudah memikirkan semuanya, keputusan yang akan ia ambil selanjutnya. Jika dengan menjauh dari Algis itu membuat Arina senang ia akan melakukannya.

"Lo pikirin baik-baik apa yang gue omongin Rel! Gue gak pernah main-main. Jauhin Algis atau gue bakal nyakitin lo dengan cara yang gak terduga!" Astrella kembali diam. Rasanya kali ini otaknya sudah tidak mampu untuk berfikir.

Ia terduduk di lantai, tubuhnya terasa lemas, kepalanya pusing dan air mata tak henti-hentinya turun membasahi pipinya.

Hingga Arina meninggalkan Astrella di tempatnya, ia berjalan seolah tidak terjadi apapun meninggalkan kamar Astrella.

Dan tanpa keduanya sadari, Rescha ada di sana. Mendengar semua makian Arina pada Astrella. Rescha marah atas perlakuan Arina pada Astrella. Ia mengepalkan tangannya kuat menahan kemarahan yang sudah siap ia luapkan.

Kembali, Rescha masuk ke dalam kamar Astrella setelah kepergian Arina. Ia langsung memeluk Astrella,biarkan gadis itu menangis sepuasnya di pelukannya.









***

Tonettttttt.....

Lagi mau apdet aja mumpung ada pikiran wkwk.

Aku berterima kasih banget. Sebenarnya aku apdet karena, mau bilang makasih karena udah mau baca cerita aku. Dan makasih untuk 1k readernya.

Next? Komen.

Salam manjha dari pacarnya Bryce Hall:))

SterneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang