41. Pembuktian (1)

12.4K 1K 32
                                    

Updateeeee !!!

Happy Reading !

----------------

Author's POV

Apa salah dan dosaku sayang

Cinta suciku kau buang-buang

Lihat jurusan yang kan kuberikan

Jaran goyang jaran goyang

Sudah tiga kali telpon Sia berbunyi, tapi gadis yang tengah asyik berdandan itu tidak berminat untuk mengangkat telponnya.

"Telpon aja terus, jangan harap aku angkat. Dasar iblis nggak peka !" Kata Sia sambil memoleskan liptint ke bibir tipisnya.

Setelah selesai berdandan, Sia segera mengambil tas dan mengenakan sepatunya.

Ketika membuka pintu, gadis itu terkejut karena ada seorang pria berwajah tampan dengan penampilan rapi membawa setangkai bunga matahari.

Rona bahagia tidak dapat disembunyikan dari wajah Sia.

Tapi tentu saja Sia segera berpura-pura cuek.

"Sejak kapan bapak di sini?" Tanya Sia.

"Sejak telpon kamu berbunyi untuk pertama kali." Jawab pria itu yang tidak lain adalah Bagas.

"Maksudnya dari satu jam yang lalu bapak berdiri di sini?" Tanya Sia dengan mata terbelalak.

Bagas mengangguk lalu menyerahkan setangkai bunga matahari kepada Sia.

"Mmm--makasih Pak." Kata Sia dengan terbata-bata.

"Sama-sama. Ayo kita berangkat." Ajak Bagas.

"Iya Pak." Jawab Sia.

Gadis itu menyejajarkan langkahnya dengan bosnya.

Belum selesai terkejut dengan setangkai bunga matahari dan fakta bahwa bosnya bersedia menunggunya di depan pintu selama satu jam, Sia kembali dikejutkan dengan Bagas yang membukakan pintu untuknya.

"Silahkan masuk, My Queen." Kata Bagas.

Jantung Sia berdetak kencang seiring dengan jemarinya yang menggenggam bunga matahari semakin erat.

"Apaan sih Bapak, bikin saya merinding aja." Kata Sia pura-pura biasa.

Begitu masuk, gadis itu meletakkan bunga matahari di dashboard.

Lalu Sia menutup wajahnya dengan kedua tangan dan berteriak tanpa suara dengan tubuh yang mengginjal seperti orang kesurupan.

Ketika pintu kemudi terbuka, Sia langsung menghentikan kehisterisannya dan bersikap cuek.

"Kok barusan mobil saya goyang-goyang ya? Kayak ada orang yang ginjalan di dalam mobil." Kata Bagas dengan tatapan curiga pada Sia.

"Perasaan bapak aja kali ! Dari tadi saya diem aja kok." Kata Sia penuh dusta.

"Ow, iya mungkin perasaan saya saja." Kata Bagas sambil menatap Sia.

Lama pria itu menatap wanita yang ada di hadapannya tanpa mengucap sepatah katapun sehingga membuat si wanita salah tingkah.

"Bapak ngapain sih?" Tanya Sia sambil mengalihkan pandangannya pada jalan agar dapat menyembunyikan wajahnya yang sudah bersemu merah.

Bagas tersenyum geli melihat wajah Sia yang menurutnya sangat menggemaskan.

Pria itu lalu mengacak pelan rambut Sia dan mulai melajukan mobilnya.

Selama perjalanan singkat menuju kantor itu, tidak ada satupun yang membuka suara.

Kapan Nikah ? (!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang