Kapan Nikah ? (!)

17. Calon Menantu

Updateeeee !!!

Happy Reading !!!!!!!!!

Semoga bahagia baca ceritaku ini 😚😚😚

Sorry banget karena telat update.

Makasih buat yang udah setia baca, vote dan comment.

Dukungan dari kalian semua adalah suplemen bagiku untuk terus berkarya.

-----------------------

Sia's POV

Oh My God !

Posisi ini !!!!!!!

Adegan ini !!!!!!!!!

Ada kamera nggak sih di sini?

Ini adalah moment berharga yang harus diabadikan !!!!

.
.
.

Stop stop stop mikir ini adegan romantis !!!

Ingat Sia, kalau sama orang ini semua adegan adalah HOROR !

Kecuali sama Aa' Bayu tercinta.

Lagian nih orang kenapa menatapku terus sih?

Aku kan jadi terpaksa membalas tatapannya.

TERPAKSA loh ya !!!

Kring kring kriiiiinggggg

HP nya berbunyi dengan nyaring.

Tanpa aba-aba dia melepaskan pegangannya dari pinggangku sehingga membuat tubuhku terbanting ke lantai.

Buuukkkkkkkkkkkk !!!!!

Ganti tubuhku yang berbunyi nyaring ketika bertubrukan dengan lantai ruangan iblis ini.

"Woyyyy Pak, ini orang bukan karung berassss !!! Main lempar-lempar aja !!!" Aku berteriak sekeras-kerasnya.

"Ow, kamu orang? Baru tahu saya." Katanya tanpa dosa.

Lalu tanpa meminta maaf apalagi menolongku bangun, iblis kejam laknat dan jahanam itu mengangkat telpon yang dari tadi berbunyi.

"Dasar manusia keji !!" Kataku sambil bangun.

Ingin rasanya kulempar sepatuku ke mukanya yang menyebalkan itu.

Tapi aku harus bisa mengendalikan emosi.

Kututup kedua mataku.

Kubayangkan hal yang membuatku bahagia.

1

2

3

4

5

Berhasil !

Kubuka lagi kedua mataku.

"Iya ma, di mana?"

"10 menit Bagas nyampek situ."

Kata iblis itu dengan nada rendah, sopan, dan lembut.

Aku mual mendengarnya.

"Cih, tumben ngomongnya nggak pakek otot !" Ejekku padanya ketika iblis itu sudah menutup telpon.

"Masalah buat kamu?" Tanyanya dengan nada super menyebalkan.

"Nggak !!!" Jawabku singkat sambil bersedekap.

"Baru juga semenit yang lalu kamu sok-sokan pose yoga, sok sabar, sok tenang, tapi tetap saja kamu itu tarzan kecil yang liarrrr !!!" Hinanya tepat di depan mukaku.

"Biasa aja dong Pak kalau ngomong, nggak usah pakek kuah !!! Muncrat semua nih, bikin bedak saya luntur aja." Protesku sambil mengusap wajahku yang sebenarnya tidak basah sama sekali.