47. Kejutan (1)

12.6K 935 39
                                    

Updateeee !!!

Double Up yeyeyeye 😆😆😆

Semoga kalian makin sayang sama cerita ini 😘

Happy Reading !!!

-------------------

Sia's POV

"Sepi banget kayak di kuburan." Kataku untuk mencairkan suasana di dalam lift.

Dia masih terdiam dengan dahi berkerut.

Tiba-tiba sebuah senyuman terukir di bibirnya.

"Mana mungkin di kuburan ada Tarzan ?" Tanyanya dengan wajah menyebalkan.

"Paling tidak ada iblis sebagai perwakilan dari dunia gaib." Jawabku asal.

"Bisa tidak kita akur?" Tanyanya.

"Bisa." Jawabku.

"Kalau begitu jangan mulai mengajak saya berdebat." Katanya.

"Siapa yang mulai? Bukannya Bapak?" Tanyaku.

"Enak saja. Saya itu pria kalem dan berwibawa. Tidak mungkin saya yang mulai pertengkaran duluan." Katanya sambil memasukkan kedua tangannya ke saku celana.

Sok cool !!!

"Kalem? Berwibawa? Mungkin itu waktu Bapak di dunia iblis. Di sana mungkin Bapak disegani karena kekejaman dan kebiadaban Bapak." Kataku enteng.

Dia menggeram kesal mendengar perkataanku.

Ting !

Pintu lift terbuka.

"Tidak ada gunanya saya berbicara dengan penghuni hutan rimba yang kerjaannya cuma bergelantungan di dahan pohon." Katanya di telingaku lalu dia berjalan dengan angkuh ke ruangannya.

Aku menghentakkan kaki ke lantai dan keluar dari lift dengan wajah penuh emosi.

Bisa-bisanya dia berbicara begitu kasar kepadaku setelah tadi dia memaksaku menerima lamarannya !!!

Dasar Iblis Tua !!!

Nggak berperikemanusiaan !!!!!

"Menyebalkan !" Kataku sambil menggebrak meja.

Kulempar tasku asal ke meja.

Kriiing kriiiing kriiiing

"Halo" Sapaku berusaha sopan meski hatiku rasanya geram.

"Ke ruangan saya." Kata suara di seberang.

Tut tut tut

Braakkkk

Aku menutup telpon dengan kasar.

"Awas kau iblis tua ! Akan aku balas." Kataku geram.

Aku segera berjalan menuju ruangan orang yang barusan menelpon.

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu.

"Masuk." Perintah si pemilik ruangan.

Aku berjalan mendekat dan berhenti tepat di depan mejanya.

"Duduk." Perintahnya tanpa menatapku.

Sabar sabar.

Ini di kantor dan dia atasanku.

Aku harus professional !

Kataku untuk menguatkan diriku sendiri.

"Ada yang bisa saya bantu Pak?" Tanyaku.

"Buatkan saya kopi." Perintahnya sambil masih fokus pada laptop.

Kapan Nikah ? (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang