6. Welcome to The Jungle

24.1K 1.8K 35
                                    

Author's POV

Bagas dengan sigap menangkap tubuh Sia yang terkulai lemas dan menggendongnya menuju sofa.

"Dasar Tarzan ! Sok - sok an mau ngganti spion, tau harganya aja langsung pingsan. Kamu kira spion saya itu harganya cuma 50 ribu?" Bagas mengomeli Sia yang masih pingsan.

"Nih cewek harus dikasih pelajaran biar nggak sok lagi. Dia harus tau gimana akibatnya kalau berurusan dengan Raditya Bagaskara." Bagas tersenyum licik dan menggendong Sia menuju mobilnya. Puluhan mata memperhatikan tindakannya. Tapi Bagas sama sekali tidak peduli dengan mereka. Begitu sampai di depan mobilnya, darahnya terasa mendidih melihat spion mobilnya telah copot.

"Welcome to the jungle My Sweet Tarzan" Kata Bagas penuh amarah sambil mendudukkan Sia di kursi penumpang.

Bagas segera melajukan mobilnya menuju tempat favoritnya. Dia tidak tahu kenapa dia malah ingin membawa Sia ke tempat itu. Pria berjambang tipis - tipis itu mengendarai mobilnya seperti orang kesetanan. Begitu sampai, Bagas keluar dan merentangkan tangannya agar dapat merasakan hembusan angin laut.

 Begitu sampai, Bagas keluar dan merentangkan tangannya agar dapat merasakan hembusan angin laut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yah, pantai adalah tempat favoritnya. Tempat yang selalu menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya. Ketika dia berhasil masuk ke perguruan tinggi, ketika Bagas jatuh cinta untuk pertama kalinya, ketika dia menyatakan cinta pada gadis pujaannya, bahkan ketika dia menangis karena kehilangan gadisnya, pantai inilah yang menjadi saksi bisu.

"Apa kabar Sayang? Maaf aku lama tidak mengunjungimu. Hari ini aku tidak sendiri. Aku datang bersama gadis menyebalkan." Bagas mulai melakukan kebiasaannya ketika di pantai. Berbicara pada ombak dan angin seolah dia sedang berbicara dengan gadis pujaannya.

Kalau orang - orang memilih datang ke makam untuk mengunjungi orang tersayang mereka yang telah meninggal, maka tidak dengan Bagas. Pria itu bahkan tidak pernah sekalipun datang ke makam kekasihnya. Bagas lebih memilih pantai, karena hanya di sinilah dia merasa bisa mendengarkan suara semu dari Nina, kekasihnya dan karena ombaklah yang bisa menghapus air matanya. Dia cukup menenggelamkan diri dan menangis di dalam ombak, maka tidak akan pernah ada orang yang tahu kesedihannya.

 Dia cukup menenggelamkan diri dan menangis di dalam ombak, maka tidak akan pernah ada orang yang tahu kesedihannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kapan Nikah ? (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang