Kapan Nikah ? (!)

12. Pantai

Sia's POV

"Ya Tuhanku!!! Tolong!!!!! Berhentiiiii!!!!" Aku berteriak sambil memcengkeram sabuk pengaman.

------------------

Flashback

"Hahahahahaahaha." Aku masih tertawa dan iblis itu masih menatapku tajam.

Pelan-pelan tawaku hilang dan menjadi tangisan serta permohonan.

"Huuuaaaa, ampun Pak, ampun!!" Aku menangis sambil menyatukan telapak tanganku di depan wajahku seperti layaknya orang meminta ampunan.

Dia masih terdiam. Aku memberanikan diri untuk menatapnya. Dan seperti yang sudah kuduga dia menampakkan ekspresi iblisnya.

"Ikut saya." Katanya santai

"BAIK PAKKK!!!" Jawabku tak santai.

"Santai saja, jangan terlalu bersemangat." Katanya sambil menepuk pundakku.

Tubuhku rasanya seperti tersengat listrik.

Nggak nggak, ini pasti lebih buruk dari dugaanku.

Ketika dia bersikap santai seperti itu pasti apa yang akan dia lakukan padaku---------

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan mengikuti langkah kakinya.

Kami memasuki lift.

Kami sama-sama terdiam.

Kulihat dia memencet tombol menuju parkiran mobil.

Haaahhh !!!!!!!!

Apa dia akan menabrakku seperti yang pernah aku mimpikan dulu?

Tidak-tidak, menabrak adalah kata yang terlalu sopan untuknya.

Kurasa 'menggiling' adalah kata yang lebih tepat.

Aku merinding membayangkan hal yang akan dia lakukan padaku.

Kwaaakkk kwaakkkk kwaakkkk

Aku bisa mendengar suara burung gagak di dalam lift ini. Rasanya sebentar lagi akan ada orang yang mati.

Aku menatap iblis itu lewat pantulan dinding lift yang mengkilat.

Tiba-tiba kulihat dua tanduk muncul di kepalanya.

Aku memejamkan mata.

Kubuka lagi mataku.

Tanduk itu menghilang dari kepalanya.

Hufftttt, ternyata hanya halusinasiku saja.

Pintu lift terbuka. Aku segera mengikuti langkah kakinya yang super lebar itu. Mungkin satu langkahnya sama dengan 3 langkah kakiku yang mungil.

Dia berhenti mendadak sehingga membuatku menubruknya.

"Mmmm,,,maaf Pak." Kataku

Dia tidak menjawab.