5. Adil (?)

25.2K 1.9K 48
                                    

"Loh kok gelap, ini di mana? Tolong !!!! Tolong !!! Duh serem banget sih, siapapun tolong gue !!!" Sia tidak mampu melihat apapun. Tempat itu begitu gelap dan hening. Samar - samar Sia mendengar suara langkah kaki. Tiba - tiba lampu menyala di satu titik dan menampakkan sesosok pria.

"P..Pak Bagas. Saya ada di mana Pak?" Tanya Sia penuh rasa takut.

"Di tempat yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhirmu sekretarisku yang paling cantik." Jawab Bagas sambil menyeringai.

"Mmm...ma.. maksud Bapak apa?" Tanya Sia kembali tapi kali ini dia pura - pura tersenyum meskipun wajahnya sudah pucat.

"Kamu akan segera tahu." Bagas lalu berjalan entah ke mana, Sia tidak bisa melihat karena ruangan itu sangat gelap. Tiba - tiba sebuah cahaya yang sangat menyilaukan tepat berada di depan Sia. Sia menutup mulutnya dengan kedua tangan saat menyadari bahwa cahaya itu berasal sebuah mobil yang hilang 1 spionnya.

Suara deru mobil mulai terdengar memenuhi ruangan. Sia hanya bisa terdiam, masih bingung dengan semua keadaan yang dia alami. Mobil itu mulai bergerak mendekat.

"Stop !!!! Stop !!!! Maaf Pak Bagas, ampun Pak !!!" Sia menangis histeris sambil berlari.

"Lari sana kalau bisa, dasar gadis liar !!! Hahahhaha" Bagas tertawa melihat Sia berlari.

Sia mulai kelelahan, langkah kakinya menjadi semakin lambat dan sempoyongan. Akhirnya dia ambruk ketika suara klakson mobil dibunyikan oleh Bagas.

"Saya mohon Pak, jangan bunuh saya, saya akan ganti spion mobil Bapak." Sia berlutut memohon ampunan dari bosnya sambil menangis.

"Mengganti spion saya? Kamu kira kamu mampu haahh? Bahkan nyawa kamu saja tidak akan cukup untuk menggantinya. Tidak ada ampunan untuk orang tidak tahu diri seperti kamu." Bagas menginjak gasnya kembali tanpa memperdulikan permohonan ampun dari Sia. Mobil Bagas semakin mendekat hingga tinggal 10cm jarak antara Sia dan mobil itu.

"Tidak... tidak.... Tidaaakkkk !!!!!" Sia menjerit dengan nafas yang terengah - engah, keringat dingin yang membasahi kening gadis itu.

Ketika mata Sia terbuka baru dia menyadari bahwa dia tadi mimpi buruk.

-----------

Sia's POV

"Hufftttt, ternyata cuma mimpi. Gue bener - bener lega ternyata gue cuma mimpi ketemu iblis. Tapi kok iblisnya mirip Pak Bagas ya? Terus gue juga panggil iblis itu Pak Bagas lagi. Bodo amat ah, yang penting gue masih hidup. Tapi kok kasur gue mendadak jadi keras ya?" Gumamku sendiri. Aku mulai bangun dan melihat sekeliling. Baru kusadari bahwa aku masih di ruangan yang sama, lebih tepatnya di tempat yang sama dengan terakhir kali aku berdiri.

"Wait wait wait, ini di ruangan Pak Bagas? Apa tadi gue pingsan? Dan nggak ditolongin?" Aku merasa marah dengan perlakuan si bos baru. Tapi aku kemudian teringat hal bodoh yang sudah aku lakukan pada Pak Bagas.

"Lo bego banget sih Ya, lo lupa sama yang udah lo lakuin ke mobil bos lo? Sadar Ya, sadar. Lo yang udah jadiin Pak Bagas iblis. Lo udah membuat bos lo marah di hari pertama dia menginjakkan kaki di sini sekaligus lo kehilangan kesempatan buat diajak ke KUA." Aku merutuki kebodohanku.

Aku mulai menyisirkan pandanganku melalui celah sofa berwarna putih untuk mencari keberadaan iblis ganteng itu. Ternyata dia sedang memandang laptopnya dengan serius.

"Gue harus pura - pura pingsan sampai Pak Bagas keluar dari ruangan ini. Setelah Pak Bagas keluar, gue harus meninggalkan ruangan ini secepatnya dan ke ruangan HRD untuk mengajukan resign. Rencana yang bagus Javanesia Atmaja." Aku tidak bisa mengendalikan otak kriminalku.

Kapan Nikah ? (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang