52. Raymond (End)

13.1K 1K 72
                                        

Updateeeee !!!

Akhirnya bisa up lagi !

Maaf banget karena udah bikin kalian nunggu beberapa hari.

Author konsentrasinya ambyar gegara bom kemarin.

Terus awal puasa juga.

Takutnya nanti gemetar pas ngetik karena nahan lafar, huahahahahahaha

Nih aku kasih part yang nggak ada manis-manisnya, wkwkwk.

Happy Readiiiing !!!

-----------------

Author's POV

"Apa yang terjadi?" Tanya Bagas.

Sudah hampir sepuluh menit Bagas menemani Sia di dalam kontrakan kecil itu, namun Sia masih menangis dan tidak mengatakan apapun.

"Ssshhhh, tenang, tenang. Aku akan menunggu sampai kamu siap bercerita." Kata pria itu sembari memberikan pelukan erat pada Sia.

Sia tiba-tiba melepaskan pelukan Bagas dan menatap Bagas dengan dalam seolah mencari penguatan.

"Kamu tidak menyembunyikan apapun kan?" Tanya Sia sungguh-sungguh.

Bagas terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya menggeleng.

Namun air mata Sia justru mengalir deras.

"Kamu berbohong. Kamu menyembunyikan sesuatu dan aku yakin ini ada hubungannya dengan yang dikatakan Raja Iblis. Aku akan mencari tahu sendiri." Kata batin Sia.

"Aku nggak apa-apa. Kamu pulang aja." Kata Sia.

"Nggak apa-apa gimana? Kamu nangis dari tadi dan sampai sekarang nggak mau cerita." Tolak Bagas sambil memegang pundak Sia.

Sia sempat berniat menceritakan kedatangan Raymond dan apa saja yang Raymond katakan padanya.

Namun Sia mengurungkan niatnya setelah merasa bahwa Bagas menyembunyikan sesuatu.

"Aku hanya tiba-tiba merindukan ayah dan bunda." Kata Sia sambil berusaha tersenyum.

"Benar hanya itu?" Tanya Bagas.

"Iya sayang." Jawab Sia

Bagas lantas memeluk Sia dengan erat.

"Jangan menangis. Itu membuat hatiku sakit." Kata Bagas.

Sia hanya terdiam.

"Ya sudah aku pulang dulu ya? Kalau ada apa-apa langsung telpon." Pamit Bagas.

"Iya, pasti." Jawab Sia sambil berjalan mengantarkan Bagas keluar kontrakannya.

Bagas pun pulang, meninggalkan Sia yang masih bingung dan kacau.

Tidak lama ponselnya berdering.

"Nomor siapa ini?" Tanya Sia pada layar ponselnya.

Sia pun mengangkat telpon dnegan ragu-ragu.

"Halo." Sapa Sia.

"Hello sweetheart. Masih menangis?" Tanya suara di seberang sana.

Sia langsung mengepalkan tangan kirinya dan meremas ponsel yang ada di genggaman tangan kanannya.

"Jangan sok peduli. Aku tidak butuh kepedulianmu. Aku hanya butuh penjelasan dari perkataanmu tadi." Kata Sia tajam.

Terdengar suara gelak tawa yang mengisyaratkan kepuasan dari Raymond.

"Besok malam jam 8 di cafe dekat kantor kamu." Kata Raymond.

Kapan Nikah ? (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang