33. Pertunangan (2)

13.2K 1.2K 37
                                    

Updateee !!!

Hai hai hai

Selamat siang semuanya !

Makasih untuk semua dukungannya.

Happy Reading !!!

-------------------

Author's POV

"Eh Tarzan !" Panggil Bagas sambil masih fokus pada kemudinya.

"Apa Pak?" Tanya Sia.

"Nggak jadi." Kata Bagas dengan wajah meragu.

"Loh gimana sih Pak?" Protes Sia.

"Emmmmmm,,,, emmm." Gumam Bagas.

"Bapak mau ngajakin saya acapella kok am em terus?" Tanya Sia.

"Bukaaannn !!!" Kata Bagas.

"Terus apa dong Pak? Jangan ditahan loh, bisa-bisa jadi bisul nanti." Kata Sia.

"Saya mau tanya." Kata Bagas ragu-ragu.

"Saya jawab." Kata Sia sambil tersenyum.

"Tadi waktu kamu nyium saya, gimana rasanya?" Tanya Bagas.

"Rasanya? Nggak tau Pak, kan saya nyium bukan njilat, mana saya tau rasanya?" Tanya Sia balik sambil mengangkat kedua bahunya.

"Kayaknya kebodohan kamu itu memang bawaan lahir ya? Maksud saya bukan rasa yang itu, tapi PERASAAN !" Kata Bagas geram.

"Pertanyaannya yang jelas dan cerdas dong Pak ! Kalau kayak tadi kan kesannya saya bloon." Kata Sia membela diri.

"Itu bukan kesan lagi, tapi faktaaaa !!! Udah cepetan jawab !" Paksa Bagas.

"Iya iya iya ! Perasaan saya, emmm kayak ada yang gelitikin perut saya." Kata Sia sambil memegang perutnya.

"Hahhh? Kamu belum makan mungkin, makanya cacing-cacing di perut kamu menggelitik." Ejek Bagas.

"Enak aja ! Soal makan saya nggak pernah telat Pak !" Kata Sia membela diri.

"Terus siapa yang gelitikin perut kamu?" Tanya Bagas.

"Nggak tau Pak. Kenapa Bapak tanya-tanya soal perasaan saya? Emang perasaan saya penting buat Bapak?" Tanya Sia.

"Yaaa, nggak sih." Kata Bagas bohong.

"Lha terus buat apa ditanyain?" Tanya Sia.

"Ya biar kamu belajar mikir aja, masak otak kamu dianggurin. Tuh lihat banyak sarang laba-labanya !" Kata Bagas sambil menunjuk kepala Sia.

"Ini bukan sarang laba-laba Pak, tapi sarang burung walet !" Kata Sia sambil nyengir.

Mereka berdua tertawa bersama. Tawa yang dipaksakan untuk menghentikan pertikaian.

"Emmm, kalau perasaan Bapak gimana waktu saya cium tadi?" Tanya Sia penasaran.

"S--ss--saya?" Tanya Bagas balik.

"Iya, gimana perasaan Bapak?" Tanya Sia lagi.

"Ya biasa aja lah !!! Yang kayak gitu mah nggak pengaruh buat saya !" Kata Bagas berusaha se-cool mungkin.

"Ow gitu ya Pak?" Tanya Sia dengan nada lemah.

"I-i-iyalah !!!!" Kata Bagas bohong.

"Padahal waktu Bapak nyium saya, rasanya jantung mau meledak, sesak napas, ternyata Bapak biasa aja kalau saya cium. Apa aku yang terlalu receh?" Tanya batin Sia.

"Kamu ngelamun?" Tanya Bagas.

"Nggak Pak." Jawab Sia sambil tersenyum canggung.

Setelah mendaki gunung dan melewati lembah, akhirnya mereka berdua akhirnya tiba di sebuah butik.

Kapan Nikah ? (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang