40. Kencan (End)

12.8K 1.1K 56
                                        

Updateeee !!!!

Hai hai jumpa lagi !!!!

Nulis bab ini rasanya kayak naik roller coaster.

Rasanya campur aduk.

Sedih, nyesek, deg-degan, terharu, malu sampai gemesssshhh semua jadi satu.

Semoga kalian yang baca juga bisa merasakannya ya?

Happy Readiiing !!!

-----------------

Author's POV

Sia mulai menceritakan kisah hidupnya.

"Saya adalah anak tunggal. Ayah dan bunda sangat menyayangi saya, tapi mereka tidak pernah memperlakukan saya dengan manja. Saya diberikan kebebasan untuk melakukan segala aktivitas layaknya remaja pada umumnya." Sia menghentikan kata-katanya lalu memegang dadanya yang terasa sakit.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Bagas.

Sia mengangguk dan membuka suara kembali.

"Setiap hari ayah dan bunda selalu memberikan kasih sayang yang berlimpah. Tidak sekalipun mereka pernah membentak saya. Mereka berbicara layaknya seorang sahabat. Bagi saya, tidak ada yang lebih berharga di dunia ini kecuali mereka berdua."

Setetes air mata jatuh di pipi Sia.

Gadis itu berusaha untuk menguatkan hatinya.

Sia tidak ingin menjadi wanita yang cengeng.

"Tapi harta paling berharga dalam hidup saya telah meninggalkan saya untuk selamanya." Kata Sia.

"Boleh saya tanya satu hal?" Tanya Bagas.

"Apa Pak?" Tanya Sia.

"Apa yang menjadi penyebab meninggalnya kedua orang tua kamu?" Tanya Bagas.

"Kecelakaan Pak." Jawab Sia sambil tersenyum getir.

"Kecelakaan?" Tanya Bagas.

Sia mengangguk.

"Kapan itu terjadi?" Tanya Bagas.

"Hampir empat tahun yang lalu, saat saya masih kuliah semester lima. Itu menjadi hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah saya lupakan dalam hidup saya." Kata gadis itu sambil memegang dadanya yang sakit kembali.

"U---uulang tahun?" Tanya Bagas dengan wajah yang pucat.

"Iya Pak. Hari itu adalah hari ulang tahun saya. Ayah dan bunda ingin memberikan saya kejutan. Mereka pergi ke toko kue untuk membeli kue kesukaan saya, strawberry cheese cake. Ketika mobil mereka baru keluar dari area parkir toko kue, tiba-tiba sebuah mobil menabrak mereka." Sia menangis mengingat kue ulang tahunnya yang ditemukan di dalam mobil ayahnya.

"Mereka mengorbankan nyawanya hanya untuk sebuah kue ulang tahun anaknya. Saya harus mati-matian meniup lilin di depan makam ayah dan bunda agar mereka tahu bahwa saya telah menerima kue ulang tahun dari mereka, meskipun kue itu sudah hancur, sama seperti hati saya. Ahhh, hati saya sakit mengingat ini semua Pak !" Sia memukul dadanya dengan keras.

"Hei jangan memukul diri kamu seperti itu !" Kata Bagas sambil menggenggam tangan Sia agar gadis itu tidak memukul dadanya lagi.

"Mereka pergi sebelum saya mampu memenuhi dua keinginan mereka." Sia mulai terisak kembali.

"Apa keinginan mereka?" Tanya Bagas.

"Keinginan yang pertama, mereka ingin memiliki sebuah rumah minimalis berwarna putih. Kami berasal dari keluarga sederhana Pak. Rumah yang kami tinggali adalah rumah peninggalan ibu dari ayah saya. Itulah kenapa saya lebih memilih untuk menyetujui kontrak konyol dengan Bapak daripada harus mengurangi tabungan yang sudah saya kumpulkan dengan susah payah. Tabungan itu akan saya gunakan untuk membangun rumah impian ayah dan bunda." Kata gadis itu sambil menatap Bagas dengan air mata yang terus mengalir deras.

Kapan Nikah ? (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang